Bab 7 - Kencan Lagi

79.5K 5.3K 406
                                    

OoO

Mas Rasa Babu
Dek Q t3rZ4yaN9
Lo beneran nggak mau kenal aldi lebh deket?
Klo mau, kalian kencan lg aja.
Mau, ya?
Mas bisa atur.

Hah? Apa-apaan mas Juna itu! Aulia kan jadi malu.

Aulia
Paan, sih? GAJE tau g!

Dua centang di bawah pesannya masih abu-abu. Mungkin kakaknya itu sedang ada pasien.

Eh? Memangnya kenapa kalau mas Juna tidak membalas pesannya? Kenapa kesannya seperti Aulia yang ngebet?

Arrgghh... Aulia jadi pusing sendiri!

Drrtt....

Pesan yang dinantikan Aulia sedari tadi akhirnya muncul juga. Dari mas Juna.

Mas Rasa Babu
Dek, nanti malem jam 7 dateng aja ke cafe kencan pertama km sama aldi.
Meja no.8

Deg. Pesan dari mas Juna sama seperti harapan Aulia. Tumben sekali mas Juna peka. Haha.

Aulia
Kalo mas maksa, mau gimana lg?

OoO

Tepat pukul 7 malam, Aulia sudah sampai ke tempat janjiannya dengan pak Aldi. Tidak seperti sebelumnya, ia sekarang merasa sedikit gugup. Dan... cemas, mungkin? Bisa saja kan, pak Aldi tidak menyukai dandanannya? Atau bajunya? Atau rambutnya?

Aulia menghembuskan napas sebelum masuk ke dalam cafe. Meyakinkan diri sebelum bertemu pak Aldi. Eh? Memang kenapa dengan pak Aldi. 

Ia menuju meja yang mas Juna bilang tadi. Di sana sudah ada pak Aldi sedang membelakangi dirinya. Aulia menghembuskan napasnya kuat-kuat lagi.

Aulia menghampiri pak Aldi.  "Pak," sapanya.

"Aulia?! Kamu lama banget, sih?" ketus pak Aldi

Hih! Bukannya romantis malah jadi sadis! Di cekik mati, lo. Astagfirullah, sabar, Ya...

Aulia menarik kursi di depan pak Aldi. Ia lalu menaruh tas kecilnya di kursi sebelah kanannya. kursi itu kini menjadi pwmisah antara dirinya dan pak aldi.

"maaf ya, Pak..." Aulia berusaha memberikan senyum seramah mungkin.

Sabar... sabar...

"Pak? Di luar kampus pun kamu panggil Saya Pak? Emang nggak ada panggilan lain, apa?  Saya malah kaya pedofil tau, nggak?" Aulia ngedumel sendiri dalam hati. Dosennya ini tak kalah rempong dengan tetangga sebelah.

"Maunya apa? Kakak?" tanya aulia masih seramah mungkin.

"Nggak! Kamu malah kaya SPG toko sepatu, tau nggak?" tolak pak Aldi. Gimana sih? padahal pak aAldi sendiri yang tidak ingin di panggil Bapak.

"Ya apa dong? Kakek? Om?" tanya Aulia mulai sedikit sebal. Hanya sedikit. Sedikit lama-lama jadi bukit!

"Kamu pengen nyium sepatu saya ngga?" sebal pak Aldi.

"Nyium Bapak aja, deh." candaan receh Aulia nyatanya berhasil membuat dosennya itu diam.

"Eh, bercanda itu Pak. Bapak mah kalo sama Saya baperan." Aulia menyadari perubahan wajah Aldi. Ia malah jadi deg-degan juga.

"Udah-udah. Capek Saya debat mulu. Saya tuh mau ngomong sesuatu sama kamu." Pak Aldi melipat kedua tangannya di atas meja sambil sesekali mengetuk-ketukan jarinya, tampak gugup.

"Kan yang ngajak debat Bapak. Masa nyalahin saya?"

"Ini serius. Jangan bercanda dulu. Saya nggak bakalan ulang kata-kata saya. Jadi, dengerin baik-baik"

Dag-dig-dug yang barusan saja belum hilang. Sudah ditambah dengan yang ini. Kalau gini, kan Aulia lemah iman.

"Apa?" tanyanya pelan.

"Sa— Saya... Saya mau... Nikah sama kamu." ujar Aldi pelan. Tapi dampaknya tak pelan bagi Aulia. Dag-dig-dugnya malah kian menjadi.

Aulia tidak percaya. Sangat tidak percaya, malah. bisa saja kan, pak Aldi itu sebenarnya youtuber yang suka buat konten prank.

"Ba—Bapak sakit?" Hanya kalimat itu yang mampu keluar untuk mewakili ketidakpercayaannya.

"Jangan bilang Bapak baper Saya panggil sayang pas kondangan kemaren?" lanjutnya. Aulia merutuki perbuatannya kemarin.

"Ck! Saya serius beginu dibilang bercanda. Saya serius sama kamu. Dan saya yakin, kamu yang terbaik untuk saya."

"Tapi kenapa tiba-tiba gini? Kita baru kenal. Saya nggak yakin, Pak." Ia masih belum mampu berpikir. Hatinya setengah tidak percaya. Setengahnya lagi berteriak kesenangan.

"Kamu nggak yakin? Kamu perlu bukti? Oke! Saya besok akan ke rumah kamu." ujar pak Aldi cepat.

"Ngapain?!"

"Ketemu Tante Attha, lah. Kamu pikir mau ngapain? Nangkep cicak?"

"Apaan sih, Pak. Nggak lucu tau ngga?" hardik Aulia. Ia lalu mengambil gelas minuman milik pak Aldi. Saking gugupnya, ia tidak sadar kalau itu bekas pak Aldi.

"Haus? Pesen sana. Jangan punya Saya juga kamu ambil. Saya kan juga haus." Pak Aldi mencibir, membuat Aulia menghentikan minumnya.

"Eh, maaf Pak. Saya kan gugup diajak nikah sama Bapak."

"Jadi gimana, mau Nggak?!" tanya aldi sedikit keras.

Aulia memutar bola matanya. Darahnya naik ke ubun-ubun melihat pak Aldi yang ngajak nikah, tapi seperti ngajak tawuran. Ngegas!

"Ih, Bapak tu kalau mau ngajak nikah yang serius dikit napa, Pak? Yang romantis gitu bisa nggak, sih? Au ah, TERSERAH!"

Tarik napas, buang. Tarik napas, buang lagi. Sabar-sabar menghadapi Aulia. Yang ditanya apa, jawabnya apa. Pak Aldi kan butuh jawaban Aulia segera.

"Ya, Saya dari tadi serius nunggu jawaban kamu, lho. Saya deg-degan. Hampir gila nunggu kamu. Coba deh, dengkulnya dilurusin dulu. Siapa tahu otaknya ketekuk, nggak bisa dibuat mikir." Aldi kini yang dibuat hilang kesabaran.

"Bapak tuh gimana, sih? Nggak peka emang, ya. Saya tuh gugup, malu, nggak percaya, seneng, campur aduk gado-gado Saya tuh, Pak. Tiba-tiba diajak nikah sama dosen sendiri. Ini yang gila siapa sih, sebenernya?"

"Saya, Ya, yang gila. Saya. Orang normal mana coba yang ngajak nikah komodo modelan kamu?"

"Bapak, ya kalo ngomong nggak bisa apa, difilter dulu. Enak aja nyamain saya sama komodo. Orang saya sexy kaya Nikita Mirzani begini, kok." Aulia mengibaskan rambutnya. Sok cantik.

Ingin rasanya melemparkan sepatu seisi-isinya ke mulut Aulia. Tinggal bilang terima, masalahnya akan selesai. Nggak usah pake acara adu bacot seperti ini.

"Ya, Saya sabar lo, ngadepin kamu. Tinggal bilang terima, apa susahnya sih?" Aldi mulai jengkel.

Aulia terdiam. Bukannya tidak mau menerima, ia hanya malu kalau harus bilang iya. Rasanya aneh, iya kan? Iya kan?

Aulia mengatur napasnya sebelum menjawab. Yakin, yakin, yakin! "Kalo Bapak serius, besok Saya tunggu bareng Mama."

OoO

👇
❤️

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now