Part 12. Trying To Persuade

1K 204 124
                                    

Melihatnya terluka karena tics yang sering muncul secara tak terduga, ternyata itu membuatku sedih

❄❄❄

"Tuan, sebentar biar kupanggilkan tuan Min Hyungi."

"Tak perlu." Pria itu berjalan sembari mengamati keadaan seluruh ruang kedai milik adiknya itu. Sedikit melirik ke jam dinding, ia melangkah dengan kedua tangan berada di belakang tubuhnya, mendekat ke arah meja bar terbuka. "Kau buatkan saja aku secangkir kopi panas. Cepat sedikit, aku buru-buru."

Seoli mengusap sisi samping kepalanya kebingungan. "Tapi Tuan, tempat ini belum kembali beroperasi."

Menoleh---lebih tepatnya menatap jengah--- pada deretan wadah di rak kayu, pria itu berdecak keras. "Di toples itu masih ada banyak biji kopi, semua alat proses pun berfungsi. Kau tidak punya alasan lagi, Nona."

Dengan berat hati Seoli pergi ke balik meja dan segera meracik cairan hitam pekat yang diminta oleh Jaesung. Bibir gadis itu pun mengerucut sebal saat menyodorkan secangkir kopi untuknya.

Setelah menyesap minumannya, Jaesung mengangguk-angguk lalu bertanya, "Apa alasanmu bertahan di kedai suram ini, Nona?"

"Kedai ini tidak suram, Tuan. Bahkan sebaliknya, tunggu sebentar lagi maka kau akan bisa melihat tuan Min Hyungi sukses besar." Kedua mata Seoli tidak sadar membulat berapi-api, seolah yakin benar atas harapan mengawangnya itu.

Tanpa berpikir panjang, Jaesung mencebik kemudian mendengus jelas-jelas meremehkan partner bisnis adiknya itu. Mungkin di matanya, gadis optimis berambut hitam panjang sederhana itu terlampau menaruh harapan yang tak sesuai dengan kenyataan. Ya, Jaesung tebak perbaikan adiknya itu hanya akan memperpanjang daftar kegagalan seperti yang sudah-sudah. Hyungi dan idealistis menyangkut kopi akan menghambat semuanya.

"Saranku, kau jangan mau dijadikan samsak tinju olehnya." Seoli melirik tajam pada Jaesung, sempat melupakan jika pria itu tentu mengetahui segala sesuatunya tentang Hyungi. Terutama tentang--- "Jika sudah tidak tahan pada kelakuan kasarnya, pergi saja."

"Apa begitu cara Tuan menjadi seorang kakak untuknya? Wah, tak kusangka keluarga orang kaya memang tak punya hati," lirih Seoli sinis bercampur kecewa. "Seharusnya Tuan mengasihaninya, bukan malah menjelek-jelekkan tuan Hyungi di belakang."

Hanya bisa melongo, Jaesung pun meledakkan tawa puasnya hingga terpingkal. Ia menebak Kim Seoli jelas bukan gadis sembarangan. Kali ini ia pun berpendapat jika Seoli memang sudah semestinya mendampingi Hyungi dalam perjalanan bisnis sang adik. Karakternya begitu mengerikan, lebih-lebih ia tidak punya rasa takut sedikit pun.

"Kau tahu Hyungi tidak suka dikasihani, bukan? Jadi aku memang tak pernah memakai cara itu." Lalu air muka Jaesung tiba-tiba berubah serius. "Tunggu dulu, bagaimana bisa kau beranggapan ia harus dikasihani? Memangnya Hyungi kenapa?"

"Pengidap sindrom tourette. Tak tahukah Tuan bagaimana ia sangat menderita karena hal itu?" cicit Seoli sedikit terpancing emosi.

"Kau tahu itu?" Jaesung menghempas punggungnya ke sandaran kecil dengan mulut terbuka. "Wah, tak kusangka Hyungi menceritakan kelam di masa kecilnya pada orang asing."

"Tapi Tuan, hingga detik ini Min Hyungi masih berusaha melawan kelainannya itu."

Jaesung mengerutkan dahinya sangat dalam. "Maksudmu, ia masih sering mengeluarkan tics?"

"Tics?"

"Ya, gerakan tangan di luar kendali berulangnya yang menurut ibuku lebih mirip seperti kerasukan setan."

"Ya Tuhan, ibu tuan Hyungi sendiri berkata seperti itu pada anaknya?" Sedangkan ibu Seoli benar-benar mencintai anaknya meskipun dalam keadaan sulit penuh keterbatasan.

Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now