Bab 4 - Pengantin

96.9K 5.9K 383
                                    

WARNING!

Bagian ini mengandung kata kata kasar.

OoO

"Yang ditunggu akhirnya dateng juga. Wih, bawa siapa, nih?" Pengantin perempuan itu menyambut pak Aldi dengan hangat. Mereka seperti sangat dekat.

"Sepupu kamu udah nggak jomblo ternyata, Yang." kata si pengantin laki-laki.

"Sahabat kamu juga itu,"

Oh, jadi sahabat dan sepupunya... Gue kira mantannya.

"Baju aja seragam. Kaya anak TK." Refleks, pak Aldi dan Aulia mengamati pakaian mereka. Bahkan mereka baru sadar tentang itu.

"Kenalin, ini Aulia." kata pak Aldi. Aulia mengulurkan tangannya pada pengantin. Perkenalan itu dilakukan secara singkat mengingat ada antrian di belakang pak Aldi dan Aulia.

"Gue duluan, ya. Cepet kasih gue ponakan. Yang banyak." Aldi menggandeng tangan Aulia erat lalu berlalu dari sana.

Aldi menghampiri teman-temannya yang lain. Mas juna juga ada di sana dengan seorang perempuan yang terlihat akrab. Aulia yakin, itu pasti si Riska.

"Kita gabung ke sana dulu, setor muka." Aulia mengangguk dan mengikuti pak Aldi.

"Weehh,, dosen kita dah dateng. Pak Dosen bawa pacar, woi..." Pipi Aulia terasa panas mendengar ucapan lelaki berjas merah itu. Tapi yang membuat pipi Aulia makin panas adalah jemari pak Aldi yang makin erat menggenggam jari Aulia.

"Weh, adek gue tuh..." Mas Juna mendekat bersama Riska dan beberapa temannya yang lain.

"Nggak nyangka gue, ternyata lo bukan gay," kata seorang pria.

"Bacot, lo." Pak Aldi menjawab dengan santai. Aulia bahkan sampai terheran-heran. Ternyata dosennya yang terkenal punya tata krama baik di kampus ini punya sisi lain juga.

"Ada bocah, woi! Jangan ajarin yang kagak- baik, Jing." kata mas Juna nyalang sambil menunjuk Aulia. Padahal mas Juna juga mengumpat.

"Iya, maaf." ujar pak Aldi tanpa raut sesal.

"Eh, itu tangan lo nggak usah modus, ya!" mas Juna kembali menunjuk tangan Aldi yang menggandeng tangan Aulia. Padahal kemarin mas Juna yang menjodohkan pak Aldi dengan Aulia, kenapa malah sekarang terlihat sangat sangat tidak ikhlas?

"Cie cie... " Semua orang di sana bersorak ramai.

"Akhirnya move on juga lo, Sat. Nggak nyangka gue." Pria berjas merah itu kembali berkata.

"Iya! move on dari Mikha juga, akhirnya. Jadi keinget pas ditinggal nikah Mikha. Dia nggak mau ngapa-ngapain kaya monyet ditinggal nikah." Mas Juna meracau tidak jelas.

Apasih, ni jomblo atu. Malu maluin aja.

"Kaga usah dibahas juga, Setan." balas pak Aldi.

"Ada adek gue, Anjing. jangan kasar, dibilangin juga!" Padahal mas Juna dari tadi juga mengumpat tak kalah kasar. Bisa menangis mama jika tahu anaknya yang sudah menjadi dokter itu mengumpat sekasar ini.

"Udah, ah. Cabut dulu gue. Males ngomong ama tetangga dajjal." Pak Aldi berjalan meninggalkan teman-temannya beserta mas Juna.

Pak Aldi menuntun Aulia untuk keluar dari gedung. Mereka menuju parkiran. Tepatnya, menuju mobil hitam milik Aldi. Pak Aldi membukakan pintu untuk Aulia. Mempersilahkan Aulia masuk diikuti pak Aldi yang memposisikan diri di kursi kemudi.

"Kita pulang, Pak? Kan acaranya belum selesai, " keluh Aulia.

"Saya pengen ajak kamu makan di luar. Males saya liat Kakak kamu. Jadi nggak sabar jahit mulutnya."

"Padahal enak makan di sini. Gratis!"

"Tapi saya nggak suka gratisan kaya kamu. Lagian saya juga eneg liat muka kakak kamu yang ga ada estetiknya." Aulia tertawa melihat bibir pak Aldi bergerak-gerak.

Anjirlah, nih dosen. Skill gibahnya sangat oke sekali.

Kemudian pak aldi melajukan mobilnya. Karena bosan, Aulia menyetel radio setelah mendapat ijin dari pak Aldi. Lagu Ardhito Pramono berjudul Fine Today mengalun di tengah malam itu.

"Nggak papa emang, Pak?" Pak Aldi menaikkan alisnya sambil menoleh ke arah Aulia, meminta kalimat penjelas selanjutnya. "Kita ninggalin pesta,"  lanjut Aulia.

"Nggak ada yang larang, Aulia..."

"Tapi nggak enak, Pak." Aulia merengek.

"Lebih nggak enak lagi kalau kamu tetap di sana walaupun pestanya sudah selesai." balasan pak Aldi membuat Aulia kicep.

Namun belum ada semenit, Aulia kembali membuka suaranya. "Saya juga masih aneh kalo denger Bapak pakai lo-gue."

Aldi terkekeh. "Kenapa? Apa terlihat aneh"

"Ya, gitu deh. Tapi saya lebih aneh lagi sama Bapak yang ngumpat dengan lancar. pro! Mas Juna juga. Padahal di rumah Mas Juna paling banter ngumpat cuma, eh anjir, gitu doang. Lah ini, anjing, babi, monyet." Aulia menggerakkan jari-jarinya seperti sedang menghitung.

Aldi dibuat gemas oleh tingkah mahasiswi semester akhir di sebelahnya, hingga tak sadar, tangan kirinya terangkat hendak mengacak rambut Aulia.

Mampus, bukan cuma rambut yang keacak, hati juga keacak, kan!

Tangan pak Aldi sampai ke puncak kepala Aulia, namun niat mengacak rambutnya hilang ketika Aulia menatapnya sambil menahan senyum. Sangat lucu.

"Ini ada hewan tadi di rambut kamu." katanya pak Aldi. Ditatap Aulia seperti itu malah membuatnya tidak kuat iman.

"Halah, bilang aja mau modus sama saya. Kalian  sama saya ngga usah gengsi gitulah, Pak." canda Aulia. Pak Aldi tak tahu saja kalau sekarang jantung Aulia disko.

"Engga, apaan?" Pqk Aldi mengelak.

"Ngqku aja kali, pak."

"Berisik kamu, Ya. Saya turunin di sini li kamu. Biar dibawa itu sama temen dajjal."

Aulia tertawa. Dosennya itu melawak kah? Tapi iti tadi tidak lucu. kecuali satu. wajah pak Aldi yang memang lucu.

"Istighfar, pak. Umur udah tua juga. Tinggal nunggu dipanggil,"

"Heh! parah kamu, Ya. Doain saya cepet mati, kamu?"

"Bercanda, sayang."

Pak Aldi membolakan matanya. "Apa tadi? Kamu panggil saya apa?" Aulia tampak berfikir.

"Apa? Sayang? Jangan bilang Bapak baper? Dih, giti aja baper. Dasar jomblo. Kalian para jomblo iti kaum lemmaaahh!" kata Aulia menggebu. Aldi di sebelahnya di buat terkaget sendiri.

"Hehe, bercanda say," sambung Aulia pelan.

"Jangan panggil gitu dong, Ya. Ngga sopan tahu." Hati saya lemah tahu, Ya. Jadi pengen cepet-cepet hallalin kamu.

"Iya, iya... Yang ngga kuat iman." goda Aulia. Ia tambah gencar menggoda pak Aldi.

"Kamu tu ya, kalo dibilangin—"

"Apa? Ap— Pak, Mas Juna telpon."

Kakak sialan. Ganggu aja ni orang uzur. batin Aulia. Kakaknya itu tidak mengerti kalau Aulia sedang romantisan dengan pak Aldi. Eh?

"Halo?

"Dek, pulang! Kagak pulang tidur di luar! Sarap, lo. Jam segini belom pulang. Lo pikir gue satpam siaga 24 jam apa?! Hellaww.... Adek siapa si, lo? Hehe.. becanda say,"
Tuut-tuut-tuut.

OoO

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now