Trial Run | 2

214 23 2
                                    

Baginya, pagi ini terlalu cerah untuk memulai sesuatu yang membosankan. Membuka rollingdoor toko, mengelap kaca estalase, dan menata roti-roti siap makan didalamnya. Kepulan uap baru saja mengudara. Senampan pastry siap disajikan. Tepat setelah itu, lonceng pintu berbunyi nyaring. Pelanggan pertama untuk hari ini. Namun, nyatanya bukanlah pelanggan. Melainkan jasa delivery toko roti. Marlos, datang dengan wajah sedatar mungkin. Menyerahkan secarik kertas dan duduk di kursi depan etalase.

"Bagaimana dengan yang kemarin?" tanya seorang wanita seraya menata roti-roti di etalase.

"Yang kemarin, ia memuntahkan cairan hijau lagi." jelas lelaki itu yang kini mulai melepas topinya memperlihatkan tato bergambar burung di dahi kirinya. Grizelle, sang penjaga toko roti itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa kau benar-benar tidak mau bergabung di lab? Bukankah kau bisa lebih leluasa disana. Maksudku, semua alat dan bahan yang kau butuhkan bisa terpenuhi disana" ucap Marlos sempat membuat Grizelle terhenti dengan pekerjaannya.

"Aku tidak bisa. Biar kau saja yang menjadi penanggung jawabnya. Aku akan membantumu dari belakang. Yang lain tidak akan bisa menerimaku. Sudah jelas akulah tersangkanya." jawab Grizelle.

"Bagaimana dengan Virginia? Kau bilang kau lahir disana? Apa kau akan membiarkan tanah kelahiramnu menjadi tempat illegal? Yang mungkin beberapa tahun lagi akan diisolasi dari daerah lainnya?"

Kali ini Grizelle benar-benar berhenti dari pekerjaannya. Gadis itu menumpukan tangannya pada kaca estalase dan meremas pelan rambutnya. Matanya berair.

"Andai aku bisa," ucapnya putus asa.

Terdengar helaan berat dari Marlos. Lelaki itu kemudian mengarahkan tangannya untuk menepuk pelan pundak Grizelle menyalurkan kekuatannya. Grizelle terdengar semakin sesegukan. Untungnya belum ada pelanggan untuk hari ini. Marlos sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Pelatihan militer yang dilaluinya beberapa bulan yang lalu sama sekali tidak mengajarkan bagaimana cara menghibur seseorang yang sedih. Terutama wanita.

***

Sebuah roti seukuran bantal mendarat dengan mulus diatas meja besi menghasilkan bunyi bedebum ringan yang cukup membuat semua orang diruangan menoleh.

"Kiriman untuk hari ini, dosisnya ditambah." ucap Marlos.

Beberapa orang diruanganpun langsung sibuk seketika. Beberapa orang nampak mendorong sebuah kotak transparan yang didalamnya terdapat 5 orang dengan penampakan persis seperti zombi dengan darah dan nanah yang meletup-letup pada sekujur kulitnya.

"Apa ada pesan lain dari wanita itu?" tanya wanita berambut pendek dengan kacamata labnya, Tris.

"Tidak," ucap Marlos singkat.

"Aku jadi semakin pensaran dengan wanita ini."

"Hanya aku yang boleh tau tentangnya," jawab Marlos.

Ucapan keduanya terhenti ketika hal yang ditunggu-tunggu dimulai. Roti tadi diberikan kepada kelima orang yang berada pada kotak transparan tadi. Kelimanya nampak memakan dengan rakus. Di menit berikutnya seorang lelaki berambut pirang dimasukkan kedalam kotak. Begitu di masukkan, lelaki itu segera memberontak didalam sana. Ingin di bebaskan. Mulutnya mengeluarkan beberapa patah kata namun karena kotaknya kedap suara, maka tak ada seorangpun yang mendengarnya. Marlos berusaha mengamati apa yang sekiranya dikatakan lelaki itu. Namun beberapa petugas sudah terlebih dahulu kembali mendorong kotak tersebut untuk disimpan.

"Kita akan amati dia lagi nanti." putus sang pria yang tidak lain adalah kepala lab..

Marlos, lelaki itu pergi begitu saja dari ruangan yang berbau memuakkan itu. Entah bagaimana bisa ia ditugaskan dengan sekumpulan peneliti yang begitu terobsesi dengan nyawa manusia. Bagaimana bisa manusia dijadikan barang percobaan? Sudah hilangkah rasa kemanusiaannya?

Trial Run (Hiatus)Onde histórias criam vida. Descubra agora