Chapter 16 Secretary Wendy

1.6K 293 101
                                    


Seungwan bisa terbangun tepat waktu keesokan harinya walaupun semalam ia tidur dengan tidak nyenyak. Selain karena Seungwan memilih tidur di sofa dingin, Seungwan juga harus berusaha berhenti menangis. Perlakuan ibu mertuanya selama tiga hari padanya dan kalimat yang dilontarkan Yoongi malam itu ternyata sanggup membuat mental Seungwan jatuh sejatuh-jatuhnya.


Seungwan harus menempuh perjalanan selama satu jam sepuluh menit di dalam pesawat menuju Seoul. Waktu perjalanannnya banyak Seungwan habiskan untuk tidur dan ... merenung. Tidur di dalam pesawat dan merenung di dalam mobil menuju rumah. Merenung betapa menyedihkannya Seungwan dalam perjalanan selama tiga hari di Jeju ini. Pengalaman selama tiga hari di Jeju barangkali adalah pengalaman paling menyakitkan dalam hidup Seungwan. Diabaikan, diperolok dan disakiti, oleh anggota keluarganya sendiri, yang seharusnya menyayanginya. Seungwan hampir menangis ketika membayangkan, bagaimana jika ibunya tahu kalau dia diperlakukan seperti ini oleh keluarga suaminya. Mungkin ibunya akan terluka, menangis tersedu dan mengusahakan segala sesuatu supaya Seungwan segera melepas ikatannya dengan Yoongi dan keluarganya.


Walaupun begitu, Seungwan tak ingin itu semua terjadi. Ia tak mau melihat ibunya sedih dan terus mengkhawatirkannya. Seungwan juga tak ingin ibunya menderita hanya untuk mengusahakannya melepaskan ikatannya dengan Yoongi dan keluarganya. Dan juga ... Seungwan sangat tidak ingin berpisah dengan Yoongi.


Tolong jangan katakan Seungwan bodoh. Setelah semua yang Seungwan alami, Seungwan justru semakin sadar kalau kasih sayangnya pada Yoongi sangat besar, ia terperosok semakin dalam. Jangan pernah bertanya kenapa, atau bagaimana itu bisa terjadi. Karena Seungwanpun tak tahu pasti apa jawabannya.


Maka hari itu, setelah tiba di rumah, Seungwan menghabiskan waktu untuk menenangkan diri. Menetralisir rasa sakit hati yang sudah beberapa hari ini bersarang. Banyak berpikir positif untuk menaikkan moodnya. Lagi pula, tepat besok pagi, Seungwan sudah harus bekerja, dan itu merupakan hari pertamanya menjadi sekretaris Min Yoongi. Kesenangannya bekerja membuat Seungwan sangat antusias untuk mempersiapkan diri besok, yang tentu saja sangan memperbaiki suasana hatinya.


Seungwan sebenarnya sudah mempersiapkan diri sejak ia ditunjuk ayah mertuanya untuk menjadi sekretaris Yoongi. Ia beberapa kali menemui Rose, mendiskusikan banyak hal yang perlu ia ketahui. Dari berkas-berkas, rapat perjanjian sampai hal-hal yang Yoongi tidak sukai.


Semua sudah siap sesuai dengan perkiraan Seungwan. Tasnya sudah ia siapkan, beserta i-pad dan beberapa berkas penting, blouse dan rok sudah tergantung rapi di lemari, serta pantoeflenya yang sudah ia semir sampai mengkilat. Seungwan dapat tidur dengan nyenyak malam itu.


Ia bangun pagi-pagi pada hari berikutnya, bahkan sebelum alarm ponsel membangunkannya. Tidak ingin terlambat ke kantor di hari pertamanya bekerja, Ia kemudian melakukan ritual paginya, menyiapkan segala perlengkapan Yoongi dan membuat sarapan.


Seungwan sudah bersiap untuk mandi ketika dilihatnya Yoongi keluar dari kamar mandi, berjalan masuk ke kamar mereka, air masih menetes dari rambutnya dan tubuhnya terlilit handuk dari pinggang. Seungwan mengedipkan matanya tanpa sadar, sulit sekali mengalihkan pandangan—Yoongi yang memang tampan dan bagaimana tubuhnya yang proposional terpampang nyata tepat di hadapan matanya. Ia sudah melihat ini berkali-kali, namun belum juga bisa terbiasa.

Ten Million DollarsWhere stories live. Discover now