Bab 11 - Terhalang Restu

64.2K 4K 461
                                    

OoO


Bugh...

Aldi baru saja turun dari motornya dan Juna langsung menyambutnya dengan pukulan. Ia terjungkal akibat pukulan Juna. Sial sekali Aldi hari ini, mendapat dua tonjokan di tempat yang sama.

"Kalo lo mau mainin cewe, jangan adek gue!  Gue udah bilang ini dari awal, jangan sakitin adek gue!" Juna menunjuk wajah Aldi, matanya merah berkilat amarah.

"Lo nggak tau apa-apa. Minggir!" Aldi berusaha menyingkirkan badan Juna yang menghalangi pintu.

"Gue nggak bakal biarin lo ketemu Aulia!"

Bugh...

Aldi ganti memukul pipi Juna hingga mulutnya sobek dan mengeluarkan darah. "Lu minggir nggak?!" ancam Aldi pada Juna setelah ia memukulnya.

"Kalo nggak, lo mau apa?" Juna menantang Aldi dengan nada mengejeknya.

Bugh...  Satu pukulan mendarat lagi di wajah Juna. Juna yang merasa tak terima, balas memukul Aldi juga.

Mereka saling memukul, kadang juga menendang hingga salah satu dari mereka jatuh. Kemudian bangkit lagi, melanjutkan aksi jotos-jotosan hingga muka sudah tak berbentuk dan bersimbah darah. Yang tadinya berada di teras, sekarang sudah ada di halaman rumah.

Aulia langsung keluar dari kamarnya di lantai dua saat mendengar kegaduhan di luar.

Ia melihat Aldi dan Juna yang berkelahi hingga berlumur darah.

"STOP!" Aulia berteriak dari depan pintu. Mendengar teriakan Aulia, Aldi dan Juna langsung berhenti.

Aulia mendekat setelah merasa tidak akan ada adu jotos lagi. "Kalian tu kenapa, sih? Udah gede kelakuan kaya bocah!"

"Bocah nggak akan bisa beramtem ampe berdarah, Ya." ujar Juna, Aulia melotot.

"Udah, sekarang baikan!" titahnya.

"Satu!" Aulia mulai menghitung saat tak ada pergerakan dari dua lelaki di hadapannya ini.

"Dua!" Masih tak ada pergerakan. Aulia masih mencoba sabar dengan kedua manusia merepotkan di hadapnnya ini.

"Ti—" Aldi langsung menjulurkan tangannya sebelum Aulia menyelesaikan perkataannya.

Uluran tangan Aldi disambut tepisan oleh Juna. Cari masalah saja, si Juna.

Aldi tak terima, ia mendorong bahu kanan Juna hingga mundur dua langkah.

"Ikhlas, dong!" bentak Aldi pada Juna.

"Apa? Nggak terima, lo?!" Juna kini ganti mendorong bahu Aldi.

Aulia yang merasa akan ada ronde kedua, berusaha untuk memisahkan mereka lagi. "WOI, UDAH! BERHENTI, NGGAK?!" Aulia berteriak, mengerahkan semua tenaganya. Namun usaha memisahkan ronde kedua ini tidak berhasil. Juna dan Aldi sudah adu jotos lagi.

Karena tidak mau terkena pukulan, Aulia memilih keluar, mencari bantuan warga.

"Pak, tolongin saya. Mas Juna berantem!" kata Aulia pada kedua tetangganya yang sedang bermain catur.

"Dimana?" Pak Anjas berdiri, bertanya dengan sikap was-was.

"Di rumah saya," jawab Aulia.

"Yaudah, ngapain masih di sini? Ayo ke sana!" Bapak yang satunya, pak Budi, langsung bergegas menuju ke TKP diikuti Aulia dan pak Anjas.

Sesampainya di sana, mereka bertiga terkejut mendapati dua korban yang bersandar di tembok dekat pintu masuk dengan posisi bersebelahan.

"Yang berantem mas ini?" tanya pak Anjas. Aulia, Aldi, dan Juna mengangguk serempak.

"Kok sekarang udah nggak berantem?" tanyanya lagi.

"Capek pak, berantem mulu. Lagian ini badan juga udah remuk." jawab Aldi dengan napas ngos-ngosan, terlihat kesakitan di saat digerakkan.

"Loh, gimana sih? Padahal belum dipisahin." kini pak Budi terlihat kesal.

"Gimana sih Pak, masa kita disuruh berantem lagi?" Juna tak terima.

"Yaudah-yaudah, ini pada diobati dulu. Saya bantu anter ke rumah sakit apa gimana? Udah darah semua itu badannya," Dengan bijak, pak Anjas memberi saran.

"Nggak usah, Pak. Terima kasih. Maaf ngerepotin," Baru saja Aldi dan Juna ingin mengiyakan, Aulia sudah lebih dulu menjawabnya.

"Yaudah, kalo gitu kita balik aja. Ganggu orang main catur aja," Pak Budi masih saja terdengar kesal.

setelah kepergian kedua bapak tadi, Aulia dengan sabar dan penuh perjuangan memapah dan mendudukkan tubuh Aldi dan Juna secara bergantian di sofa ruang tamu.

"Sekarang terserah kalian, mau damai apa enggak. Terserah!" Aulia langsung naik tangga, menuju kamarnya.

"Gue nggak jadi restuin lo sama adek gue! Titik! Nggak ada bantahan!" bentak Juna sambil beranjak dari duduknya. ia lalu kembali masuk ke kamanya dengan jalan yang tertatih.

"Gue bakal tetep nikah sama Aulia dengan atau tanpa restu, dari lo!" jawab Aldi sambil berteriak supaya Juna dapat mendengar dari kamarnya.

"Bodo amat!" kata Juna disertai jari tengahnya sebelum ia menutup pintu kamar dengan keras. Kamar Juna memang di depan ruang tamu.

"Sialan," Aldi mengumpat sambil menggeleng-geleng kepala. Ini semua pasti tidak akan terjadi kalau bukan karena Jia. Tapi dengan kondisi Jia yang psikisnya sedang terguncang, Aldi tidak bisa menyalahkannya begitu saja.

Aldi menyenderkan tubuhnya di sofa, tak peduli lagi dengan rumah milik siapa. Hari ini begitu melelahkan, jiwa dan raganya tertekan. Ia jadi ingat saat ia sudah sampai di depan rumah Jia, tadi.

Aldi merangkul pundak Jia yang tangisnya tak berhenti sedari tadi. Aldi membawa Jia masuk ke dalam rumah sederhana bercat biru dengan halaman yang luas.

Tak lama setelah Juna mengetuk pintu, wanita paruh baya keluar dari rumah. Dialah Endah, ibu Jia. Melihat kondisi Jia, Endah langsung membantu Aldi memapah Jia. Memabawanya masuk, dan mendudukkannya di kursi. Endah langsung duduk di sebelah Jia dan memeluk putrinya supaya tenang.

"Saya Aldi, bu. Teman kerjanya Jia." Aldi memperkenalkan dirinya.

"Jia kenapa, nak Aldi? Kenapa Jia nangis begini?" tanya Endah panik.

"Tadi ada laki-laki yang ngejar Jia. Saya nggak tahu kenapa. Tiba-tiba saja Jia sudah nangis waktu ketemu saya." jelas Aldi.

"Elvano, maa..." tiba-tiba Jia bersuara pelan di sela isaknya. Endah terlihat kaget hingga membulatkan matanya sambil memandangi Jia.

"Elvano?" tanya Aldi yang masih bingung dengan semua. Endah langsung bungkam. matanya kosong, hilang sudah tatapan khawatirnya pada Jia seperti tadi.

"Nak Aldi, Nak Aldi, kamu harus bantu ibu." Endah tiba-tiba berlutut pada Aldi. menggenggam tangannya, merasa Aldi adalah jalan keluar dari masalah putrinya.

"Nikahi Jia. Bantu Jia menghilangkan traumanya dari Elvano."

OoO

Drama sekali cerita ini T_T

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now