Bab 15 - Singa Betina

60.2K 4.1K 171
                                    

"Aulia, tolong kamu bantu bawa ke ruang saya." Aldi menunjuk setumpuk buku berisi tugas yang ia berikan pada kelas Aulia. Dia bukannya modus pada Aulia. Aldi memang butuh bantuan.

Aulia mencibir, Aldi selalu menggunakan kekuasaan untuk mencari kesempatan dalam kesempitan. Dengan malas, Aulia berjalan ke depan dan membawa setumpuk buku itu lalu mengikuti Aldi di belakangnya.

"Berat tau," keluh Aulia setelah langkah kelimanya keluar dari kelas. Ruangan Aldi masih bermeter-meter jaraknya. Sekarang ia sangat mengharap belas kasihan Aldi.

"Ck, lemah kamu. Gitu aja ngeluh. Kamu nggak liat, setiap hari aku bawa buku segini banyak dari kelas kamu ke ruang aku? Coba bayangin bebannya, Ya! Bayangin!" kata Aldi dramatis.

"Brisik! Tukeran aja, deh. Aku yang bawa laptop kamu," Aulia menghentikan langkahnya. Ia bukan cewek yang setiap minggu pagi jogging keliling komplek, atau cewek yang tiap sore angkat barbel di tempat gym. Yang kuat itu hatinya, bukat fisiknya.

"Bentar lagi sampe, Ya. Semangat! Kamu bisa!" Aldi menyemangati sambil mengangkat kepalan tangan kanannya. sedan tangan kirinya untuk menyangga tas laptopnya.

"Tukeran, nggak?!" Aulia melotot tajam. Dosennya satu ini kelewat berisik. Cenggeret kebon saja kalah.

"Mainnya ngancem, ih." Aldi bergidik.

"Satu," Aulia mulai menghitung dan Aldi mulai was-was.

"Dua," Aulia geram karena Aldi malah diam bak patung, bukannya segera membantunya.

"Dua seperempat," Masih belum ada pergerakan dari Aldi.

"Dua setengah," Aulia mulai menaikkan intonasinya. Aldi menatapnya takut-takut.

"Tiii...." Aulia memberi jeda. Namun Aldi juga tak kunjung bergerak.

"ga!" Aulia menyelesaikan kalimatnya. Namun Aldi masih belum membantunya. Aulia menggeram kesal. "Aldi!" bentaknya.

"Panggil sayang dulu baru aku bantu,"

"Di..." Aulia memelas.

"Oke, aku tunggu di ruang aku. Semangat, Ya! Kamu bisa! Kamu kuat! Ha!" Aulia mengehentakkan kakinya dengan keras saat Aldi meninggalkannya begitu saja. Lihat saja nanti, Aldi. Tunggu pembalasan Aulia.

"Itu manusia apa iblis, sih? Nggak ada hati nuraninya." cibir Aulia. Ia akhirnya memaksakan kakinya melangkah. Di kepalanya terngiang kata-kata Aldi.

"Semangat, Ya! Kamu bisa! Kamu kuat!" Kuat mbahmu!

OoO

Dengan napas tersenggal, Aulia meletakkan tumpukan buku yang dibawanya ke meja Aldi. Di sini hanya ada Aldi dengan wajah mengesalkannya itu sedang menunggu Aulia dengan sabar.

"Duduk dulu," Aldi menarikkan kursinya untuk diduduki Aulia.

Aulia malah menatap sinis Aldi dan memilih duduk di kursi depan kursi Aldi. Aldi takut-takut menghadapi Aulia dalam mode seperti ini. Salahnya juga tadi mengerjai Aulia.

"Kamu pasti capek, ya? Aku ambilin minum?" tanya Aldi seraya duduk di kursinya.

"Nggak usah sok baik, kamu. Kamu pasti mau bales dendam ke aku gara-gara kemarin aku minta tolong pindahin lemari aku, kan?!" sindir Aulia yang tak sepenuhnya salah. Salahnya, Aulia itu bukan minta tolong, tapi ia memaksa. Untung Aldi sayang. Kalau tidak, sudah ia gadaikan Aulia di Pegadaian.

"Kemarin aku ikhlas bantu kamu." Bohong!!

"Halah, kata-kata buaya. Kamu sama Mas Juna kan sama-sama playboy,"

"Loh, hubungannya playboy sama bantu aku bawa buku ke sini apa, Ya?" Aldi bingung. Semakin ada yang tidak beres dengan kepala Aulia.

"Jadi kamu ngakuin kalau kamu playboy?!" Aulia melotot sambil menggebrak meja di hadapannya. Kapan lagi bisa marah-marah dengan dosennya.

"Bukan gituu,"

"Masih aja ngelak! Orang kemarin aku liat kamu deket-deket sama Sinta, Nashwa, Elia, Shasa, dan cewe hits di kampus yang lainnya."

"Kamu tu hobi salah paham. Aku tu kemarin lagi bahas—"

"Pake alesan lagi. Mana minum aku? Katanya tadi mau diambilin?" tanya Aulia tanpa menghilangkan aura menyeramkannya. Dengan cepat Aldi membuka air mineral yang baru dari atas mejanya lalu dengan cepat memberikannya pada Aulia.

"Udah ah, Aku mau pulang aja. Makasih minumnya. Assalamualaikum!" Aulia masih dalam mode singa. Air minum Aldi saja hanya tersisa seperempat saat Aulia meminumnya dengan sekali teguk.

Saat Aulia sudah berjalan ke pintu, Aldi melihat ada yang aneh dengan baju kuning Aulia yang panjangnya hingga lutut.

Aldi mengamati baju itu dengan teliti. Apalagi bundaran merah di sekitar bawah. Dari tempatnya, Aldi juga mencium bau anyir dari kursi Aulia tadi.

Anyir, merah. Anyir, merah.......

"Darah!" Bentak Aldi. Aulia membalikkan badan  dengan cepat saat mendengar jeeitan Aldi. Aulia sudah dibuat kaget saja saat Aldi tiba-tiba sudah di belakangnya.

Aldi memegang bahunya sambil memandangnya penuh khawatir. "Kamu, darah." Aldi terlampau khawatir hingga tak bisa menyusun kata.

"Aku Aulia, bukan darah."

"Kamu... keluar darah!"

Aulia melihat belakang tubuhnya dengan memutar sedikit kepalanya ke arah belakang. Double shit!

"Bocor!" kesal Aulua.

"Apa yang bocor?!" tanya Aldi panik. Aldi menyapu pandangannya ke penjuru atap ruangan.

"Aku, Di... Aku bocor..." jelas Aulia yang sudah tak tahan dengan sikap dongo Aldi.

"Aku PMS. Bocor." Aldi menampilkan wajah bodohnya. Ia baru ngeh kalau itu darah haid. Aldi bego!

"Ini nutupinnya gimana?" tanya Aulia dengan santai.

"Aku ada jaket. Kamu pake aja dulu," jawab Aldi cepat. Ia langsung kembali ke mejanya dan mengambil jaket hitam yang tersampir di kursinya. Kamu emang calon suami yang siaga. Im proud of myself! batin Aldi.

"Nanti kotor,"

"Kan bisa dicuci," Aldi menenangkan. Bagus! Buat singa ini jadi jinak! Aldi tersenyum sendiri.

"Ini modus kamu biar jaketnya aku yang cuci, ya?" sembur Aulia. Lah? Salah lagi, salah lagi.

"Kan sekarang udah ada laundry,"

"Jadi kamu nggak mau aku cuciin, jaketnya?" Aldi bingung. Tadi Aulia kelihatan enggan mencuci jaketnya. Tapi sekarang terlihat tidak rela kalau jaketnya dilaundrykan.

"Nanti langsung dibuang aja,"

OoO

Baru tau kalo bucin itu bukan budak cinta tapi bukti cinta. Pantes Aldi sampe segitunya.

MADOS [TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя