Chapter 25

2.1K 304 215
                                    

Hai lama updatenya, ya? Maaf banget:((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai lama updatenya, ya? Maaf banget:((

open PO aku up di chapter setelah ini^

Jangan lupa Bismillah, mate!

Terakhir, di paling bawah ada screen spoiler sama sedikit informasi, please di baca baik-baik ya!

****

The way you feel when you kiss him for the first time,
like fire within your bones,
like your soul has returned to the water,
like every part of you came from a dead star,
is alive again.

****

Deretan lemari besar menempel di sepanjang tembok menemani langkah Jimin memasuki salah satu pusat perbelanjaan ternama yang kerap kali, salah satu desainer handal disana merancang jas milik Jimin. Semua jejeran tuxedo dengan merk ternama lengkap disana. Beberapa barang mahal lainnya seperti; jam tangan, pantopel edisi terbatas, sabuk, dasi-dasi dengan harga fantastis terlihat mengkilap. Hanya saja Jimin belum memikirkan kira-kira pakaian seperti apa yang cocok untuk ia pakai bertemu dengan Jean. Gadis cantik yang sangat ia sukai.

Jimin lantas menuju sudut ruangan dimana dua orang penjaga toko, pria dan wanita yang selalu melayani Jimin dengan setia berdiri sopan sembari tersenyum padanya. “Jangan terlalu formal begitu padaku. Kau sendiri yang mengatakan bahwa akan menganggapku sebagai cucumu sendiri, hm?” ia menepuk pundak pria paruh baya itu hangat.

Pria tua yang dikenal dengan nama Chae itu memang pernah mengatakan pada Jimin, beberapa tahun lalu kalau tidak salah, bahwa ia ingin menganggap Jimin sebagai cucunya sendiri. Ia ingin memiliki sedikit hak untuk marah pada Jimin kalau pria tampan itu sampai jatuh sakit. Tetapi faktanya, setiap kali mereka bertemu, Chae justru tak bisa melakukannya. Dia tidak bisa bersikap seenaknya pada Jimin kendati pria itu terlihat tidak masalah sama sekali. Rasanya sungkan untuk menunjukkan sikap informal.

“Aku ada kencan spesial dengan wanita cantik, nanti malam. Bisa pilihkan aku jas terbaik yang kau punya, hm?”

Chae menatap Jimin sedikit terkejut. Bukan, bukan karena ucapannya soal kencan dengan wanita. Yang membuatnya cukup terkejut adalah karena Jimin sama sekali tidak pernah berkunjung ke toko untuk membeli tuxedo hanya karena kencan. Biasanya jas yang di rancang khusus untuknya hanya untuk keperluan perusahaan atau ketika ada pesta saja.

“Kenapa terlihat kaget begitu, Paman.”

Chae menggeleng dengan cepat, “Biasanya kau tidak pernah peduli dengan cara berpakaianmu setiap ingin bertemu dengan wanita.”

“Ah, begitukah?” ucap Jimin.

Pria tua itu mengangguk yakin.

“Yang kali ini berbeda. Dia spesial.”

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang