4. Pelampiasan √

10.3K 477 16
                                    

KEZIA memasuki Rumahnya dengan langkah berat, sebenernya ia paling malas jika harus berada di rumah, karena Rumahnya itu selalu panas rasanya seperti di neraka saja. Tapi Kezia belum pernah merasakan bagaimana rasanya neraka, ia hanya melebih-lebihkan.

Jika tidak karena ada Riri dan Papanya yang sedang sakit, Kezia lebih baik tinggal sendiri di Apartemen atau di kos-kosan, daripada dirumah mewah yang penuh dosa ini.

Kezia menghentikan langkahnya. Terdiam sejenak saat melihat pemandangan dosa di depannya. Sebenarnya Kezia sudah biasa melihat hal itu, tapi Kezia mulai muak.

Disana aada seorang Wanita dewasa usia kepala 3 yang sedang bercumbu dengan seorang cowok yang di perkirakan jauh lebih muda dari wanita itu, mungkin masih Kuliah.

Sepasang anak manusia beda usia itu tidak menyadari jika Kezia melihat semua kelakuan laknat mereka. Mereka masih asik dengan kegiatan kotor mereka. Dan sungguh sekali lagi Kezia katakan, ia sudah muak melihat itu semua.

"Kalau mau ena-ena jangan disini. Kayak gak punya duit aja buat nyewa Hotel." Celetukan Kezia dengan nada yang begitu dingin ternyata mampu menghentikan kegiatan gila manusia di hadapannya.

Kedua orang yang sedang sibuk bercumbu itu pun menengok. Sang wanita dewasa berdecih sinis, memandang Kezia seakan Kezia adalah...

Pengganggu.

"Terserah saya dong mau main di mana aja. Ini Rumah saya." Wanita berusia kurang lebih 36 tahun itu membalas dengan begitu santai.

Sedangkan cowok yang tadi bercumbu dengan wanita dewasa itu malah memandang Kezia dengan tatapan penuh minat. Ia menyukai Kezia yang menurutnya sangat cantik.

"Ini Rumah Papa saya." Kezia menggeram, bersedekap dada dengan congkak.

"Tapi Rumah ini udah atas nama Saya." Ucap wanita itu tak kalah angkuh. "Jika saya jahat dengan Kamu dan Papa kamu yang gak berguna itu. Mungkin saya udah usir kamu, adik kamu dan papa kamu dari sini."

"Cih, Anda gak bisa lakuin itu."

"Apa yang gak bisa saya lakuin?"

"Anda kan cuma bisa main sana-sini dan ngejablay doang." Kezia menyeringai tajam.

Wanita tersebut mejadi geram saat mendengar penghinaan dari Kezia. "Kamu!!" Tangannya baru saja ingin menampar Kezia namun langsung tertahan di udara.

"Apa? Mau tampar saya? Tampar nih tampar." Kezia menepuk-nepuk pipinya dan menatap wanita itu menantang.

"Dasar anak kurang ajar!"

Wanita itu memasang wajah marah, ia membuang wajahnya ke arah lain. Enggan menatap Kezia. Kurang ajar sekali Kezia ini.

"Lah, saya kan emang kurang di ajar, kan Ibu saya aja orang gak bener, emang ngerti ngurus anak? Enggak." Kezia menyindir. Dengan santai ia memainkan kuku-kuku jari tangannya yang lentik.

"Oh jadi gini yah didikan dari si Galih tua Bangka itu, memalukan." Wanita itu kembali membalas, ia tersenyum sinis.

Kezia menatap wanita itu dingin. "Jangan pernah salahin Papa saya."

"Nyesel saya dulu pertahanin kamu."

Wanita itu mengambil bungkus rokok yang ada di meja, mengambil salah satu litingin tembakau yang ada di dalamnys kemudian mematik rokok yang sudah terselip di bibirnya itu dengan korek.

"Harusnya saya itu Gugurin kamu." Ia menghisap rokok tersebut perlahan.

Kezia terdiam bergeming. Membiarkan wanita itu melanjutkan setiap ucapannya.

BAD LIAR (Completed)Where stories live. Discover now