Chapter 20 Two Schedules

2.2K 337 137
                                    

WARNING: Super long chapter 3600 words

Yoongi tidak menyesal. Tidak menyesal sama sekali dengan apa yang telah ia buat kemarin dengan Seungwan. Hal itu dibuktikan dengan keadaannya di pagi ini. Rambutnya masih berantakan, matanya masih setengah mengantuk, dan ia sedang duduk untuk mengumpulkan nyawa. Tidak seperti kemarin yang linglung, sekarang Yoongi sadar sepenuhnya. Ia justru tersenyum kecil, teringat kembali bagaimana ia tertidur dengan nyenyak kemarin. Barang kali tidur siang paling nyenyak seumur hidupnya.

Yoongi kemudian buru-buru untuk bersiap, mandi dan berpakaian. Ia tak punya banyak email yang harus dibaca karena kemarin Seungwan sama sekali tidak menyortir surat, maka Yoongi punya pagi yang lenggang. Ia turun ke kafetaria untuk sarapan disana, lebih pagi dari pada biasanya, memesan roti tuna panggang dan segelas teh. Kali ini Yoongi menikmati waktu sarapannya. Ia bahkan sesekali bersenandung. Noted. Min Yoongi bersenandung.

Yoongi sengaja berlama-lama di dalam kafetaria. Tembok kaca tembus pandang kafetaria itu menghadap ke lapangan parkir luas, sehingga orang di dalam kafetaria bisa dengan leluasa melihat keluar. Suasana kafetaria lenggang seperti kemarin. Hanya ada seorang yang duduk di sudut sedang membaca koran, dan satu orang lagi sedang sibuk dengan ponselnya, kemudian ada Yoongi, yang duduk menyilangkan kaki, bersantai, menghadap kaca luas tembus pandang itu, melihat ke luar—lapangan parkir.

Semua orang pasti tahu apa tujuan Yoongi bersantai di tempat itu. Min Yoongi, si boss besar yang tidak suka membuang-buang waktu sekarang sedang bersantai di kafetarianya. Ya, benar sekali. Subjek yang menjadi bahan pembicaraan kemudian muncul. Diawali dengan kedatangan Kona Electric biru metalik yang meluncur halus di lapangan parkir. Si empunya mobil keluar dari pintu depan, rapi dengan setelan kerjanya, dan kali ini menggunakkan sepatu tertutup tanpa heels, gelungan rambutnya rapi, lipstick merah maroon on point, dan sebagainya.

Kemudian Yoongi menaruh Roti tunanya yang bersisa separuh, di atas meja. Ia melenggang keluar menuju lapangan parkir. Kedua pipinya berkedut, menahan kedua sudut bibinya agar tidak naik keatas.

"Terlambat dua menit dua detik." Min Yoongi berkata sembari berjalan mendekati Seungwan. Menaruh dua tangan di saku celana, setelannya rapi dan tampan. Itu deskripsi yang ada di kepala Seungwan. Seungwan sendiri melebarkan kedua netranya, tak menyangka sama sekali akan bertemu bossnya di tempat ini.

"Aku sampai tepat waktu, sebenarnya boss." Seungwan tersenyum dengan mempesona. Segar, berbinar dan sebagainya. Ini deskripsi yang ada di kepala—kalian-tahu-siapa—

"Yah, tapi kau perlu waktu dua menit untuk sampai ke atas." Kata Yoongi memamerkan seringai senangnya.

Seungwan mengedikkan bahu, "Setidaknya aku sampai di atas tidak sesudah bossku sampai."

"Itu karena aku sengaja berlama-lama disini." Yoongi menyahut. "Kau pasti terlambat, kalau aku tidak berlama-lama disini."

Seungwan kemudian memberenggut, "Lalu kenapa boss ada disini?"

"Aku tidak mau kau membolos lagi." Kata Yoongi. "Membolos karena sakit dan sebagainya. Kau tidak melakukan apa-apa kemarin 'kan?"

"Maaf boss." Kata Seungwan mengkerutkan hidungnya. Justru terlihat sangat imut. Yoongi menampilkan senyum langkanya, mengabaikan permintaan maaf Seungwan.

"Lupakan." Kata Yoongi. Ia menyambar tangan Seungwan yang baru saja mencapai lobi, menariknya kembali ke kafetaria. "Sudah sarapan?"

.

.

.

Perlakuan bossnya pada Seungwan beberapa hari belakangan ini berhasil membuat Seungwan terbiasa. Terbiasa dianggap keberadaannya, terbiasa diajak bicara, terbiasa diperhatikan, dan ... bahkan terbiasa dengan skinship yang diberikan boss kepadanya. Orang lain akan menganggap itu semua sepele. Tapi karena yang kita bicarakan adalah seorang Min yoongi, maka itu bisa jadi beda cerita.

Ten Million DollarsWhere stories live. Discover now