TIGA

137K 5.6K 43
                                    

"Aku minta maaf."Ucap suara itu berat dengan nada menyesal yang dalam.

Inne yang membisu sedari lima menit mobil melaju menuju rumahnya, menoleh dengan gerakan kaku kearah seorang laki-laki yang barusan meminta maaf dengan nada menyesal padanya.

Tatapan laki-laki itu lurus ke depan, sedang fokus mengemudikan mobilnya di jalan yang lumayan padat siang ini.

Tidak mendapat balasan tatapan dari laki-laki itu, Athar Prayoga, Inne membuang tatapannya kearah jendela  bahkan Inne duduk menempel dengan pintu mobil. Menahan rasa sesak di hati, dan rasa perih yang menyapa pergelangan tangan kanannya saat ini.

Inne sedih, sangat sedih. Apakah Athar tadi tidak bisa melihat wajah pucat pasih, dan menahan sakit yang teramat dalam di pada wajahnya tadi, bahkan hingga saat ini?  Wajahnya masih sangat pucat. Tapi, rasa sakit, dan mual yang ia rasakan sudah hilang entah kemana, sejak Athar berada dalam jarak dekat, dan duduk di sampingnya.

Athar, menyemburkan kata-kata marah yang tidak bisa laki-laki itu tahan untuk tak menyakiti hatinya, bahkan fisiknya juga ikut terluka.

Marah, laki-laki itu marah melihat ia yang duduk bagai gembel di pinggir jalan. Tidak memberi kesempatan sedikit'pun untuk dirinya menjelaskan terlebih dahulu, mengapa bisa berakhir di pinggir jalan dengan posisi duduk yang menyedihkan seperti tadi.

Inne semakin menempelkan tubuh mungil rapuhnya di  pintu mobil. Di saat indera  pendengarnya mendengar dengan jelas tarikan kasar, dan hembusan kasar nafas Athar  di sampingnya.

"Aku bodoh. Kamu nggak mungkin melakukan hal bodoh, dan memalukan seperti tadi. Duduk bagai gembel, dan seperti orang hilang akal tanpa ada sebabnya. Maafkan laki-laki bodoh ini."Ucap Athar dengan nada yang menyiratkan rasa sesal yang teramat dalam.

Inne menoleh kearah Athar. Bukan, bukan untuk melihat wajah laki-laki itu, Inne menoleh dengan tatapan bertanya, karena Athar membelokkan mobilnya ke jalur lain, bukan  jalur menuju rumahnya, bahkan Athar saat ini menghentikan mobilnya juga di pinggir jalan.

"Inne..."Panggi Athar lembut, tapi kedua manik hitam pekatnya terlihat dingin, dan tajam, dan tangannya yang kekar, dan lebar telah menggenggam, dan meremas lembut tangan Inne yang berada di atas kedua paha wanita itu.

Terlambat, Inne masih sakit hati, sangat sakit hati pada Athar. Ingin sekali Inne menarik tangannya dari genggaman Athar, tapi Athar menggenggam tangannya begitu erat. Inne menyerah, dan balas menatap Athar  dengan tatapan nanar setelah ia melirik sekilas kearah pergelangan tangan kanannya yang memerah, karena cengkraman kuat penuh kemarahan Atahr di pinggir jalan  tadi.

 

"Maaf. Maaf."bisik  Athar lagi lirih.

Membuat air mata yang di tahan Inne sedari tadi akhirnya luruh, melewati, dan membasahi kedua pipinya.

Athar laki-laki terhormat, terpandang, laki-laki hebat, di segani banyak orang. Wajar Athar marah padanya. Ia sudah di kenal publik sebagai kekasih Athar, memalukan, sangat  memalukan dengan apa yang ia lakukan tadi, walau bukan kehendak, dan keinginan dirinya sendiri.

Tak mendapat respon dari Inne. Athar membuka sealbat yang merantai dirinya, dan setelah terbuka, Athar menjatuhkan kepalanya di atas kedua paha Inne. Menenggelamkan kepalanya sedalam mungkin di paha Inne dengan seluruh tubuh yang telah bergetar kecil menahan isak  tangis.

"Athar...."panggil Inne pelan.

Inne mengelus lembut bahu bergetar Athar.

Hati Inne dalam sekejap luluh lantah, terharu melihat kesungguhan, dan rasa sesal yang teramat dalam,  dalam kedua bola mata hitam pekat Athar, dan dari nada suara laki-laki itu.

"Aku sudah memaafkanmu."Ucap Inne dengan nada tulusnya.

Perlahan tapi pasti, kepala Athar yang tenggelam di paha Inne terangkat. Inne menegang melihat wajah Athar yang basah, dan memerah.

Athar menangis? Menangis dengan begitu hebat dalam diamnya barusan? Terlihat dari banyaknya jejak air mata di  kedua pipi tirus laki-laki itu.

"Athar..."Panggil Inne dengan nada bergetarnya.

"Maafkan aku."bisik Athar pelan.

Inne mengangguk lembut.

"Sudah berapa tahun kita bersama?"Tanya Athar tiba-tiba dengan pelan, dan membuang tatapannya kearah lain.

Deg!

Inne meneguk ludahnya kasar, entah kenapa dalam sekejap, jantungnya berdebar dengan begitu kuat di dalam sana diiringi rasa sesak, dan sakit yang luar biasa.

"Kenapa? Kenapa bertanya seperti itu? Ka-kamu pasti tau sudah berapa lama kita bersama."Ucap Inne pelan dengan  nada terbata di akhir kalimatnya.

"Sudah tujuh tahun..."Sambung Inne dengan nada yakinnya.

Ya, mereka sudah menjalin hubungan tujuh tahun lamanya, sejak keduanya duduk di bangku kelas 3 SMA.

"Maafkan aku."Athar meminta maaf lagi.

Membuat jantung Inne semakin berdebar menggila di dalam sana.

Inne reflek mengambil tangan besar, dan lebar Athar di atas paha laki-laki itu, menggenggamnya lembut, tapi...Athar menarik lembut tangannya tanpa melihat kearah wajah tegang, dan takut Inne sedikit'pun.

"Jangan membuatku takut."Bisik Inne memohon.

"Kita bahas di rumah nanti. Kita ke rumah sakit dulu. Kamu sakit." Ucap Athar dingin, sekali lagi tanpa menoleh kearah Inne.

Komen, dan vote ya, biar di Up lagi nanti malam  :)

04-21-2019-17:37

DIA ANAKKU! RepostМесто, где живут истории. Откройте их для себя