Bab 6 - Ulang Tahun Rachel

77.1K 5.3K 81
                                    

OoO

"Mas Juna, ayo anteriiinnn..." Aulia tidak menyerah untuk memaksa mas Juna untuk mengantarkannya ke ulang tahun Rachel setelah siang tadi remaja itu mengiriminya pesan.

Rachel
Nnti mlm, jam 7 pestanya di mulai di hotel A. kaka jd dtg?

Aulia
pasti datang!
Tunggu, ya!

Setelah mendapat pesan itu, Aulia menyempatkan diri untuk membeli sesuatu kado untuk Rachel sehabis ia pulang kuliah. Pukul 6 sore, ia baru tiba di rumah. Tidak ada istirahat untuk hari ini. Sesampainya di rumah, ia langsung menyiapkan diri untuk datang ke ulang tahun Rachel.

Dan sepuluh menit terakhir, waktunya terbuang sia-sia hanya untuk membujuk mas Juna yang tidak mau mengantarnya. Ingin membawa motor, ia takut dandanannya rusak. Ingin membawa mobil, ia tidak bisa mengendarainya. Jadilah mas Juna sebagai pilihan terakhirnya.

"Gue traktir martabak, deh!" Aulia masih membujuk kakaknya itu.

"Kagak! Martabak doang gue juga bisa beli, Dek. Seabang-abangnya kali bisa!" Mas Juna tidak menggubris Aulia. Ia malah sibuk dengan game di ponselnya. 

"Tambah bobba,"

"Engga doyan."

"Nasgor depan deh,"

"Nggak. Denger-denger nasgor depan pake pesugihan pocong."

"Yaudah, lo mau apa? Gue beliin." Ini jurus Aulia yang terakhir. Kalau mas Juna masih menolak, terpaksa Aulia batal menghadiri ulang tahun Rachel.

"Tidur,"

"Ya ampun, Mas... Perasaan gue jarang deh minta tolong sama lo. Ini ke hotel A doang. Penting, niii. Rachel ultah!" kata Aulia lemas. Ia capek sendiri membujuk mas Juna.

"Apa hubungannya?"

"Rachel ultah. Sweet seventeen. Di hotel A—"

"Kenapa baru bilang? Kalo tahu ini acaranya Rachel, udah gue anter lo dari tadi, Dek." Mas Juna melempar ponselnya. Ia bangkit lalu mengambil kunci mobil yang digantung. Aulia pun dibuat kaget olehnya. "Ayo berangkat."

"Kenapa nggak bilang dari tadi kalo ini ultahnya Rachel?" tanya mas Juna sambil mengemudikan mobilnya.

"Abis Mas nggak tanya, sih."

"Rachel udah gue anggep adek sendiri."

"Kalo aja gue bilang ini lebih awal, mungkin sekarang gue udah sampe kali, ya." Aulia terkekeh. "Lo nggak dateng?"

"Engga. Malam nanti ada operasi. Mau siap-siap." jawab mas Juna. Ia memberhentikan mobilnya di depan hotel A. Aulia melirik arlojinya. Pukul delapan. Belum terlambat untuk masuk. Ia pamit pada mas Juna dan masuk ke dalam hotel.

Sampai resepsionis, ia bertanya tentang lokasi acara ulang tahun Rachel digelar.

"Di aula, Mba. Dari sini Mba ke utara, Sebelum lift belok ke kanan. Lurus sedikit, Mba sudah sampai di aula."

Aulia tiba di aula. Banyak remaja seusia Rachel. Ada juga orang dewasa berjas rapi. Mungkin itu teman orang tua Rachel. Aulia sendiri tidak pernah mengenal keluarga Rachel. Jadi ia tak tahu sama sekali tentang latar belakang keluarga Rachel.

Aulia menghampiri Rachel yang sedang berbincang dengan temannya. Ia menepuk pundak Rachel, Rachel menoleh. Tahu kalau itu Aulia, Rachel pamit pada temannya.

"Aku pikir Kakak nggak dateng," Rachel memeluk Aulia antusias. Rachel terlihat berbeda dari biasanya. Ia seperti putri semalam.

"Aku udah janji untuk dateng. Ini kado buat kamu. Maaf terlambat," Aulia menyerahkan sekotak hadiah untuk Rachel. Gadis itu membuka hadiahnya dengan tak sabar.

"Wuih, gelang!  Bagus banget.... Aku suka! Kakak emang the best, deh. Aku pakai, ya?" Tanpa menunggu jawaban dari Aulia, Rachel memakai gelang barunya. Aulia juga senang kalau Rachel suka pada hadiahnya.

"Mas Juna mana?" tanya Rachel setelah gelang itu melingkar di tangannya.

"Nggak ikut, ada operasi malam ini. Maaf, ya?"

"Nggak papa dong, Kak. Pasien nomer satu. oh ya, Kakak jadi aku kenalin ke Abang aku?" tanya Rachel. Aulia mendelik kaget. Padahal kemarin ia tidak benar-benar serius tentang itu.

"Ayo, Kak!" Rachel lebih dulu menarik tangannya. Aulia hanya bisa pasrah.

"Abang!" teriak Rachel. Ia melambaikan tangan yang satunya.

Aduh, malu sampe ubun-ubun kakek moyang, gue. Nanti dikira, gue yang napsu ama ni cowok. Harga diri, di mana kamu? Emang suka ngilang pas dibutuhin.

Pikiran itu seketika menggelayuti Aulia. Tiba-tiba saja ia menjadi malu. Ia Menundukkan kepalanya. Wajahnya sengaja ia tutupi dengan rambutnya yang jatuh.

Aulia hanya bisa mendengar suara derap langkah mendekat, lalu berhenti di depannya hingga aroma parfum tercium kuat.

Ini cowo mandi parfum? Minyak wangi laudry gue aja kalah, ah.

"Bang, ini Kak Yaya. Yang sering aku ceritain itu , lhoo." Rachel berujar antusias. Lalu sebuah tangan terulur kepada Aulia.

Loh? Kok bentukan tangannya kaya kenal?

Aulia membalas uluran tangannya. Mereka berjabat tangan. Aulia mendongakkan kepalanya, ingin melihat seganteng apa abang Rachel satu ini.

"Aulia?"

"Pak Aldi?"

Mereka terkejut bersamaan.

"Lah, udah pada kenal? Bagus, deh. Jadi, potensi Kak Yaya jadi kakak aku bertambah besar. Aku tinggal dulu, ya... Mau sama temenku." Rachel kemudian pergi meninggalkan Aulia dan pak aldi yang masih diam di tempat. Sampai tak sadar, tangan mereka masih bertautan.

Aulia yang pertama menyadari posisi tangan mereka, refleks, melepaskan. "Eh, maaf-maaf, Pak... Saya kaget."

Pak Aldi mengangguk, tampak jelas sekali kalau ia juga kaget. Sekarang mereka malah jadi canggung. Padahal kemarin mereka terlihat dekat saat menemani pak Aldi membeli hadiah.

"Ee... Saya nggak nyangka, kalau Kakak yang selalu diceritain Rachel itu kamu. Saya lupa kalau Pandawa's Resto itu milik Mama kamu." Pak Aldi mengelus tengkuknya sambil menghindari mata Aulia.

Aulia mengangguk, canggung. Tak lama, sepasang suami istri datang menghampiri mereka. Wajah mereka tampak tak asing di mata Aulia.

"Aldi," Perempuan paruh baya itu memanggil Pak Aldi.

"Ibu, Ayah," Pak Aldi dibuat sedikit terkejut karena tidak menyadari kedatangan kedua orang tuanya.

"Ini siapa?" tanya Ibu lembut. Beliau kemudian memegang pundak Aulia. Tak sedikitpun senyum itu luntur dari bibirnya.

"Aulia, Tante." balas Aulia. Ia berusaha bersikap baik di depan orang tua Rachel.... dan pak Aldi. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Entah kenapa udara sekitar bertambah panas, ia jadi semakin gugup.

Ibu bergantian menatap Aulia dan pak Aldi. Aulia menyadari tatapan itu. Pasti Ibu sedang mengira kalau Aulia ada apa-apa dengan pak Aldi.

"Aldi, Aldi... Pinter banget pilih mantu buat Ibu."

OoO

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now