Part 1

1.2K 32 2
                                    

      Siang ini, matahari terik dengan angin berhembus pelan di kampus, hall C. Emma duduk bersama ketiga temannya, berdiskusi mengerjakan tugas kelompok.

Mereka adalah mahasiswi teknik industri semester 7 yang penuh dengan tugas dalam keseharian, juga sedang proses membuat skripsi dan mengejar dua mata kuliah yang belum diambil. Mereka telah mendiskusikan tugas kelompok itu selama beberapa jam.

Tasya berpostur tinggi dan sangat kurus dengan rambut hitam yang ikal. Ia sangat populer karena ia adalah ketua senat fakultas teknik. Phanie berambut keriting, kulitnya putih dan tubuhnya berisi. Nia berambut lurus, lebih tinggi dari Phanie, kulitnya kecoklatan seperti Tasya, dan ia adalah yang paling pintar diantara mereka semua.

Saat perdebatan dimulai lagi, Emma sudah sangat lelah mendengarkannya, ia merasa sudah tak punya tenaga lagi untuk berpura-pura mengerti apa yang di perdebatkan. Dan angin sepoi-sepoi ini membuatnya mengantuk. Ia memandang ke sekitar, melihat anak-anak teknik lainnya yang juga sedang mengerjakan tugas.

Dan disitulah ia melihatnya! Seorang lelaki yang selalu ia perhatikan selama ini sejak ia di semester pertama. Lelaki itu berbadan cukup tinggi, berambut hitam dan agak gondrong, tubuhnya kurus, alisnya tebal dan hidungnya mancung. Hari ini ia memakai kaos hitam, dan seperti biasa, kemeja kotak-kotak lengan panjang yang ia lipat sampai siku.

Ia seangkatan dengan Emma, tapi mereka tak pernah saling mengenal karena dunia mereka berbeda. Teman-teman Emma orang-orang yang sangat mengikuti peraturan, takut untuk bolos, selalu mengerjakan tugas dengan benar dan selalu mengejar nilai A. Sedangkan lelaki itu, teman-temannya adalah orang-orang yang tak peduli dengan nilai baik atau reputasi yang baik di depan dosen. Ia dan teman-temannya arogan, sering bolos, dan jarang mengerjakan tugas dengan benar.

Ia dipanggil Wolfy oleh teman-temannya. Dari wajahnya terlihat bahwa ia adalah seorang lelaki yang bandel, bukan tipe yang akan mengikuti aturan yang ada, tipe yang hanya ingin bersenang-senang.

Sejak awal bertemu, Emma merasa sangat terpikat olehnya. Ia sering sekali memandangi Wolfy sampai Wolfy sadar oleh tatapannya dan membalas tatapan Emma. Saat itu terjadi, Emma hanya bisa gugup, menunduk atau memalingkan wajah, pura-pura melihat ke sekeliling. Well, siapa yang tak akan sadar kalo di stalking-in terus kan?!

Tasya: " Lanjutin besok aja deh tugasnya. Udah sore, lagian gue mau rapat senat nih. Gue duluan ya." Kata Tasya, yang membuat lamunan Emma buyar seketika. Tasya mengambil tas nya dan beranjak dari tempat duduknya.

Nia: " Ya uda deh. Daah.. Tasya." Nia dan Phanie membereskan meja, memasukkan buku-buku dan laptop ke dalam tas.

Emma pun ikut beranjak dan pamit pada mereka berdua. Sebelum ia pergi, ia melirik ke arah Wolfy yang sedang tertawa dengan teman-temannya, matanya menyipit saat ia tertawa. Emma tersenyum kecil saat melihat tawanya.

------------------------------------------------------------------------------------

Emma baru saja masuk kelas yang akan mulai jam 7 pagi, kelas yang diambil juga oleh Wolfy, tapi biasanya Wolfy tidak masuk dan hanya titip absen pada temannya. Emma sedang terkantuk-kantuk di kursinya saat Wolfy datang dan duduk di dekatnya. Wolfy berada 4 kursi di samping kiri Emma.

Emma meliriknya sebentar, tak kuasa melihat wajah pagi hari Wolfy, rambutnya masih agak basah dan matanya masih terlihat mengantuk . Wolfy merasakan tatapan Emma dan membalas tatapan Emma. Tatapan mata Wolfy tajam namun tampak tak peduli, warnanya hitam pekat dan alis tebalnya membingkai matanya dengan sempurna. Emma yang panik langsung menundukkan kepalanya.

Emma tak bisa berkonsentrasi pada pelajaran, juga tak bisa tidur karna Wolfy berada terlalu dekat dengannya. Bukan karna ia malu tidur di dekat Wolfy, tapi jantungnya berdegup terlalu kencang sampai rasa kantuknya hilang sejak ia melihatnya.

WOLFYWhere stories live. Discover now