Trial Run | 19

52 10 0
                                    

Punggung Marlos yang menjauh masih terlihat mata. Berjalan menyusuri trotoar dengan kerlap-kerlip lampu malam. Lelaki itu harus kembali bertugas, sedikit kecewa karena mereka tidak bisa bersama lebih lama. Grizelle masih berdiri di di depan pintu Grizz Bakery dengan senyum paling lebarnya. Saat punggung itu menghilang, ditatapnnya langit malam yang begitu gelap. Tidak ada bintang diatas sana, tapi itu cukup membuat Grizelle bisa tidur dengan tenang. lalu pandangannya kembali jatuh ke jalanan. Suasananya begitu lenggang. Hanya ada beberapa mobil dan taksi yang berlalu lalang. Namun tak sedikit pula mobil-mobil keluaran terbaru yang berbaris di sisi kiri dan kanan jalan di depan beberapa restoran bintang lima yang jaraknya beberapa blok dari Grizz Bakery. Untuk sesaat, Grizelle merasakan ada yang sedang menatapnya dari salah satu mobil-mobil itu. Bulu kuduknya agak merinding. Tapi ia tidak begitu yakin, maka ia pun memutuskan untuk masuk kedalam dan beristirahat.

Sesaat setelah ia kehilangan kesadaran, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk.

"Grizz? Kau ada di dalam?" tanya orang dibalik pintu yang bukan lain adalah Riana. Grizelle bangkit dari tidurnya, agak sempoyongan.

"Ada orang yang mencarimu," ucap Riana.

"Mencariku? Siapa?"

"Entahlah, dia berperawakan mirip teman lelakimu, siapa namanya? Ah ya, Marlos. Dia memakai baju hitam-hitam yang aneh."

"Dimana dia?"

"Sedang duduk di meja pelanggan." Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Grizelle berjalan kearah dapur, mengintip dengan hati-hati dari balik gorden pemisah antara dapur dan toko. Seorang lelaki duduk membelakanginya, Grizelle tidak bisa mengenalinya. Matanya memindai seluruh penampakan belakang lelaki itu. Lalu tatapannya terkunci pada saku celananya yang memperlihatkan sebuah pistol. Tangan kanan lelaki itu yang tadinya mengetuk-ngetuk meja mulai berhenti, tiba-tiba suasana menjadi hening. Dengan pasti tangan itu meraba saku celanan dengan gerakan perlahan, Grizelle masih terpaku kesana, belum mengerti situasi apa yang sedang terjadi padanya. Ketika padangan Grizelle naik, ia bisa melihat dengan jelas seringaian wajah lelaki itu dari pantulan buram kaca toko. Sesaat setelah itu, Grizelle menyadari jika pria itu juga melihatnya, seringaian itu di tujukan kepadanya. Hati Grizelle mencelos, kesadarannya kembali pulih. Grizelle merunduk bersamaan dengan bunyi tembakan yang teredam. Lelaki itu menambahkan peredam pada senjatanya. Tentu saja, tidak mungkin ia berani menembak jika tanpa peredam atau hal itu akan menarik perhatian. Grizelle masih dalam posisi berjongkok saat ia berusaha mati-matian menenangkan debaran jantungnya. Masih dengan posisi berjongkok, Grizelle berjalan menuju laci dapurnya untuk mengambil senjata yang ia simpan disana.

"Grizz? Ada apa?" Riana masih berdiri di depan pintu kamar Grizelle dengan wajah pias. Bersamaan dengan itu, bunyi tembakan kedua terdengar, Agaknya tembakan itu mengenai kaca hingga suara pecahannya yang nyaring semakin membuat tubuh Grizelle bergetar. Ia tidak tahu kaca mana yang terkena tembakan, entah kaca depan atau kaca etalase. Grizelle berdiri dan langsung menyambar lengan Riana, mengajaknnya berlari menuju pintu belakang toko.

"Ada apa ini Griz? Pria itu menodongkan senjatanya pada kita." ucap Riana masih terus berlari bersama Grizelle.

Selang beberapa saat, Grizelle mendengar teriakan Riana saat lelaki tadi ikut keluar dari pintu belakang toko.

"Bukan kita, pria itu mengejarku. Kita harus berpisah, jika aku tidak kembali, kau harus menemui Marlos. Katakan jika aku diserang oleh orang yang sama saat di hutan." Ucap Grizelle tersendat napasnya sendiri.

"Kau pernah di serang sebelumnya? Di hutan?" ulang Riana. Sejujurnya Grizelle agak kasihan dengannya, harusnya Riana tidak berada disituasi ini.

"Tiadak ada waktu lagi, ayo kita berpisah!" seru Grizelle dan mendorong Riana ke arah kiri, sedang dirinya berbelok ke kanan.

Trial Run (Hiatus)Where stories live. Discover now