Toxic Positivity

1.6K 95 35
                                    

Kali ini aku akan membahas tentang "Toxic Positivity." Apa itu Toxic Positivity? Dan kenapa hal positif bisa menjadi racun?

So.. let's disscus together!!

●●●

Jika membahas tentang kesehatan mental pasti tidak akan ada habisnya. Kesehatan mental itu penting banget, karena setiap harinya ada satu orang yang mengalami gangguan mental. Tapi sayangnya di Indonesia sendiri isu kesehatan mental masih merupakan hal yang sepele. Jika ada seseorang yang depresi, dibilangnya dia lemah, atau kurang iman, kurang dekat dengan tuhan, atau bahkan disuruh ruqyah. Apalagi saat mendengar berita bunuh diri, pasti akan langsung terpikir oleh kita hal-hal negatif terhadap dirinya. "Wah kurang iman tuh," "Makanya jangan negatif mulu jadi orang, berdoa!!" "Pasti kurang berdoa," "Makanya hidup itu harus positif," "kurang bersyukur sih," so ironic, right? Ujung-ujungnya malah dikaitkan dengan agama juga.

Padahal dengan mendengar berita dia bunuh diri saja, seharusnya kita sudah dapat pukulan, betapa berat beban yang dia tanggung, seharusnya kita lebih berempati. Dimana kita seharusnya merasa lebih terbuka akan isu seperti ini dan bisa mencari solusi. Tapi dibanding dengan mencari solusi, masyarakat kita justru masih terbelenggu dengan yang namanya "Toxic Positivity." Kalian pernah gak sih ngalamin hal seperti itu? Atau malah kalian sendiri yang menyebarkan toxic positivity?

Seperti misalnya kita mengalami masalah, lalu kita cerita ke temen kita, atau sebaliknya. Nah orang tersebut merespon curhatan kita dengan "Sabar yah," "Jangan terlalu dipikirin, positif aja," "Ya udah gak apa-apa nanti juga pasti lupa," "Coba lebih positive thinking," "Coba untuk bisa menerima keadaan deh, bersyukur masih banyak orang diluaran sana yang lebih parah keadaannya," WTH😌

Banyak dari kita yang mengeluarkan kata-kata positif, namun malah menjadi toxic bagi orang yang sedang bercerita tersebut. Tanpa disadari, kita malah jadi penyumbang rusaknya mental seseorang.

●●●

Menurut WHO, depresi adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, dengan lebih dari 300 juta orang menderita depresi. Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua di antara anak-anak berusia 15-29 tahun secara global dikarenakan tekanan mental. WHO menyebutkan, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.

Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Lalu apakah ada kaitannya dengan Toxic Positivity? dan apakah hal tersebut dapat membuat seseorang mengalami depresi?

Ada kalanya kata-kata penyemangat dari seseorang justru terasa menyengat bagi orang-orang yang tengah bermasalah. Bagi sebagian orang, mungkin ucapan "Semangat ya", "Kamu pasti bisa", atau "Be positive" cukup ampuh mematahkan pikiran dan perasaan buruk mereka. Namun, bagi sebagian lainnya, hal tersebut justru membuat mereka makin merasa kecil diri, bahkan bisa menjadi pemicu gangguan psikis, pemicu tekanan mental dan depresi.

Toxic Positivity adalah merupakan suatu dorongan yang menunjukkan sikap positif. Kata-kata yang bermaksud untuk memberikan semangat dan dukungan terhadap seseorang yang mengalami masalah.

Pyxis PhraseWhere stories live. Discover now