Part 7

208 14 0
                                    

Wolfy : "Masi lemes?" Wolfy bertanya setelah sampai di apartemen. Ia membukakan pintu dan memapah Emma ke dalam kamar.

Emma: "Lumayan." Wolfy membantu Emma berbaring di kasur.

Wolfy: "Kamu istirahat dulu. besok juga kalau belum pulih nggak usah ke kampus dulu. Ijin ke petugas perpus juga jangan lupa." Emma mengangguk. Handphone Wolfy berdering, ia mengambil handphone dari kantong jeans nya.

Wolfy: "Ya. Aku nggak bisa datang hari ini. Nggak. Aku ada urusan, aku nggak bisa." Ia berbicara sambil keluar dari kamar Emma.

Tubuh Emma terasa begitu lemas, dan ia langsung merasa ngantuk saat menyentuh kasur. Ia tertidur hingga keesokan harinya. Emma bangun dari tempat tidurnya, berjalan keluar dan menemukan roti di atas meja makan dan note kecil.

"Aku ke kampus. Kamu istirahat saja. Hubungi aku kalau ada apa-apa."

Emma bosan setengah mati berada di dalam apartemen itu hingga sore, ia bingung harus melakukan apa. Ia berdiri di teras sambil melihat kolam renang di lantai 1, melihat orang-orang yang olahraga berlari-lari kecil mengelilingi kolam renang, beberapa anak kecil berlari-larian. Ia menghela nafas bosan.

Ares: "Hai, neighboor." Emma terkejut dan langsung menoleh ke arah suara itu. Di seberang kanan, ada seorang lelaki berdiri di teras dan tersenyum padanya. Emma tersenyum canggung.

Ares: "Ares. salam kenal, tetangga."

Emma: "Emma." Ia masih mempertahankan senyum canggungnya.

Ares: "Sudah lama tinggal disini? Sepertinya aku baru melihatmu."

Emma: "Aku baru pindah awal bulan ini."

Ares: "Tinggal sendiri? kurasa aku pernah melihat seorang lelaki tinggal di unit mu."

Emma: "Oh ya.. aku tinggal berdua dengannya. Se.. sepupu ku." Emma tergagap, panik membuat jawaban yang masuk akal.

Ares menatapnya terdiam sejenak dan tersenyum.

Ares: "Aku tinggal sendiri di sini, bosan sekali nggak ada teman ngobrol. Kita bisa jadi teman ngobrol kalau kamu sedang bosan juga." Ares tersenyum lagi yang dibalas anggukan oleh Emma.

Ares: "Salam kenal, teman teras." Mereka berdua tertawa.

Sejak hari itu, mereka berdua pun sering bertemu di teras dan saling bercerita. Keduanya menjadi semakin dekat hingga sering menceritakan kisah pribadi masing-masing.

Malam itu mereka sedang ngobrol di teras masing-masing saat Wolfy baru saja pulang. Wolfy menutup pintu dengan heran, melihat Emma yang sedang tertawa di teras. Ia berjalan pelan ke arah teras, mengecek dengan siapa Emma ngobrol. Emma menoleh ke arah Wolfy saat Ares menatap ke arah Wolfy.

Emma: "Oh kamu sudah pulang." Wolfy mengangguk.

Ares: "Hai, sepupunya Emma." Ares menyapa dengan senyuman. Wolfy mengerutkan dahinya. Emma langsung terkejut mendengar sapaan Ares.

Emma: "A-a-iya ini Wolfy sepupuku." Ia tergagap, merangkul lengan Wolfy yang masih kebingungan. Wolfy menatap Ares dan mengangguk membalas sapaan Ares. kemudian ia berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Emma: "Aku masuk dulu ya. Bye.." Ares melambaikan tangannya.

Emma sedang berada di dapur mengambil segelas air putih untuk di bawa ke kamar saat Wolfy keluar dari kamarnya bertelanjang dada, menunjukkan tubuhnya yang banyak luka goresan. Ia mengambil handuk yang tergantung di knop pintu kamar. Emma memperhatikan Wolfy yang tampak bergerak lebih pelan, dan ia menyadari ada luka yang cukup dalam di dada kiri Wolfy dan di area perut.

WOLFYWhere stories live. Discover now