Chapter 03

3.3K 476 51
                                    

Park Jimin pikir ucapan kebanyakan orang tentang; memiliki pasangan akan memudahkanmu menjalani hari-hari, benar adanya. Tapi siapa sangka kalau kalimat semacam itu justru berakhir tragis dan malah membuat Jimin menjadi gila dalam sekali waktu saat pertemuan antara dirinya dan sang kekasih terjadi. Pria itu benar-benar dibuat frustasi.

Kau ini tidak pengertian sekali, sih!

Jimin ingat betul kalimat itu terus diucapkan sang kekasih sewaktu mereka menjalin hubungan dulu. Pria tersebut menghabiskan setidaknya dua sampai empat pil pereda sakit kepala sebab Naomiㅡsang kekasih terus merengek.

Temani aku ke butik!

Ayo ke salon, rambutku mulai rusak karena terus menemanimu bekerja.

Kau mengerti tidak sih Jim? Aku kan bilang minta di belikan makanan ringan. Maksudku itu seperti snack dan sejenisnya. Bukan malah ayam pedas yang kau kurangi porsinya supaya menjadi ringan! Kau ini bodoh atau apa sih?

Jimin bisa tidak sih perhatikan aku sebentar?

Jimin. Jimin. Jimin.

Wanita itu terus merengek tanpa henti. Dan lagi, hal yang paling Jimin benci ketika kekasihnya itu mulai meminta pendapat. Ini jelas menjadi scene yang paling memuakkan.

Chagiya, menurutmu aku pantas pakai dress yang warna apa? Biru atau Putih? (sayang)

Seingat Jimin waktu itu, ia hanya bersikap acuh dan sibuk bermain ponsel. Tapi bahkan sikap seperti itu bukan ide bagus setelah Naomi berteriak dan siap untuk menangis. Jadi, daripada mendengar tangisan buaya gadis itu Jimin buru-buru menjawab,

Yang biru bagus. Kau terlihat cantik saat memakainya.

Dan berakhir dengan,

Jadi kalau aku pakai gaun selain warna biru, aku tidak cantik? Begitu?! Dasar brengsek.

Oke. Itu terlalu kasar. Tapi Jimin mencoba mengacuhkan, dan berakhir dengan wanita itu kembali berkata.

Aku pakai gaun putih ini saja. Gaun birunya membuatku terlihat gendut.

Astaga! Sumpah demi Neptunus Jimin benar-benar ingin berteriak dan menjedotkan kepalanya ke dinding karena terlalu kesal. Apa gunanya gadis gila itu bertanya kalau tidak didengarkan juga?

Sedikit banyak Jimin pun bersyukur sebab itu hanya masa lalu yang tidak perlu di khawatirkan lagi. Pria itu juga lebih merasa bebas sekarang.

Dan dalam dua tahun terakhir Jimin juga sama sekali belum kembali menjalin kasih dengan wanita manapun. Bahkan tidak dengan gadis yang di pilih sang ibu. Jimin juga memiliki selera yang tinggi dalam urusan wanita yang ingin ia kencani. Paling tidak pria tersebut tau darimana si gadis berasal dan bagaimana latar belakangnya.

Well, kendati urusan wanita sudah tidak terlalu dipikirkan lagi, sebab Jimin memiliki banyak teman ranjang yang siap menampung nafsu gilanya sekarang. Bukan ide buruk. Gadis-gadis yang menjadi pemuas Jimin juga cukup hebat.

Omong-omong soal gadis, Jimin jadi teringat kembali dengan sosok cantik yang tak sengaja menabraknya seminggu lalu. Siapa namanya? Jean? Ah, iya, Jean Song.

Pria tersebut buru-buru menghubungi seseorang.

"Hyung, tolong aku!" Jimin berujar setelah empat bunyi nada dering terdengar.

Seseorang dalam sambungan terkejut, "Kenapa? Kau kenapa?! Kecelakaan? Huh?"

Jimin mendengus, "Aduh, bukan."

"Lalu apa? Katakan dengan jelas!"

Pria itu mendudukan dirinya di sofa, mengusap-usap tengkuknya pelan. "Tolong bantu aku menemukan gadis yang bernama Jean Song."

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang