Part 8. His Enigma

1K 224 76
                                    

Sebenarnya penyakit saraf macam apa yang dideritanya? Hyungi masih bisa sembuh kan?

❄❄❄

Sebuah mobil van berwarna hitam terparkir di pinggi jalan, tepat di depan kedai kopi 'Bitter Coffee'. Di dalamnya, sudah menunggu sepasang kekasih yang juga sama-sama berasal dari kalangan dunia hiburan. Kim Taewon dan pasangannya, tengah menantikan kemunculan Seoli dari dalam kedai bernuansa modern itu. Harin begitu resah melihat jam di pergelangan tangan, berharap urusannya dengan si gadis miskin nan menyebalkan itu segera selesai. Entah bagaimana akhir dari ujung permasalahan mereka nanti.

.

Srak...

.

"Jung Harin, aku hanya punya waktu 10 menit saja," ucap Seoli dingin begitu masuk ke dalam mobil milik agensi salah satu dari dua orang itu, tak menghiraukan keberadaan Taewon yang sengaja duduk di belakang.

Merasa kesal juga tersinggung, Harin pun mengomel, "Yaa Kim Seoli, jadwalmu sepadat apa sampai kau berakting sok sibuk seperti itu, hah? Gayamu selangit," cibirnya.

Seoli hanya bisa menarik napas dalam-dalam. "Harin-ssi, bisakah kita langsung ke pokok masalah?"

"Mauku memang begitu."

"Cepat hapus unggahan fotomu tentang tempat kerjaku dan jangan pernah ganggu 'Bitter Coffe' lagi. Mudah kan?"

"Wah wah, kau siapa berani menyuruhku?"

Berusaha menenangkan diri, Seoli menatapnya dalam --- kali ini tanpa emosi membara--- lalu membungkuk dengan tangan yang meremas sebagian kemeja pastelnya. "Harin-ah, aku mohon, tarik semua tuduhanmu pada Bitter Coffee."

"Wow, tunggu dulu. Kau berani membayarku berapa sampai meminta hal yang merepotkan seperti itu?" Ia mengamati jemarinya, angkuh. "Aku sibuk, tak seperti kau yang hanya melamun seharian untuk menanti satu pelanggan."

Taewon sengaja terbatuk lirih, seolah memperingati kekasihnya. Namun, hatinya mencelos saat mendengar Seoli berucap dengan mulut kecil itu, "Kau tahu aku tak punya uang, Harin-ah. Tapi aku akan melakukan apa pun yang kau minta dariku."

"Apa pun? Kau yakin?" tantang Harin. Ia menyungging senyum penuh kemenangan. Akhirnya gadis yang ia anggap rival itu mengemis padanya.

Seoli mengangguk pasrah, tak mengerti tentang apa yang dia lakukan sekarang ini.

"Berhenti menyukai Kim Taewon--- kekasihku. Aku tahu kau menyukainya sejak lama, bahkan sebelum aku bertemu dengannya, tapi bukankah terus melakukan itu diam-diam terlihat sangat menyedihkan, huh?"

Taewon yang tengah menyilangkan kedua tangannya itu langsung saja gelisah, tak menyangka jika gadisnya masih saja meributkan hal tidak penting. Ia pun menginterupsi kesal, karena sebelum ini Harin berjanji tak akan akan menyinggung tentang apa yang menjadi keresahaan percumanya. Sebelum pria itu selesai mengomel, tahu-tahu Seoli mengangguk lalu keluar dari mobil secara tergesa.

Disusul oleh Taewon, langkah gadis itu terhenti saat sadar jika pria di belakangnya tak mengenakan penutup apa pun untuk menyamar. Seoli pun berbalik badan dan mengusir paksa supaya Taewon cepat pergi dari hadapannya. Lama kelamaan, ia sendiri menjadi muak dengan sikap pria itu.

"Itu tidak benar kan?"

"Apa?" ucap Seoli tanpa balas memandang.

Tertawa sumbang, Taewon lebih memperjelas kata-katanya. "Kau--- tidak menyukaiku. Seoli-ya, kau tahu benar aku hanya mencintai Harin sejak awal."

"Ya itu benar, awalnya. Tolong bantu aku, jangan membuatku salah paham lagi."

Baik Seoli mau pun Taewon sama-sama terseret dalam keheningan, hanya ada suara deru angin bersuhu dingin di antara keduanya. Bibir gemetaran gadis itu pun digigit sendiri sangat kuat, supaya tidak pecah tangisnya.

Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now