Chapter 10

2.7K 425 99
                                    

Selamat malam, Jije's?

Updatenya udah mendingan lah ya gak lama-lama banget hehe...

Happy Reading!

*****

“Aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu, Jean.”

Oke, begini. Jadi finalnya ketika mendapat pesan yang hampir membuat separuh hidupnya lenyap itu, Jean bahkan tak sama sekali membalasnya selain mendadak membuang ponselnya ke sembarang arah kemudian terdiam selama beberapa saat sebelum tersadar—pikirannya kembali ke permukaan dan sejurus kemudian bibirnya mengeluarkan rengekan kencang sebab ketika ia mencari keberadaan ponselnya dan menemukan fakta bahwa benda elektronik itu pecah, pada bagian depan layarnya—sama sekali tak dapat tersentuh. Si gadis mulai merutuki kebodohannya. Baiklah, jadi berapa banyak ponsel lagi yang harus ia beli selama dua bulan terakhir?

Pertama karena Taehyung tak sengaja menyembunyikan ponselnya di suatu tempat kemudian lupa meletakkannya dimana. Lalu ada juga insiden Jean membuang ponselnya karena seseorang meneleponnya tetapi suara itu menyerupai suara tupai yang mengerikan. Terakhir, ketika Taehyung tak sengaja menyemplungi ponsel gadis tersebut ke dalam kloset. Fantastis, bukan? Sekarang justru ponselnya kembali tak berfungsi dan itu karena ulahnya sendiri. Coba jelaskan siapa yang patut di salahkan sekarang, astaga.

Mengerjap cepat, gadis tersebut tak bisa berkutik lebih sebab misi dari Seokjin harus di selesaikan sebentar lagi.

Menyebalkan. Padahal pikirnya dia bisa berbicara dengan Jimin sebentar sebab panggilan sebelumnya terputus begitu cepat.

Si gadis menghela napas pasrah.

Seandainya di beri kesempatan lain, kita bertemu lagi, ya, Jimin.


*****

“Oke maafkan aku.” Namjoon sama sekali tak terpikirkan bahwa Jimin akan terlihat begitu menyeramkan hanya karena dia mengabaikan seluruh pesan dan panggilannya kemarin.

Serius, sama sekali tak berniat melakukannya. Tetapi Namjoon sedang mengalami masa sulit yang mengharuskannya fokus pada seorang wanita yang sedang di inginkannya. Baiklah, dia tahu dia salah karena telah mengabaikan bos kecil itu. Tapi kan Namjoon juga butuh seseorang untuk menemani hidupnya nanti. Tidak cuma terus mengurusi Jimin saja, iya kan?

“Ayolah, Jim. Kan sudah kubilang, kalau aku tidak membalas pesanmu itu tandanya ada sesuatu yang mendesak.”

“Mendesak pantatmu! Mana yang lebih penting, aku atau wanita itu?!”

Namjoon menelan ludah kasar. Tangan kanannya mulai menggaruk tengkuk gugup. Aduh, pertanyaan seperti itu.

“Kau tahu jawabannya, Jimin.”

“Ya jawab saja!”

Bergerak mundur, kemudian cengiran mulai terbit di wajahnya, “Wanitaku lebih penting, tentu saja,” Katanya tanpa wajah bersalah.

Jimin dengan cepat menatap Namjoon dengan tatapan membunuh, seolah hanya dengan sekali lihat, dia mampu melumpuhkan Namjoon kemudian memukul pantatnya keras-keras.

Kau ini mau mati muda atau apa? Jimin berbicara dalam tatapnya ketika melihat yang lebih tua justru menyengir iseng.

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang