Part 6. Snowy Dew

1K 225 91
                                    

Bukan ingin menjadi tetesan air biasa untuk mengikis kerasnya batu, melainkan asam sulfat sehingga ia bisa merusak dinding itu dalam sekejap.

❄❄❄

Dalam keheningan ruangan beraroma biji kopi selesai digiling, Seoli membaca buku milik Hyungi yang tadinya tak sengaja diletakkan di atas mesin penghangat cangkir. Gadis itu terlihat begitu serius memahami apa yang dijabarkan secara menarik pada setiap lembaran-lembarannya.

Kedua tangan mungil itu menopang kuat buku tebal berjudul The World Atlas of Coffee karangan James Hoffmann. Menelantarkan sebatang alat pel pada sebelah meja pelanggan di bagian ujung ruangan, sesekali mulutnya terbuka, membentuk huruf 'A' sembari mengangguk.

Ini gila! Ternyata kopi memiliki dunianya sendiri.

Jangan salahkan Seoli yang selalu memakai biang kopi untuk beberapa jenis kue manisnya. Padahal penikmat kopi sebenarnya tak akan tega menyentuh bubuk kopi yang dia sendiri tak melihat wujud bijinya.

Kini gadis yang tak henti-hentinya tersenyum dan menggumam itu larut dalam keasyikan bacanya, sedikit lebih paham akan pribadi Hyungi atas kecintaan pria itu. Sepadan dengan kopi, Seoli menganggap pria kaku itu memang terasa pahit tapi kemudian meninggalkan kesan yang sangat manis.

"KIM SEOLI! APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN BUKUKU?"

Oh, mungkin anggapan barusan tak seharusnya tercetus di kepala Seoli.

Tanpa berani melihat bosnya, gadis itu memutar bola mata jengah. Berusaha keras tersenyum formal sampai akhirnya memutar tubuhnya. "Maaf, Tuan. Bukumu ada padaku."

Raut emosi yang terlukis di wajah pualam itu benar-benar membuat Seoli kebingungan. Sebab detik ini juga, Hyungi kembali menatap datar pada gadis yang berjalan ke arahnya, lalu dalam sekejap buku itu pun sudah berpindah ke tangannya.

"Apa yang membuatmu tertarik untuk menghabiskan separuh dari buku ini? Memangnya kau paham, padahal kau tak menyukainya?"

Seoli meringis tipis, jemarinya pun saling memilin. "Awalnya aku memang tak tertarik, Tuan. Tapi rasanya aku tak perlu menyukai sesuatu saat harus mencari ilmu. Sama seperti di sekolah bukan, aku membenci sejarah Korea, tapi tetap harus belajar tentang itu."

Hyungi bisa menyembunyikan rasa terkejutnya atas gadis itu. Hampir sepenuhnya yakin, jika gadis sekecil itu bisa memiliki kemauan tinggi untuk belajar. Oh, dan juga, Hyungi sudah tahu jika Seoli termasuk seorang yang cepat menguasai keterampilan hanya dengan satu kali pembelajaran. Padahal sebelum ini, karyawannya tidak ada yang seantusias dan secerdas Seoli, si gadis cerewet. Hyungi terkekeh cenderung satiris, lucu juga melihat Seoli berusaha sekeras itu dalam menekuni pekerjaannya di seputaran biji kopi. Ya, memang hanya itu saja yang dimiliki Bitter Coffee.

"Hm, Tuan..." Seoli menatap lantai menyembunyikan ketakutannya. "Sepertinya kopi paling cocok dengan kudapan. Mungkin tidak, jika kedai ini memiliki keik untuk dijual? Aku bisa---"

Hampir saja tangan-tangan di dalam saku celananya bertindak. Pria itu bukan ingin menampar karyawan mungilnya. Jelas alasan yang tak masuk akal dan dia bisa dituntut oleh siapa pun yang melihatnya. Hanya saja, itu selalu berada di luar kendali Hyungi sendiri.

Seoli memejamkan matanya. Seperti sudah menjadi respon spontan atas kebiasaan Hyungi yang mulai dihapalnya. Namun ia bisa segera mengembus napas panjang, sebagai bentuk sebuah kelegaan saat mendapati pria itu hanya bergeming, tidak melanjutkan aksinya.

"Kau memahami bahasa manusia kan? Tak akan ada apapun kecuali kopi di sini." Hyungi mengeratkan rahangnya, berucap lambat penuh intimidasi. "Tidak akan pernah ada."

Snowy Miracle (✔) [PROSES PENERBITAN]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora