ENAM BELAS

87.9K 4.1K 168
                                    

Inne tau ia bodoh! Dia tetap menonton tayangan yang berada dalam tv itu. Tayangan laknat yang membuat sekujur tubuhnya terasa sakit, terlebih hati, matanya yang memandang wajah bahagia itu, telinganya yang mendengar ucapan-ucapan pujian yang di tujukan oleh orang-orang untuk kedua mempelai pengantin yang terlihat sangat tampan, dan serasi dengan pakaian warna gold yang membalut tubuh tinggi atletis mempelai pria, dan tubuh tinggi semampai mempelai wanita.

Sakit sekali, dadanya terasa sangat sakit menyaksikan kegiatan  demi kegiatan sakral yang berlangsung dengan mewah, dan megah dalam acara yang ia tonton saat ini.

Hatinya meratap, mengharap penuh mohon, Ijab kabul tidak jadi di lakukan, dan enggan untuk di ucapkan oleh Athar di dalam sana.

Tapi, apa yang di harap, di ratap oleh hati kecil Inne, sepertinya tidak di dengar oleh Tuhannya.

Dalam sekali tarikan nafas panjangnya, dengan lancar, dan suara lantang,  Athar mengucap ijab qabul yang mengikat dirinya dengan Sabira untuk selama-lamanya.

Sabira sudah sah menjadi isteri Athar!

"Hiks.....Hiks...."Isak Inne tertahan.

Wajah Athar terlihat cerah, kedua bibirnya yang tebal kecoklatan selalu menyunggingkan senyum manis, dan hangat untuk sabira yang berada di sampingnya. Membuat Inne marasa ingin mati saja melihatnya.

"Sakit sekali, Athar. Begitu mudahnya kau melupakan aku?"Ucap Inne bergetar.

"Aku? Anakmu yang sedangku kandung? Terbuat dari apa hatimu, Athar?"

"Atau selama ini kau hanya kasihan padaku. Kau  sebenarnya mencintai Sabira. Kau mencintai Sabira! Kau terlihat bahagia berada di sampingnya."Gumam Inne terluka.  Kedua matanya masih setia mengalirkan airnya dengan deras di sana.

Bohong! Inne melanggar sumpah, dan janjinya untuk tidak meneteskan  air matanya lagi untuk Athar, ayah biologis anak yang tengah ia kandung saat ini.

"Tega kamu, Athar. Tega! Kamu tega."bisik Inne dengan kedua bibir yang bergetar hebat.

Menahan isak kencang yang ingin keluar dari mulutnya sedari tadi. Tapi, Inne  menahannya sebisa mungkin.

Itu tidak baik untuk kesehatan, dan anaknya di dalam sana. Saat ini saja, nafasnya tersengal memburu dengan rasa sakit yang menyiksa menyapa telak dada, hati, bahkan seluruh organ penting kehidupannya.

Bayangkan saja, laki-laki yang kau puja, kau percayai,  kau cintai sekian tahun lamanya, yang menemanimu dalam suka, dan duka selama ini, lepas dari genggamanmu begitu saja, dan langsung menikah dengan orang lain, meninggalkan dirimu bagai seonggok sampah dalam keadaan hamil anaknya. Itu sangatlah menyeramkan, dan menyakitkan untuk Inne rasakan saat ini.

Dengan tatapan lelah, wajah yang terlihat kusut, dan menyedihkan. Inne menoleh kearah nakas yang berada di samping kiri ranjangnya.

Disana, sebuah gunting yang baru di buka dari bungkusannya, terlihat mengkilat, dan menggoda mata, dan hati Inne untuk menggunakannya.

"Gunting itu pasti bisa membuat rasa sakit sialan ini hilang dari hati, dan pikiranku."Gumam Inne dengan kedua mata menggelap.

Tangannya dengan bergetar, mengulur mengambil gunting berwarna hitam itu. Dalam sekejap gunting itu sudah berada dalam genggaman tangan Inne.

Inne memejamkan keduanya matanya erat. Bibirnya menggumam dengan kedua bibirnya yang semakin bergetar hebat.

"Kita akan segera bertemu, Ayah, Ibu."gumam Inne pelan.

Inne membuka kedua matanya pelan. Dengan senyum lebar,  Inne mengarahkan mata gunting itu tepat diatas  nadi pergelangan tangannya. Inne tersenyum lebar. Cara ini akan ampuh untuk menghilangkan rasa sakit  sialan yang dirasakannya saat ini.

"Selamat tinggal dunia..."bisik Inne pahit, dan langsung menekan, dan menggesekkan gunting mengkilat itu atas kulit tangannya.

Tetesan demi tetesan darah, sudah menetes membasahi paha Inne.  Darahnya sangat merah, dan  terlihat sangat segar.

Rasanya tidak sesakit, sakit hatiku yang di rasaku saat ini.

TBC!

Jadi Inne pasti sakit'lah...di tinggal nikah gitu😅

Di part selanjutnya mau adegan apa?

Inne mati?

Athar  sabira, bahagia?😆

10-12-2019-21:15

DIA ANAKKU! RepostWhere stories live. Discover now