Chapter 28

1.5K 300 56
                                    

Seneng gak sih Play Then Kill bener-bener balik lagi? Meskipun ada keterlambatan update, aku harap kalian gak masalah ya karena bagi waktunya susah, nih:( Tapi enaknya kalau mau up tinggal di edit sedikit aja karena ceritanya udah bener-bener selesai hihi!

Omong-omong, happy 50k readers! aduh, seneng banget tau gak sih aku:) Siapapun yang mampir dan bertahan sampai sekarang, terima kasih banyak. Padahal awalnya aku pikir cerita ini gak bakal ada peminat karena aku sendiri ngerasa genre action ini gak cocok sama tulisanku:( tapi liat antusias kalian, wah, kaya apa pun jadi mungkin:')

Apa pun itu, terima kasih. Aku sayang kalian semua!

Yang gak kalah penting, stay safe dan sehat selalu!

Yang gak kalah penting, stay safe dan sehat selalu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




*****

'Hyung, sepertinya Jean akan pergi jauh. Kupikir kau harus menemuinya.'

Jimin nyaris terjungkal akibat satu pesan yang ia terima dari Taehyung semalam dan bahkan sampai berani memutuskan untuk membatalkan pertemuannya dengan beberapa klien dan sejumlah kepala eksekutif hari ini. Dia tahu bahwa Namjoon akan membunuhnya secepat mungkin, tetapi peduli amat. Jimin hanya ingin bertemu Jean, menanyakan alasan kepergian gadis itu, dan kemana ia akan pergi.

Kalau ada misi, dia harusnya pergi minggu depan sesuai ucapannya di telepon kemarin, 'kan? Bukan malah mendadak begini?

Apa ada masalah?

Apa Seokjin membuatnya kesulitan?   

Dalam hatinya tak berhenti merapal harap supaya ia belum terlambat menemui Jean, supaya ia masih bisa meminta sebuah kupon berisi perjanjian, untuk pertemuan mereka selanjutnya, di tempat yang lebih indah daripada sebuah makan malam di restoran. Jimin ingin memiliki Jean, bagaimana pun caranya dan sesulit apa pun keadaan yang akan ia hadapi. 

Kemudian hal pertama yang Jimin lihat saat sampai di lorong panjang apartemen gadis itu adalah penampakan dimana si gadis tengah mengunci pintu—memunggungi Jimin dengan tiga koper besar di belakangnya, satu tas ransel di lengan kanannya, Park Jimin sadar, Taehyung tidak berbohong.

Kaus putih menerawang, celana bahan berwarna hitam dan sepatu kets berwarna senada, bahkan di saat-saat seperti ini saja, Jean terlihat luar biasa cantik. Ah, iya, jangan lupakan rambut cokelatnya yang di kuncir asal-asalan, beberapa helainya yang jatuh di atas pundak, semuanya nampak sempurna.

Pada detik selanjutnya, ketika tatapan mereka bersirobok, ketika Jimin yakin ia memberikan senyuman terbaiknya pada Jean, pemuda itu tahu ada banyak kesalahan sehingga Jean tak memberikan reaksi apa pun pada pertemuan mereka sekarang. Gadis itu hanya menatap wajahnya datar dengan bibir terkatup rapat.

Detik-detik jarum jam seolah berhenti bergerak tatkala Jimin memulai langkah, menuju tempat si gadis.

"Hai, Song Jean." Jimin nyaris tak bisa berbicara dengan benar karena ekspresi wajah Jean yang membuatnya gugup setengah mati. "Kau mau pergi?"

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang