SEBELAS

103K 5K 456
                                    



Maaf banyak typo!!

Mendengar ucapan Athar barusan, Inne reflek menendang kuat perut Athar membuat Athar terpental menghantam lantai kebelakang dengan lumayan kuat, wajah laki-laki itu menyiratkan rasa sakit, tapi demi Tuhan. Hati Inne lah yang paling sakit saat ini.

Apa yang ia dengar barusan, salahkan? Harap Inne dalam hati.

"Tendangan yang kamu kasih, nggak sebanding dengan rasa sakit yang kamu dapat dari aku."Athar menyapu kedua tangannya, dan bangkit dengan wajah meringis sakit dari dudukannya dengan tangan sebelah kanan yang memegangi perutnya yang masih nyut-nyut'tan saat ini.

"Aku tau itu. Maafkan aku." Ucap Athar dengan nada bersalah.

Kakinya melangkah mendekat pada Inne, yang saat ini sudah berdiri di depan lemari dua pintu pakainnya, dan menjadikannya sebagai sandaran saat ini.

Tubuh Inne semakin lemas tak berdaya mendengar kata hamil dari mulut Athar.

Sabira hamil? Bagaimana bisa, dan mungkin?

Athar berdiri tepat di depan Inne, berniat merengkuh Inne dalam pelukannya, tapi Inne menghindar secepat yang Inne bisa.

"Jangan menyentuhku, sebelum kau mengaku. Kalau apa yang kau bilang tadi bohong, dan kau sedang mengerjaiku, Athar!?"Inne manatap Athar dengan tatapan berharap.

Demi Tuhan, ini terkahir kalinya. Inne melempar tatapan penuh harap, dan mengiba seperti ini pada Athar.

Athar menggeleng pelan, dan menyugar kasar rambut hitam lebatnya dengan kedua tangannya frustasi.

"Semunya benar! Aku nggak akan bisa bohong untuk hal sepenting ini, dan sebesar ini, Inne!"pekik Athar kesal, dan marah.

"Aku tersiksa, nggak hanya kamu saja! Kau tau!"Athar bahkan mengguncang kedua bahu Inne sedikit kuat.

Sedikit melampiaskan rasa kesal, kecewa, dan marahnya. Amarahnya pada diri sendiri, bukan pada Inne. Karena Inne sebelumnya belum pernah melakukan kesalahan besar padanya, dan membuat ia marah. Tidak pernah sama sekali. Inne gadis baik, yang ia buat menjadi gadis nakal, nakal karena Inne merelakan tubuhnya untuk ia jamah selama kurang lebih enam tahun berlalu.

Tapi, mereka mau sama mau. Membuat Athar sedikit terlepas dari rasa sesak yang namanya rasa bersalah pada Inne.

"Bagaimana bisa?"pertanyaan barusan meluncur begitu saja dari mulut Inne.

Membuat Athar terlihat menegang kaku di tempatnya dalam sekejap.

Bodoh, Inne! Jelas mereka berdua main di belakangmu! Hardik Inne dirinya.

Helaan nafas panjang Athar, terdengar jelas oleh pendengaran Inne. Athar kembali melangkah menjauhinya, berdiri di depan jendela, menatap keluar membelakangi Inne yang sedang menahan nafasnya kuat menunggu jawaban Athar.

"Hah! Malam berhujan tiga bulan yang lalu. Kesalahan itu terjadi tepat pada hari itu. Hari dimana setelah kita merayakan delapan tahun hubungan kita terjalin."Ucap Athar dengan tatapan yang menatap menerawang ke depan.

Mencoba mengingat, dan mengumpulkan kembali segala ingatan yang berisi kesalahannya tiga bulan yang lalu. Kesalahan semalam yang ia lakukan dengan Sabira, sahabat kecilnya yang masih terjalin baik, dan erat hingga saat ini. Sabira adalah gadis ketiga yang di prioritaskan Athar, setelah mama, dan Inne'nya.

"Bodoh, Inne. Kalian mengkhianatiku di belakang selama ini. Kalau sudah tidak membutuhkan diriku, kamu sudah bosan padaku, rasa cintamu sudah lenyap untukku, kenapa nggak bilang, Athar. Kenapa nggak bilang? Aku akan melepasmu walau berat!"Ucap Inne dengan tangisan yang di tahan kuat oleh wanita itu.

DIA ANAKKU! RepostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang