"Daf pegangin ya." Lusi bersiap naik ke sebuah kursi kayu berdebu.
"Terus nanti kalau aku naik siapa yang megangin?"
"Kamu ini Daf, jangan manja jadi laki-laki!"
"Ini kenapa aku juga malas menjadi laki-laki. Apa-apa harus mengalah sama perempuan. Katanya emansipasi tapi, sama aja. Aku nye..."
"Gak usah nyesal-nyesal, masih mending punya genre."
"Gender Lus."
"Iya, itu maksudku. Gendeng kan?"
"Gender," kataku pelan dengan nada lesu.
Setelah melompat dari pagar, kami mendarat di rerumputan sisa lahan sekolah, lompati selokan, berlari menyebrang jalan, kemudian lari lagi menjauh dari sekolah, berhenti sebentar, lari lagi, berhenti mendadak, dan Lusi melambai-lambai terburu-buru untuk memberhentikan angkot yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eskalasi Rasa dalam Sebuah Rumah
RomanceDafa seorang laki-laki yang terjebak dalam rasa bersalah. Sedangkan, Lusi perempuan yang ceria, ramah dan baik pada Dafa. Mereka berteman baik, tidak ada yang disembunyikan antara satu dengan yang lain. Sampai suatu ketika salah satu diantara merek...