Part 13. Build The Trust

1K 201 99
                                    

Aku menerima apapun keadaanmu, kenapa kau sendiri tidak?

❄❄❄

Kesempatan tak pernah datang dua kali. Begitu yang selalu ditekankan oleh Seoli pada sosok atasannya saat mereka harus menerima sebuah bantuan Jaesung untuk pembukaan cabang pertama di mall keluarganya. Awal mulanya, pria itu bersikukuh menolak hingga sempat bertengkar dengan Seoli yang terkesan murahan di mata keluarganya. Namun gadis itu tak peduli, toh kafe Bitter & Sweet memang sudah patut mengisi salah satu tenant di mall terbesar kota Seoul itu.

Dengan syarat, Hyungi akan membayar uang sewanya dan tak ada satu pun keluarganya yang boleh ikut campur. Maka dengan persiapan kilat ---hanya dalam waktu kurang dari satu minggu--- mereka berdua sudah berhasil membuka cabang kafe pertama di sana.

Seoli datang tepat ke kafe pusat bersamaan dengan dua pegawai barunya. "Oh, sudah menunggu lama?"

"Tidak kok, Eonni."

"Kalian bersiap-siaplah, jangan menunggu tuan Hyungi. Ia sedang sakit, terlalu kelelahan selama pembukaan kafe kita di mall kemarin," ucap Seoli mendorong pintu kaca utama kafe lalu tergesa menaiki anak tangga dengan perasaan cemas luar biasa.

Perlahan ia mengetuk satu-satunya pintu di lantai itu, tapi tak ada tanda-tanda jawaban. Seoli pun nekat membukanya.

"Oh, syukurlah."

Sosok pria berselimut sampai ke batas leher itu terlihat damai saat tertidur. Langkah Seoli berjinjit tak ingin membangunkan tuannya. Ia sempat ragu, tapi akhirnya menyentuh kening Hyungi untuk sekadar memeriksa suhu.

"Kau mau apa?" Kedua mata tipis itu mendadak terbuka lebar. Hyungi bergerak meraih kedua lengan Seoli dan menariknya kuat. "Huh? Jawab aku?!"

"Tu-tuan Min Hyungi, maaf aku tak bermaksud lancang---- aish, aku akan keluar saja." Bokong gadis itu terhempas ke sisi tepi ranjang saat Hyungi menariknya. Seoli memejamkan mata tak berani menatap wajah ganas itu. Namun hatinya terus bergumul penuh kekecewaan atas reaksi keras Hyungi barusan. Seketika teringat satu-satunya orang yang ia tunggu di ruang paling pribadinya itu bukanlah Seoli, melainkan orang lain.

Dalam kecanggungan sementara itu, Seoli berusaha menjauh darinya. Namun tak dilepaskan oleh Hyungi yang masih terbaring, menatap sendu pada keresahan di wajah gadis itu. Hyungi berlanjut menariknya semakin mendekat.

Perlahan memiringkan wajahnya sendiri, Hyungi menoreh senyum saat kedua belah bibir mereka bersentuhan tipis. Hanya dapat meringis kuat, Seoli tak sempat terkejut saat tadi Hyungi mengangkat kepalanya dalam hitungan sepersekian detik. Bertahan pada posisinya untuk menyesap celah bibir gadis itu berlarut-larut membuat Seoli membeku layaknya pahatan es.

Setitik rasa melon bercampur mint terasa di mulut gadis itu, menyadarkannya jika sedari tadi itu Hyungi hanya sedang berpura-pura tertidur. Setelah menerima satu tepukan di bahunya, Hyungi terkekeh senang mendapati Seoli berhasil masuk ke perangkapnya. Pria itu menyibak selimut, bangkit berdiri sudah berpakaian rapi. Kemeja flanel biru laut kotak-kotak dan celana panjang hitam itu tampak kontras dengan warna kulit Hyungi yang putih cenderung memucat.

"Jangan bercanda, Tuan."

"Memangnya siapa yang bercanda? Kau harus tahu, aku---" Langkah Hyungi mendekatinya, lalu ia berbisik tepat di depan wajah merona itu. "--- menyukaimu."

Lalu kejadian mengerikan itu berulang kembali. Maksud hati Hyungi ingin meraih rahang Seoli, tapi gadis itu bergerak lebih dulu untuk mendekatkan wajahnya pada pria yang baru saja menyatakan perasaannya. Sebelah telapak tangan besar itu menyambar pipi Seoli sangat kuat dalam satu ayunan hingga wajah gadis itu tersentak ke samping, bersamaan dengan rambut berkuncir kudanya yang ikut terhempas. Seoli terdiam tanpa pekikan atau rintihan kesakitan memandangi wajah ketakutan pria itu. Bahkan menyentuh pipinya sendiri saja tidak dilakukannya. Torehan senyum itu semakin saja membuat hati Hyungi teriris perih.

Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt