Chapter 12 Slapped too Hard

1.4K 266 59
                                    


Dengan mantap Seungwan mendorong pintu itu sampai terbuka lebar. Enam orang dalam ruangan Yoongi itu langsung memutar kepala mereka kearah pintu masuk. Seungwan menjatuhkan rahangnya. Melihat Yoongi sedang mempresentasikan sesuatu dengan layar proyektornya—pembicaraannya terhenti karena ulah Seungwan.

U-know dan Max tampak mengangkat satu alis mereka dengan heran. Nakamoto Yuta mendelik. Junmyeon dan Jimin menggigit bawah bibir mereka dengan khawatir. Sementara itu raut wajah Yoongi seperti bersiap untuk membunuh.

"Sepertinya kau kedatangan tamu." Seseorang yang duduk dekat dengan Yoongi berkata, wajahnya tampan, tegas dan tidak ramah sama sekali. Itu adalah U-know. Ia menyilangkan kakinya di atas sofa, menyindir halus, merasa terganggu dengan kehadiran tamu tak diundang.

Nakamoto Yuta dan Max hanya menunggu, Junmyeon dan Jimin sekarang mendelik kearah Seungwan sambil memarahinya tanpa suara, membodohi tingkah Seungwan saat ini. Sementara itu Yoongi hanya menyeringai.

Seungwan tersenyum dengan kaku.

"Dia baru. Karyawan baru." Balas Yoongi dengan Bahasa Jepang yang fasih. Dilihatnya Seungwan dari ujung kepala ke ujung kaki.

"Ya, saya baru disini." Jawab Seungwan dengan Bahasa Jepang yang tak kalah fasihnya, berimprovisasi. "Saya hanya ingin menawarkan makan siang untuk kalian semua." Lanjut Seungwan entah dari mana.

Yoongi mendelik melihat Seungwan, Junmyeon dan Jimin menundukkan kepala tak mampu melihat kearah Seungwan atas kalimat yang barusan Seungwan lontarkan. Max menggaruk dagunya, tampak berpikir, tapi Nakamoto Yuta langsung menyambar, "Kami tidak perlu apapun."

Seungwan berdehem lagi, keringatnya mengalir deras dari pelipisnya, kemudian ia tersenyum sebaik mungkin, tetap berusaha mempertahankan wibawanya. Seungwan lalu membungkuk kecil, dan undur diri, menutup pintu di belakangnya.

Seungwan membuang nafasnya dengan keras begitu pintu ruangan Yoongi tertutup. Limbung, ia berpegangan pada dinding—menyentuh dadanya yang berdetak hampir meledak. Merasakan dirinya sendiri hampir mati karena tercekik, Seungwan buru-buru mengambil botol mineral di tasnya, kemudian meneguknya dengan rakus.

Ketika berbalik beberapa detik kemudian, Seungwan mendapati Rose berdiri tak jauh dari tempatnya. Menutup mulutnya sendiri dengan tangan, dan kedua matanya membulat ketakutan. Ia membeku di tempat. Tak mampu bicara, bahkan ketika Seungwan mendekat kearahnya dan menyentuh bahunya.

"Rose..." kata Seungwan. Rose hanya mampu menggerakkan bola matanya, melihat kearah Seungwan—hampir menangis.

"Aku—aku menghancurkan semuanya...." Kata Rose terbata. Isak tangisnya sudah ada di ujung tenggorokkannya dan Rose tak mampu lagi bicara.

"Rose..." kata Seungwan berbisik, ia memegang kedua lengan Rose.

Rose menggeleng, "Aku—aku seharusnya berjaga disini dan—tidak boleh ada yang masuk kesana—"

Seungwan membulatkan kedua matanya. Merasa sangat bodoh, ia melihat kearah Rose, "Maafkan aku Rose... Aku tidak tahu—aku bodoh—aku tidak seharusnya masuk—"

"Aku—aku baru saja pergi ke toilet dan—"

"Rose, aku benar-benar bodoh—"

"Tidak—ini salahku..." kata Rose mulai terisak.

"Aku yang bodoh—" sangkal Seungwan menggeleng.

Ten Million DollarsOn viuen les histories. Descobreix ara