Bab 9

7.1K 765 85
                                    

Hari pelaksanaan tiba, seluruh siswa sudah berkumpul di sekolah dan bersiap berangkat. Taehyung menatap sekeliling dan bernapas lega saat melihat pemuda Jeon sudah berada di deretan belakang.

"Semua siswa diharap masuk dan menempati tempat duduk yang telah disediakan. Kalian bisa melihat nama yang sudah tertempel di masing-masing tempat duduk. Sekarang, silakan masuk." Ucap pemandu dan tak menunggu waktu lama siswa-siswa sudah memasuki bus, begitu juga dengan Jungkook dan Taehyung.

Taehyung mengecek setiap nama yang ada di tempat duduk tersebut, tapi sampai sekarang masih belum menemukannya. Ia terus berjalan ke sisi belakang dan tersenyum saat melihat namanya tertera di kursi bagian belakang. Ia kemudian menatap kursi yang ada di sebelah tempat itu. Matanya membulat saat nama Jeon Jungkook tertera di sana.

"Ah bangsat! Kenapa aku harus duduk denganmu?" Ucap Jungkook yang sedari tadi ada di belakang Taehyung. Jungkook menabrakkan pundaknya pada Taehyung dan berlalu begitu saja ke tempat duduk itu tanpa memperdulikan Taehyung yang menatapnya tajam.

"Dasar kelinci tonggos! Menyebalkan!" Taehyung berucap seraya memegang pundaknya. Ia kemudian berjalan menuju tempat duduk dan mendudukinya.

"Jangan dekat-dekat duduknya!" Ucap Jungkook.

"Matamu gak bisa lihat? Tempat ini tidak luas! Tidak usah bacot dan tenang aja. Aku juga gak sudi nempel-nempel denganmu!" Taehyung mendengus sebal saat mendengar ucapan Jungkook. Apa-apaan dia itu? Apakah dia tidak pernah naik bus sebelumnya? Menyebalkan.

Mereka berdua pun menyamankan duduknya. Taehyung mengambil earphone dan memilih mendengarkannya untuk mengusir keheningan. Sesekali ia melirik pemuda Jeon yang ada di sampingnya, ia hanya diam dan memperhatikan pemandangan luar. Taehyung menghela napas dalam saat hatinya tak bisa berhenti mengagumi laki-laki itu.

"Ah bangsat! Kenapa dia begitu sempurna? Menyebalkan!" Ucap Taehyung dalam hati. Ia berdehem untuk menetralkan degup jantungnya dan memilih memejamkan matanya.

Jungkook yang tak merasakan pergerakan dari teman sebangkunya ini pun perlahan melirik keberadaannya. Jungkook melihat Taehyung tertidur dengan earphone yang menempel di kedua telinganya. Perlahan atensi Jungkook beralih pada sosok itu. Tatapannya terpaku untuk beberapa saat untuk memperhatikan wajah damai Taehyung yang tengah tertidur. Tak terasa sebuah senyuman tercetak dari bibir tipisnya.

"Kamu terlihat lebih baik saat tidur begini." Gumam Jungkook. Ia masih memperhatikan bagaimana indahnya wajah Taehyung saat tertidur. Mata yang biasa menatapnya nyalang itu kini terlihat teduh. Bibir yang biasa mengatainya kini terlihat mengatup indah dengan warna merah yang merekah. Jungkook terpaku beberapa waktu hanya untuk memperhatikan keindahan itu.

"Ah sialan! Pikiran macam apa barusan? Sadarlah Jungkook, dia orang yang menyebalkan!" Jungkook menggeleng dan kembali pada posisinya. Dia menormalkan hembusan napasnya untuk mengontrol detakan jantungnya yang tiba-tiba mencepat. 

"Aku bisa gila." Gumam Jungkook dan kembali menatap pemandangan luar jendela.
.
.
.

Waktu perjalanan terasa cukup lama, Taehyung terbangun dan menarik earphone yang sedari tadi terpasang di telinganya. Matanya melihat sekeliling dan melihat beberapa siswa sudah tidur di tempatnya. Lalu ia melirik Jungkook dan ternyata ia juga tengah tertidur. Taehyung mengubah duduknya hanya untuk memperhatikan Jungkook. Senyuman mengulas begitu saja saat melihat bagaimana manisnya wajah Jungkook saat terlelap. Mulutnya sedikit terbuka menampilkan gigi kelincinya yang terlihat menggemaskan. Taehyung tersenyum gemas melihatnya.

"Kamu tahu Jeon, kamu yang seperti ini itu sangat menggemaskan. Kamu tampan, imut dan menawan. Kapan kita bisa berdamai dan menjadi teman? Aku merindukanmu Jeon." Ucap Taehyung dengan mata yang masih memperhatikannya.

Entah keberanian dari mana, Taehyung mulai mencondongkan tubuhnya dan mengikis jarak di antara keduanya.

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi Jungkook. Mata Taehyung membola saat sadar apa yang baru saja dilakukannya. Pipinya memanas dan ia yakin jika saat ini sudah memerah. Ia dengan cepat kembali ke posisinya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Aku gila, aku gila, aku gila." Ucapnya lirih.

Bersambung...

B A N G S A T [KV]Where stories live. Discover now