22

92.1K 4.7K 585
                                    


*****

Siapa yang mau dengan wanita bekas seperti dirinya?!

Tidak! Tidak ada yang mau dengan wanita seperti dirinya! Inne meyakini hal itu!

Dia bukan seorang gadis atau perawan lagi. Tubuhnya adalah tubuh bekas seorang laki-laki yang bukan suaminya sedikit'pun. Tak terhitung tubuhnya melakukan penyatuan dengan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya, sekali lagi Inne ingatkan hal itu pada dirinya sendiri.

Ia adalah wanita murahan, yang sangat bodoh karena membiarkan tubuhnya terjamah oleh Athar sekian tahun lamanya.

Dan lebih menyedihkannya lagi, saat ini dirinya bahkan tengah berbadan dua. Mengandung seorang anak atau mungkin dua di dalam rahimnya, tanpa ada seorang sosok yang di sebut ayah yang mau bertanggung jawab dengan cara menikahnya agar keberadaan anak yang di kandung memiliki status yang jelas.

Lihat saja, salah satu laki-laki yang tidak menerima keadaannya yang hina, dan menyedihkan saat ini . Yang menyatakan cinta secara menggebu, dengan mimik, dan raut wajah meyakinkan, suara merayu yang lembut, agar hati ia luluh.

Yaitu seorang Salendra Heriawan. Mendengar ucapan mulutnya yang mengatakan bahwa ia tengah mengandung saat ini. Laki-laki itu dalam waktu yang sedikit lama, hanya terdiam membisu di depannya. Seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terlontar dari mulutnya.

Dua menit, ah tiga menit berlalu, Salendra baru sadar dari keterpakuannya.

Salendra tidak berucap apa-apa setelah itu. Salendra mempersilahkan dirinya untuk segera keluar dari dalam mobil agar mendapat tempat istrahat layak hanya menurut, berjalan di samping Salendra yang masih sudi, dan terlihat tak jijik memapahnya untuk masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu mengantar dirinya sampai kamar.

Membisikkan kalau dirinya sangat mencintai dirinya, tanpa menyinggung kata 'mengandung" yang ia lontarkan tadi. Dan laki-laki itu, Salendra berjanji akan datang hari sabtu atau minggu lagi, tapi hari jumat atau sabtu, kedua hari itu sudah lewat, dan saat ini sudah hari minggu.

Salendra hilang bagai di telan bumi. Ponselnya mati, tidak ada chat seperti sebelumnya yang selalu laki-laki itu kirim sesekali sebelum ia mengetahui hal itu, bahkan di saat Inne masih berhubungan dengan Athar, laki-laki itu dengan penuh perhatian akan men-chat dirinya, tanya kabar, dan basa-basi, walau tak di tanggapi serius oleh Inne. Inne tidak ingin menghianati Athar, walau pada akhirnya, dengan kejam, dan sadis, Athar lah yang menghiatinya.

Bahkan Athar membuat Sabira hamil di belakangnya.

"Lupakan tentang Salendra, Inne,"Geram Inne pada dirinya sendiri.

Sedari tadi, bahkan dari kemarin, Inne melamunkan Salendra. Bukan, Inne sedikit'pun tidak punya rasa terhadap Salendra. Inne merasa sedikit sesak. Karena, sepertinya keadaannya saat ini, memang sangat-sangat menyedihkan, dan yang membuat Inne sedih. Bukan hanya ayah kandungnya yang tidak menginginkan anak yang ia kandung saat ini. Salendra juga sepertinya tidak suka dengan calon anaknya. Bodoh Inne! Bapak kandungnya saja tidak menyukai, dan mau bertanggung jawab, apalagi Salendra yang bukan siapa-siapa dirinya ataupun anaknya.

"Ingat, ada anakmu yang sedang tumbuh dalam rahimmu. Jangan banyak pikiran. Kasian anakmu di dalam sana."Bisik Inne lembut kali ini. Sambil mengelus sayang perutnya yang sudah semakin membuncit yang tertutupi oleh kaos kedodoran yang sangat besar membungkus tubuhnya saat ini.

Inne memakai kaos kedodoran karena ingin keluar. Membeli buah-buahan kecut, kalau bisa mangga muda.

Melihat acara makan selebgram laki-laki asal thailand itu yang memakan buah mangga tanpa mengupasnya di instagram, membuat air liur Inne ingin menetes, tapi di tahannya sebisa mungkin. Inne ingin makan mangga muda saat ini juga.

Tanpa membuang waktu setelah menonton video itu. Inne langsung beranjak dari rumahnya menuju pasar buah terkenal yang ada di kota ini. Dengan pakaian apa adanya, terutama Inne harus memakai pakaian super besar untuk menutupi kehamilannya untuk beberapa saat ke depan, sebelum Inne pindah. Pindah dari lingkungan rumahnya, yang pastinya akan membicarakan aibnya atau bahkan mencomoohnya apabila perutnya sudah sangat besar, dan membuncit nanti, jelas itu. Di tinggal nikah oleh Athar saja, lebih banyak nyiyiran yang Inne dapat di banding rasa simpati dari warga sekitarnya.

"Akhirnya apa yang kamu inginkan, akan kamu dapatkan, Sayang."gumam Inne dengan wajah cerah.

Melihat sekumpulan banyak jenis buah mangga di depannya matanya yang tertata rapi, dan berjejer di atas meja besar banyak sekali saat ini.

Inne meneguk ludahnya susah payah. Dan melangkah tergesa menuju jejeran mangga segar, dan besar-besar di sana.

"Stop, Inne!"Desis suara itu tajam.

Inne menegang di tempatnya. Desisan yang sering Inne dengar akhir-akhir ini, sangat Inne kenali siapa pemiliknya.

Cih, siapa dia? Sinis hati Inne di dalam sana.

Tanpa menghiraukan desisan yang menyapa telinganya barusan, Inne melangkahkan kakinya lebar untuk lebih mendekat pada buah mangga yang di susun rapi, dan yang berjejer itu. Air liurnya seakan ingin menetes saat ini.

"Pembangkang."desis suara di belakang Inne siapa lagi kalau bukan Athar.

Athar, laki-laki itu melangkah mengikuti Inne dari belakang.

Shit! Untung saja, Sabira tidak ikut keluar dari dalam mobil, dan merengek ingin ikut membeli mangga yang diinginkannya.

Kalau tidak, Athar meyakini, pasti Sabira akan berburuk sangka padanya, dan membahayakan anak mereka di dalam sana.

"Pulang atau kamu sembunyi dulu saat ini. Nanti Sabira melihat kamu! Nanti dia berpkiran macam-macam tentang kita. Apalagi kamu juga ikut membeli apa yang ingin aku beli saat ini."Ucap Athar dengan nada lembutnya.

Shit, Athar tidak akan pilih kasih. Athar menyesal karena baru saja tadi, ia mendesis marah pada Inne. Apa salah Inne kalau di pikir-pikir.

"Inne..."Panggil Athar lembut.

Tapi, tidak di sahut oleh Inne sedikit'pun. Membuat Athar memejamkan matanya untuk sesaat, meredam amarah yang begitu cepat naik ke puncak, karena di abaikan Inne.

"Jangan mengabaikanku, Inne."Bentak Athar sedikit keras.

Membuat inne menoleh dengan wajah merah, dan marah padanya.

"Kamu berbicara denganku? Siapa kamu?"sinis Inne tajam.

"Pulang atau sembunyi dulu sampai aku keluar dari sini. Nanti Sabira melihat keberadaan kita."desis Athar tajam membuat hati Inne sakit sekali lagi. Bahkan sangat-sangat sakit. Sabira lebih berarti di banding dirinya. Anaknya dengan Sabira lebih di prioritaskan di banding anak dengan dirinya. Bahkan anaknya tidak mendapat pengakuan secara publik dari Athar. Inne menahan air matanya sebisa mungkin. Rasa senangnya tadi, berubah dam sekejap menjadi rasa sedih marah, dan benci.

"Pulang atau sembunyi. Ikuti kataku."desis Athar pelan, melihat beberapa orang pengunjung lain melihat kearah mereka saat ini.

Inne marah, Inne merasa sangat marah. Siapa dia? Ha?

PLAKK!

Inne membalas desisan Athar dengan sebuah tamparan kuat yang menyapa telak pipi sebelah kanan Athar.

"Siapa kamu? Siapa Sabira? Maaf, saya tidak mengenal dengan dua mahluk yang baru saja anda sebutkan namanya!"Desis Inne tajam, lalu berlalu meninggalkan Athar yang terlihat terpaku di tempatnya dengan kelala menoleh ke samping karena kuatnya frekuensi tamparan yang di layangkan Inne padanya.

Sedikit'pun, sepertinya keberadaanmu tidak berarti di hidup ayahmu, Nak.

1 Kata utk Athar apa?

Tbc !

13-12-2019-22:21

DIA ANAKKU! RepostWhere stories live. Discover now