33. Mengulik ✓

3.6K 265 26
                                    

"KAMU cinta sama aku"

Rafa bergeming kaku. Tangannya mencekram stir mobil erat, entah emosi apa yang ada dalam hati dan pikirannya saat ini.

"Hei.. Kamu cinta aku gak sih sebenarnya?" Kezia kembali bertanya saat Rafa hanya bungkam tanpa mau berniat menjawab.

Menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan yang lumayan sepi karena waktu sudah menunjukkan waktu Maghrib. Rafa memutar tubuhnya menghadap Kezia, menggenggam tangan gadis itu erat.

"Aku cinta banget sama kamu. Kenapa kamu nanyain itu?"

Kezia menggelengkan kepalanya, menatap wajah tampan Rafa di bawah cahaya lampu kuning mobil.

"Aku hanya bertanya."

Rafa tersenyum lembut, menyampirkan anak rambut kekasihnya ke belakang telinga. "Aku juga gak tau kenapa aku bisa cinta sama kamu."

Mengerutkan keningnya, Kezia mendengarkan apa yang Rafa katakan dengan seksama.

"Bisa kamu ceritain tentang diri kamu yang gak aku ketahui?" Menatap netra Rafa sayu. "Kamu terlalu misterius buat aku."

Rafa terkekeh pelan. "Apa yang mau kamu tahu tentang aku? Tanyain aja." Mengusap rambut Kezia lembut.

Kezia membuang mukanya sebentar. Menahan diri untuk tidak memborbardir Rafa dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi otaknya sejak kedatanganan Safira disekolah mereka. Ia ingin menanyakan semuanya.

"Ceritain masa lalu kamu. Semuanya. Mulai dari keluarga, sahabat dan cinta..." Gadis cantik itu sedikit memelankan suaranya di akhir kalimat.

Rafa menghela napas, menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil. Matanya menatap ke depan seakan menerawang.

"Keluarga aku? Biasa-biasa aja. Ayah aku sejak aku kecil memang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengusaha restoran, hotel dan resort. Aku sejak kecil tinggal di Jakarta, tapi saat lulus SMP aku dan keluarga pindah ke Bali karena ayah aku ada kerjaan di sana."

Kezia hanya diam. Mendengarkan semua cerita yang Rafa ucapkan tanpa memotongnya.

"Terus pas ada pertukaran pelajar, aku ngajuin diri biar bisa balik ke Jakarta. Dengan kata lain aku rindu Jakarta." Rafa tertawa hambar.

Kezia mengernyitkan keningnya, merasa jika bukan itu alasan Rafa kembali ke Jakarta. Tapi Kezia tidak ingin menyela, masih tetap ingin mendengarkan cerita kekasihnya.

"Untuk sahabat? Aku punya sahabat waktu aku sekolah di Bali, 3 orang. Namanya Bayu, Putu dan Dewa. Masih contact-an sampe sekarang walau gak pernah ketemu. Dan yang seperti kamu tau, aku juga punya Safira sebagai sahabat aku dari kecil." Ia melirik sekilas pada Kezia yang menatapnya dengan serius.

"Yakin sahabat kecil kamu cuma Safira?"

Rafa tampak menelan ludahnya kasar, menyugar rambutnya dengan tawa kaku keluar dari bibirnya.

"Tentu saja. Hanya Safira sahabat aku dari kecil, makanya aku peduli dan sayang sama dia. Sebagai sahabat."

Kezia menganggukkan kepalanya mencoba untuk percaya. "Terus masalah percintaan kamu gimana?" Makin penasaran.

"Aku belum pernah pacaran. Kamu pacar pertama aku."

Jawaban Rafa sukses membuat Kezia terkejut, pipinya mendadak bersemu merah. Sial Rafa. Bikin Kezia malu saja. Sedangkan Rafa terkekeh melihat pacarnya blushing, tangannya terulur untuk mengusap rona kemerahan itu.

Kezia Mengulum bibir "Trus yang Mama kamu bilang tadi itu apa? Yang katanya aku bisa bikin kamu move on dari Safira."

Rafa yang sejak tadi mengusap pipi Kezia segera menurunkan tangannya dengan gugup.

BAD LIAR (Completed)Where stories live. Discover now