Chapter 19

2.1K 381 114
                                    

Akhirnya bisa update nih, Jije's!
Omong-omong, kalian pada tau gak sih judul asli cerita ini? Sebelum aku ubah jadi Play, then kill tuh. Aku kasih nama; Sex, then kill. Awalnya sih biasa aja, karena aku sempet liat beberapa cerita penulis lain yang gunain judul vulgar, cuma ceritanya gak gitu extreem.

Tapi setelah lewatin 2 Chapter (kalo gak salah inget) aku langsung mutusin untuk ganti judulnya karena beberapa orang yang baru baca dan dateng ke cerita ini pikir work ini isinya cuma konten seks aja:')

Aku jadi agak ngeri.

Untuk siapapun yang masih stay disini, meskipun aku paham cerita ini banyak minusnya, terima kasih banyak udah mau jadi bagian dari perjalanan Jimin sama Jean!

——

Pergerakan senja menuju malam terbilang begitu cepat. Langit oranye kebiruan yang indah, suara kicauan merpati yang sayup-sayup mengisi kekosongan pendengaran, juga ramainya kota metropolitan Seoul yang sebelumnya tengah gadis itu pandangi kini telah berubah warna menjadi gelap gulita. Menyembunyikan matahari dan menggantinya dengan benda bulat bersinar untuk menerangi bumi malam ini. Semesta telah bekerja dengan baik.

Menarik napas, kemudian menghelanya perlahan, Jean mengakui bahwa suasana hatinya memburuk.

Pada akhirnya, gadis itu benar-benar memberi batasan pada hubungannya dengan Jimin. Meletakkan dinding besar yang menjulang tinggi, enggan untuk peduli bahkan sampai berani membuang pandangan saat keduanya tak sengaja bertemu.

Song Jean tidak memiliki banyak alasan untuk apa, untuk mengapa, dan untuk bagaimana sikapnya pada sosok Jimin. Membiarkan segenap rasa simpatinya mengudara lalu melebur tanpa sisa, gadis tersebut memutuskan untuk tidak berpikir lebih jauh pada Jimin. Karena faktanya pun, mereka tidak akan pernah menjadi apa-apa. Beberapa hal baik yang telah dilalui kemarin, barangkali hanya kebetulan.

Sejak kemarin Jimin juga belum berniat berhenti menghubunginya. Mengirimi puluhan pesan berisi permintaan maaf dan beberapa pesan suara.

Anehnya Jean jadi merasa bersalah.

"Jean Song."

Gadis tersebut menoleh ke arah pintu masuk sekilas kemudian kembali menatap jalanan kota Seoul yang di hiasi lampu-lampu terang di sepanjang jalan. Dari balkon apartemennya, Jean bisa menyaksikan banyak hal menakjubkan yang terjadi. Seperti; pejalan kali yang kebanyakan dari mereka berusia 25 tahun baru pulang dari kantornya. Beberapa pasang kekasih yang tak kenal tempat berciuman, bergandeng tangan, dan tertawa senang. Juga anak-anak remaja yang baru kembali dari tempat les. Hal-hal kecil demikian terkadang tidak disadari mampu menciptakan senyuman di wajah.

"Jean Song, kekasihku! Hei, kenapa password kamarnya di ubah."

Suara ketukan pintu yang kian mengeras membuat Jean jadi jengkel.

"Buka pintunya aku tahu kau mendengarku!"

"Jean nanti aku di lempari botol oleh orang-orang di lantai ini."

Oh, astaga. Bedebah itu datang lagi. Padahal tadi dia bilang ada hal penting yang harus di kerjakan.

Setelah itu Jean membukakan pintu dengan setengah hati. Membiarkan Taehyung menabrak bahunya lalu menyelonong masuk seperti tak punya sopan santun.

"Aku bawakan kau teobokki pedas, odeng goreng, dan ini," Taehyung mengeluarkan mangkuk plastik berukuran sedang dari kantung plastik yang ia bawa tadi. "Udon kepiting dan gimbap tuna buatan Bibi Jeon yang paling cantik!"

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang