38. Tanya Hati √

3.5K 263 111
                                    

RAFA berjalan santai menuju kelasnya. Wajahnya pagi ini tampak muram dan datar sarat akan emosi. Pikirannya masih berkelana pada kejadian kemarin hari, bahkan sampai sekarang Rafa masih mengabaikan panggilan serta pesan dari Kezia, tanpa berniat sedikit pun untuk mengetahui apa maksud Kezia terus menghubunginya.

Ia berharap jika hari ini Kezia masuk sekolah, dan Rafa akan mengintrogasi Kezia. Rafa ingin mengetahui masalah ini dari sisi Kezia, Rafa tidak akan mengambil pokok permasalahan hanya dari satu sisi. Jika itu sampai terjadi, maka Rafa akan beneran kehilangan Kezia untuk selamanya.

Tapi Rafa belum juga melihat Gadis Cantik itu. Rafa tidak menjemputnya, karena sebenarnya Rafa pagi ini terserang Bad Mood.

Rafa memasuki kelasnya. Tatapan matanya langsung terpaku pada Safira yang duduk di kursinya sendiri, tepat di sebelah kursi Rafa berada. Ya, Safira sekelas dengan Rafa, di kelas 12 IPA 1, sedangkan Alden di kelas 12 IPA 3 dan Kezia bersama 3 Sahabatnya ada di kelas 12 IPA 5.

"Kamu nangis?"

Safira gelagapan. Langsung duduk tegap, mengusap air matanya dengan kasar. Menyunggingkan senyum manisnya ke arah Rafa, tanpa menjawab pertanyaan dari sahabatnya.

Rafa paham. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Safira. Menghela napas, tatapannya kosong ke arah papan tulis.

"Bagaimana hubungan kamu sama Alden sekarang?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Safira menunduk. Air mata kembali membasahi matanya, mengalir di pipinya yang pucat. Safira masih merasakan bagaimana sakitnya ia melihat kejadian kemarin. Di saat orang yang ia cintai malah menyatakan cinta pada pacar sahabatnya.

"Aku gak tau, hiks.. hati aku sakit Rafa.. aku cinta banget sama Alden.. hiks..."

Dada Rafa rasanya seperti sedikit teremas saat mendengar tangisan Safira. Bukan itu saja yang membuat hatinya berdenyut sakit, tapi tentang Safira yang berkata jika gadis itu sangat mencintai Alden. Itu berhasil menyentil sisi sentimentilnya Rafa.

"Saya minta maaf atas masalah itu. Tapi saya yakin Kezia tidak mungkin merasa senang dan menerima cinta Alden."

"Kamu tau dari mana Rafa? Apa kamu liat kejadiannya? Enggakkan? Aku yang liat sendiri, aku yang liat sendiri bagaimana Kezia terlihat bahagia saat Alden nembak dia Rafa... Bahkan mereka ciuman.. hiks.."

Tangis Safira pecah. Hati Rafa seperti terombang-ambing antara percaya dengan penjelasan Safira atau tentang pikirannya yang yakin jika Kezia tidak seperti itu. Kezia mencintai Rafa, gadis itu tidak akan mungkin menyakitinya. Iyakan?

Tangan Rafa terulur untuk menghapus air mata Safira. "Kamu enggak bisa liat hal itu tanpa mendengar penjelasan mereka. Kamu hanya melihat mereka, kamu tidak mendengar obrolan mereka. Bisa jadi Kezia menolak Alden. Kezia bukan orang yang seperti itu."

Safira menatap Rafa terluka. Mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kemarin. Aku ngobrol sama Alden. Dia menjelaskan jika dia sama Kezia.. udah resmi jadian.. hiks.. tapi Alden enggak mutusin aku.. hiks.."

"Mereka jadian?" Rafa menatap tak percaya. Tangannya terkepal erat, urat-urat lehernya mulai muncul. Rafa merasa terkhianati.

Safira mengangguk kemudian menunduk. "Asal kamu tau Rafa. Kamu mau tau kenapa aku bisa jadian sama Alden?"

Rafa menoleh. Menatap Safira dengan penuh penasaran. Walaupun ia sudah mendengar penjelasan dari Alden tentang hubungan lelaki itu dengan Safira tapi Rafa ingin mengetahui dari sisi Safira juga.

"Apa?"

"Alden maksa aku. Padahal dia tau kalau aku itu sukanya sama kamu Rafa."

Mata Rafa membola. Ada getaran aneh di hatinya saat mendengar jika dulu ternyata Safira memilki rasa yang sama terhadap dirinya. Ada rasa senang menggelitik dan sedikit rasa tak nyaman.

BAD LIAR (Completed)Where stories live. Discover now