Trial Run | 16

56 12 0
                                    

Setelah hampir menjelajahi seluruh ruangan, Christof akhirnya sampai di dapur. Bunyi putaran kaset masih terdengar samar dari sini. Diatas meja bar dapur terdapat seteko kopi dengan uap yang masih mengepul. Disampingnya, terdapat sebuah piring yang menyajikan dua potong roti. Salah satunya terdapat gigitan. Apapun yang terjadi, sepertinya ada yang mengusik sang pemilik rumah hingga membuatnya meninggalkan sarapannya.

Bunyi tembakan segera terdengar saat Christof mendekatkan wajahnya untuk mencium aroma kopi yang sempat membuatnya ingin mencicipi. Diarahkannya pandangannya kearah luar melalui jendela kaca satu-satunya di dapur yang langsung menampilkan halaman belakang rumah. Ada sebuah ladang disana. Christof melangkahkan kakinya mendekat. Ternyata itu adalah ladang labu. Seorang pria paruh baya sedang menembak kearah langit, disusul suara burung gagak yang saling bersahutan. Gagak-gagak itu kembali berkicau rusuh saat tembakan kedua diudarakan. Beberapa yang masih sibuk menggerubungi labu-labu langsung terbang pergi meninggalkan labu-labu itu dan meninggalkan cacat dengan bekas gigitan dimana-mana. Pria itu tidak benar-benar membidik gagak-gagak itu, tapi hanya menembak asal untuk mengusir gagak pemakan labu itu.

Seolah mengetahui kehadiran seseorang, pria itu menoleh kearah jendela. Christof pun mengayun kan tangan keatas menyapa baik-baik. Jika tidak, mungkin bidikan senapan itu bisa berubah arah kepadanya. Pria di ladang itu mengibaskan tangannya beberapa kali ke udara, mengusir kembali gagak-gagak nakal itu sebelum berjalan ke arah pintu belakang rumah untuk menemui Christof.

"Kau mau Kopi?" tawar pria itu saat ia baru saja bertemu Christof. Lelaki itu menaruh senapannya sembarangan dan bergerak menuangkan kopi pada dua cangkir. Sedang Christof hanya berdiri kaku. Pria ini seolah menyapa kenalan lamanya.

"Jadi akhirnya, FBI mau menyelidiki kesaksianku?" ucapan pria itu setelah menyesap sedikit kopinya seraya menyodorkan gelas lainnya pada Christof.

Christof menerima ulurannya dan ikut menyesap kopi yang aromanya sejak tadi menggodanya. Benar saja, seperti aromanya, rasanya pun tak kalah enak.

"Ada yang bisa ku bantu tuan?" ucap pria itu yang membuat Christof tersadar. Ia terlalu menikmati kopinya.

"Ah, ya. Tapi..., bagaimana kau tau aku dari FBI, dan apa benar kau yang mengirim kesaksian itu?" tanya Christof lebih relax. Efek kopi memang hebat.

"Aku hanya menebak, aku yakin kau akan mencariku." jawab pria itu yang diangguki Christof.

"Sejujurnya, semua ini tidak ada hubungannya denganku. Apa yang ku laporkan, semuanya adalah pesan dari anakku." lanjut pria itu.

"Anakmu?" ulang Christof yang diangguki pria itu.

"Dia meninggal 2 bulan yang lalu. Ditembak saat pulang kerja. Hari itu tepat 3 bulan ia bekerja di perusahaan tempat ia bekerja. Seolah tau jika ia akan mati, saat akan berangkat kerja pagi itu, ia berpesan supaya besok paginya aku mengirim map berwarna hijau dikamarnya, untuk diserahkan pada FBI. Aku sempat membacanya dan aku tau itu rumit sekali. Dugaan ku, orang-orang itu membunuh anakku karena ia telah mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak boleh diketahui. Aku mencoba mencari petunjuk lain dari barang-barang peninggalannya di kamar. Tapi aku tidak bisa mencocokkan puzzelnya. Aku hanya berharap putraku bisa beristirahat dengan tenang sehingga aku ingin mengetahui alasan mengapa ia bisa bernasib malang seperti itu." jelas pria itu.

"Kau bisa menunjukkan petunjuk-petunjuk itu padaku?" tanya Christof.

***

Sebuah chips, id card, sebuah map, dan kaset radio. Keempat benda itu sudah berjajar rapi diatas meja ruang tamu. Pertama-tama, Christof mengambil chip yang mirip memori eksternal handphone itu seraya menelisik lebih dekat.

"Jadi, putramu adalah seorang pegawai IT?" tanya Christof yang diangguki sang pria.

Jelas sekali, IT bukanlah bidangnya. Percuma ia menelisik lebih jauh chips ini, ia tidak mengerti apapun. Bahkan Christof sempat mencoba memasangkannya pada slot kartu sd handphonenya. Namun tidak cocok. Kelihatan mirip, tapi itu bukan memori eksternal pada umumnya. Rasa penasaran membuat kedua alisnya bertaut. Ia yakin jika chips ini akan berfungsi jika ada slot yang sama yang bisa digunakan untuk mengaksesnya. Tapi, dimana ia menemukan slot itu? Meski barang ini kecil sekali, tapi chip biasanya berisi hal yang sangat penting. Christof benar-benar tidak bisa melewatkannya.

Trial Run (Hiatus)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن