Bab 9 - Memenuhi Janji

69.4K 5K 138
                                    

G akan kalah garing dr yg kmrn! Dijamin! Tp G. 😁

OoO

"Pulang pake apa lo, Ya?" tanya Fina.

Ia sebenarnya sangat ingin menemani Aulia sampai dijemput. Tapi hari ini ia sudah ada janji dengan Richard. Katanya, Richard ingin mengenalkan Fina pada orang tuanya.

"Nggak tau, Mas Juna HP-nya nggak aktif." jawab Aulia cemas. Dari tadi ia sudah menelpon mas Juna. Hampir sepuluh kali panggilan, dan semuanya tidak ada yang diangkat.

"Kayaknya Mas Juna lagi ada pasien, deh. Gue pulangnya gimana?" Aulia menggigit ujung kukunya, panik.

Kalo bukan dijemput dan diantar mas Juna, sudah pasti Aulia tidak bisa pulang.

Mamanya itu tidak bisa menyetir walaupun punya mobil. Katanya, mobil itu cuma buat pajangan. Dan itu memang benar-benar untuk pajangan di garasi.

Orang kaya bebas!

"Gue pesenin ojek online, ya?" tanya Fina. Ia cemas kalau Aulia sendirian.

"Nggak, ah. Belum berani naik ojol." jawab Aulia.

"Terus gimana?"

"Lo pulang aja nggak papa. Kasian Kak Richard udah nungguin. Gue nggak papa. Gue kan cewe berani."

"Halah, preet... Berani kok takut naik ojol." Aulia menabok punggung Fani yang berani mengejeknya.

"Bukan takut. Alergi, Fin, alergi." Aulia gemas, ia sudah berulang kali bilang ini ke Fina. Aulia itu alergi ojol, bukan takut!

"Ya, ya, ya. Mentang-mentang mantan yang dulu selingkuh, sekarang jadi ojol, mendadak alergi. Takut kalau dapet driver Mas Mantan? Hellaawww... Takut disakitin lagi? Ih, nggak banget!!!"

Aulia menabok punggung Fina lebih keras. Bisa-bisanya Fina bicara Mas Mantan. Nggak tahu apa, kalau kemarin ia sudah dilamar oleh dosen idaman fakultas?

"Gue pulang aja, lah. Disia-sia, gue di sini. Bhay!" Dengan setengah hati, Fina meninggalkan Aulia. Tak enak juga kan, membuar Richard-nya itu menunggu lebih lama lagi.

Aulia bingung harus bagaimana. Sekarang sudah pukul 2 siang.

Daripada mati berdiri, Aulia melangkahkan kaki ke kantin. Kantin selalu menjadi tempat pelarian Aulia kala galau.

Aulia masuk ke dalam kantin. Siang-siang begini kantin malah lebih ramai. Kursinya tidak ada yang tersisa.

Aulia masuk lebih dalam, niatnya mencari kursi untuk sekedar duduk. Namun bukan kursi yang didapatinya. Malahan pak Aldi dan bu Jia yang sedang makan berdua di pojok kantin.

Sesekali bu Jia akan mencuri pandang ke arah pak Aldi. Jujur Aulia jadi geram sendiri. Tapi ini bukan cemburu. Hanya kesal. Masih seperti tadi.

Dosen jomblo! nggak laku! jablay! kurbel! alay! idup pula! -Maki Aulia.

Pak Aldi, yang katanya ada darah cenayang tiba-tiba saja mendongakkan kepalanya menghadap Aulia. Aulia sendiri sampai kaget ketika pak Aldi tiba-tiba melihatnya.

"Aulia!" Pak Aldi berteriak keras sambil melambaikan tangannya. Aulia tahu kalau pak Aldi itu memanggilnya. Tapi ia tak mau semeja dengan Ibu Dosen Jablay.

Bisa-bisa ada adegan jambak-jambakan di kantin, lalu viral. Bisa terkenal Aulia, nanti.

Aulia menatap pak Aldi malas. lalu memilih memutar tubuh dan keluar dari kantin. Ia tahu, tadi pak Aldi menatapnya bingung. Tapi apa pak aldi tidak berniat mengejarnya?

MADOS [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora