Part 1. Mess Around

2K 277 174
                                    

Memang seseorang akan terlihat sangat berbeda di saat mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan gairahnya sendiri.

❄❄❄

Senja hari ini tak ada bedanya dengan beberapa hari belakangan. Langit masih saja kelam cenderung suram. Mudah ditebak, musim dingin datang lebih awal di Yongsan, kota Seoul. Belum lagi udara yang hampir cukup untuk membekukan air, menusuk hingga ke tulang-tulang. Hanya semakin membuat seorang pria menatap malas pada kaca jendela pembatas ruangan kedai dan dunia luar yang ia benci sepenuh hati.

Tak masalah untuknya berdiam membatu di dalam kedai kopi seharian penuh. Kalau bisa, ia tak perlu melangkahkan kakinya barang satu inci pun dari ruangan berukuran 5 kali 12 meter itu. Bukan termasuk kecil untuk ukuran sebuah kedai kopi.

Namun amat disayangkan, pengunjung atau pun pembelinya tidak seramai kafe di seberang. Kafe kekinian yang sedang digandrungi oleh anak muda. Di mana tempat itu menyuguhkan makanan cepat saji dan berbagai soda.

Sudah berjam-jam lamanya, Min Hyungi masih betah menduduki sebuah kursi di balik meja. Berharap ---- tapi juga terlalu malas untuk memaku ekspektasinya tinggi-tinggi--- pada kedatangan pengunjung kedai. Paling tidak, cangkir sebanyak hitungan jemari tangannya sudah berhasil terjual hari ini. Lalu Hyungi hanya perlu menunggu hingga jam berdenting sembilan kali. Jadi ia bisa pergi ke suatu tempat sebelum pulang ke apartemen yang disewanya. Tak jauh dari situ.

Seorang pegawai berusia muda beberapa kali mengamati aktifitas si pemilik dari kejauhan. Tiga jam lagi kedai akan tutup, sehingga ia terlihat mencari-cari sedikit waktu yang tepat.

"Sajang-nim, maaf, aku ingin menyampaikan sesuatu."

.

Sraaak....

.

Sebuah gerakan lengan Hyungi mengentak ke laci yang sedang dalam keadaan terbuka tepat di depannya. Beberapa uang kertas maupun uang koin ikut terserak ke lantai.

Hyungi mengembus napas panjang begitu jengkel. Rahangnya terlihat mengeras, ia menyalang pada si anak muda. "Apa? Kau mau bilang apa, sialan?!"

Entah sudah berapa banyak kata-kata makian yang didapatnya, tapi si pegawai sudah telanjur menetapkan hati. Ia perlu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari tempat yang dianggapnya beracun.

"Itu--- hm, saya hanya ingin menyerahkan ini, Sajang-nim." Ia membungkuk 90 derajat, lalu cepat menyodorkan sebuah amplop cokelat.

Surat lagi? Bagus, kau juga, sana pergi saja yang jauh sekalian.

Awalnya terbengong, Hyungi hanya menyeringai tipis tanpa meraih amplop tak jauh dari depan wajahnya. Tak perlu mencari tahu isi bualan formalitas dari isi benda cokelat itu, Hyungi sudah hapal di luar kepala.

Itu akan menjadi surat ketiga dari karyawannya sendiri. Padahal masih di bulan yang sama.

Serta-merta Hyungi meraih sebuah amplop putih kecil, memasukkan beberapa lembar 50 ribu won ke dalam situ. Sampai akhirnya amplop tak berdosa itu terpelanting ke atas bagian meja bar, tepat di sebelah karyawan laki-laki itu berdiri.

Menoleh ke arah benda itu, si karyawan terkekeh sinis. "Yaa, Hyungi-ssi. Jujur saja kau ini sangat baik untuk ukuran keroyalan, mengingat omzet kedai yang sangat mengerikan ini. Tapi kurasa kau harus memperbaiki sikapmu itu."

Hyungi menatap lurus, sama sekali tak berminat untuk merusak pandangan matanya dengan wajah si karyawan. Untuk apa juga, toh sebentar lagi ia tak akan lagi berurusan dengannya.

Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now