22. Pelik ✓

7.2K 274 6
                                    

HARI ini nampak cerah untuk mengawali liburan akhir pekan yang menyenangkan bersama keluarga atau teman-teman. Tapi, berbeda dengan Kezia yang saat ini sedang berjalan memasuki rumah dengan menenteng heelsnya yang sudah tidak ia pakai.

Pakaian Kezia tampak berantakan, rambutnya pun acak-acakan. Setelah tadi ia di antar pulang oleh Rafa pada siang hari ini yah sekitar jam 9-an karena semalem ia dengan amat terpaksa harus menginap di kamar tamu rumah Lea.

Itu semua karena si Brengsek Kale.

Andai saja ia tidak percaya cowok bajingan itu pasti ia tidak akan malu saat bertemu dengan Rafa. Karena sesungguhnya Kezia mengingat kejadian semalem. Dimana lelaki itu menyentuh setiap jengkal tubuhnya.

Mendadak tubuh Kezia merinding.

"Oh bagus. Baru pulang yah? Gak sekalian aja gak usah pulang selamanya."

Celetukan itu membuat Kezia menghentikan langkahnya, mendongak menatap Mayumi yang bersedekap dada melirik penampilan Kezia dari atas hingga bawah.

Kezia memutar bola matanya malas. "Bukan urusan anda."

"Tentu jadi urusan saya karena ini rumah saya."

"Maksudnya Anda mengusir saya sampe bilang 'Gak usah pulang sekalian' iya?" Kezia berucap dengan nada tegas.

Mayumi menatap tajam Kezia. "Ternyata kamu sudah mempunyai sisi Jalang sejak dini yah." Ia tampak terkekeh sinis.

"Yah kan anda biangnya."

Mayumi menatap anaknya sekilas, lalu kembali berbicara sambil berjalan ke arah dapur.

"Bersiaplah. Nenek mu mau kesini"

Kezia melototkan matanya. "Mampus!"

Dengan segera Kezia menaiki tangga menuju kamarnya, mandi dan memakai pakaian yang sopan.

Percayalah, Neneknya itu -Ibu Galih- orang yang sangat perfectionis. Dia tidak ingin melihat rumah yang berantakan, untuk anak dan cucunya harus memakai pakaian yang sopan di hadapannya, mulutnya tajam, dan dia sangat arogan.

Kadang Kezia malas jika bertemu dengan Oma-nya -panggilan Kezia kepada neneknya- karena pasti Oma akan menasehati nya panjang lebar, mending kalau pakai cara yang halus ini mah pake cara seperti menyindir.

Setelah selesai berpakaian dan berdandan sopan, Kezia keluar dari kamar. Ia yakin jika Oma-nya sudah datang bersama asisten pribadinya.

Fyi, Opa itu sudah tiada.

Menghela napas sejenak. Kezia berjalan menuju ruang tamu.

Di sana sudah terdapat Oma yang duduk dengan angkuh di Single Sofa ruang tamu. Dengan Mayumi dan Galih di hadapan mereka, sedangkan Riri sedang bermain boneka di dekat situ.

Jangan heran jika melihat Mayumi ada di rumah, karena Mayumi sangat takut terhadap Ibu Mertuanya. Ibu Mertua nya tampak tidak menyukai dirinya, makanya ia selalu bersikap baik agar mertuanya itu baik pula padanya.

"Selamat Pagi Oma."

Dengan sungkan Kezia menyalimi tangan Oma yang sedang menatapnya dengan datar, menilik penampilan Kezia lalu tersenyum tipis.

Kezia setelah itu duduk di sebelah Papanya. Meremat jari jemarinya gugup.

Aura Oma-nya memang tidak perlu di ragukan lagi, sangat tajam dan gelap. Membuat semua yang ada di dekatnya akan merasakan merinding, takut akan berbuat salah.

Dewi, Ibunya Galih berdeham pelan. Membenarkan letak kacamata rabunnya lalu menatap Mayumi datar.

"Gimana keadaan perusahaan, Mayumi?."

BAD LIAR (Completed)Where stories live. Discover now