Chapter 05 - Senyuman

912 127 13
                                    

Di pelukanku, terlihat seorang gadis berkulit putih, rambut merah panjang dan mata merah menyalah yang sudah kehilangan setengah bagian tubuhnya.

"Rescha?!" aku berteriak dengan penuh rasa sakit.

"Ah? *Suara glitch*? Ma-Maaf ... aku gagal-uhuk!"

Gadis itu memegang wajahku dengan tangan kanannya, lalu ia menatapku dengan senyuman lembut yang membuatku gemetar.

"Kenapa? Kenapa kamu melindungiku, Rescha?!"

Dengan air mata yang terus mengalir hingga membasahi seluruh pipiku, aku melihatnya.

"Apa aku harus memiliki alasan untuk melindungi orang yang kucintai?"

Mendengar itu, aku menggigit bibirku. "Bodoh."

Dia terus menatapku, lalu perlahan ... gadis itu mendekatkan bibirnya padaku, hingga akhirnya kedua bibir kami saling bertemu.

*Chu.*

"Ini adalah pemberian terakhir dariku, jangan menangis, *Suara glitch*. Kamu adalah pahlawan bagiku, juga bagi dunia ini. Tersenyumlah."

Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh rasa sakit di hatiku. "Umm ... "

"Jangan malas, jangan juga terlalu berlebihan, jangan tidur terlalu malam, kurangi minum-minum."

Mata gadis yang terus menatapku itu terlihat sangat indah, tapi juga terlihat sangat penuh dengan kesedihan.

"Uhuk!"

Gadis itu batuk hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak dari mulutnya, pendarahannya semakin memburuk, darahnya juga terus mengalir dari setengah bagian tubuhnya yang sudah terpotong.

Tanah yang berada di bawahnya penuh dengan warna merah yang menyelimuti permukaannya.

"Aku yakin, cepat atau lambat kita pasti akan bertemu lagi, *Suara glitch*."

"Tidak! Tidak! Tidak!! Aku tidak mau berpisah denganmu di sini, Rescha!"

Aku menolak dengan keras sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Aku sangat senang bisa mengenalmu, *Suara glitch*. Selamat tinggal, wahai ... pah-lawan-ku ... "

Tangan kanan gadis itu, yang memegang wajahku sebelumnya, terjatuh bersamaan dengan kata-kata terakhirnya.

Gadis itu sudah tidak bergerak lagi.

Dia mati di pelukanku dengan senyuman yang sangat indah, air mataku terus mengalir, aku hanya bisa menangis sambil melihat wajah gadis itu dan meratapi ... betapa lemahnya diriku ini.

"Res-cha ... "

•××ו

Di penginapan Silver Chop.

"Tuan, sudah pagi. Apa Tuan tidak lapar?" tanya Arisa.

Aku yang baru saja terbangun karena suara Arisa yang memanggilku, mencoba untuk membuka mataku sedikit demi sedikit.

"A-risa?"

Dengan pandangan yang masih belum begitu jelas, aku melihat ke arah di mana suara itu berasal.

Melihatku, Arisa tersenyum sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, ini aku Tuan. Aku sudah menyiapkan makanan, apa Tuan ingin ikut makan bersama kami?"

Kesadaranku sudah mulai kembali, tapi entah kenapa kepalaku rasanya sakit sekali.

Aku menganggukkan kepalaku, "Umm ... tentu, aku akan segera menyusul."

Tensei Shitara Kami ni Natta?!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz