Chapter 15 Worst Night in Jeju

1.9K 290 174
                                    

Yoongi terbangun pukul setengah tujuh pagi. Ia menoleh ke samping dan tidak menemukan Seungwan disana. Ini adalah hari pertama ia akan menghabiskan waktu di Jeju, dan biasanya keluarga besarnya hanya akan menghabiskan hari pertama dengan bersantai di rumah. Memikirkan itu, membuat Yoongi merindukan Jinna. Keponakannya yang berusia empat tahun—keponakan satu-satunya dan merupakan cucu satu-satunya keluarga Min. Membayangkan bercengkerama dengan balita super cerewet itu saja sudah membuat Yoongi sumringah.


Yoongi kemudian beranjak untuk membersihkan diri, mengambil alas kaki rumah kemudian berjalan menuju pondok utama. Yoongi dapat mencium harum masakan khas keluarganya bahkan sebelum ia menginjakkan kaki ke pondok utama. Jam menunjukkan pukul setengah delapan dan ternyata masih cukup pagi bagi orang lain, karena Yoongi baru melihat ayahnya duduk di atas tatami sedang membaca koran. Di hadapannya ada meja pendek yang sudah tertata beberapa jenis makanan diatasnya.


Yoongi melepas sandalnya, ia mengambil tatami kemudian duduk di salah satu sisi meja. Jangan heran dengan keheningan yang tercipta diantara dua manusia es bermarga Min ini. Karena memang begitulah kodratnya. Tak akan membuka mulut kecuali membicarakan hal yang benar-benar penting. Urusan perusahaan, atau, yang masih Yoongi ingat dan paling membuatnya trauma, pembicaraan mengenai perjodohan konyolnya.


"Ibu belum tiba?" itu suara Jisoo. Ia muncul dari arah dapur, membawa semangkuk besar sup yang masih mengepul. Ia tersenyum kecil kepada ayah mertuanya, yang hanya dijawab dengan gumaman. Memang begitu. Jangan heran. Jisoo sudah terbiasa.


"Yoongi." Pandangan mata Jisoo berpindah kearah Yoongi. "Aku ingin bicara denganmu."


"Bicaralah." Ujar Yoongi santai. Sejak tadi mengintai pie daging dengan matanya, akhirnya tangannya terulur untuk mengambil satu.


Jisoo mengerenyit dengan jengah. "Ke belakang sebentar." Jisoo kemudian menyeret Yoongi ke dapur, ia memastikan Seungwan tidak ada—sedang kembali lagi ke pondoknya untuk mandi.


"Mengapa Seungwan tak tahu apa-apa??"tanya Jisoo dengan pandangan menuntut.


Yoongi mengangkat satu alisnya, tak tahu. Sejenak mengabaikan pie daging di tangannya.


Jisoo berdecak. "Resep keluarga—semuanya."


"Ah..." Yoongi bergumam, ia tersenyum kecil. "Dia sudah tahu?"


"Dia sudah tahu?" ulang Jisoo tak percaya. "Seungwan sama sekali tak tahu apa-apa, Min Yoongi. Kau gila?"


"Bukan salahku 'kan kalau ibu belum memberi tahu apa-apa?" Yoongi menyeringai "Lagi pula aku tidak punya hak untuk memberi tahunya."


"Kau tidak perlu memberi tahu isi resepnya." Kata Jisoo mendengus. "Bukan urusanmu untuk mengajarkannya memasak. Tapi paling tidak kau harus menceritakannya. Bahwa—"


"Apa?" potong Yoongi agak menantang. "Bahwa aku hanya bisa makan makanan dari tangan ibuku? Atau aku hanya bisa makan dari resep keluargaku? Bahwa aku tak bisa makan semua masakanmu? Bahwa semua makananmu hanya akan berakhir di tempat sampah?"

Ten Million DollarsWhere stories live. Discover now