Bab 17 - Malam Minggu

61.4K 3.9K 212
                                    

"Ma, Juna dah ganteng belum?" Juna memutar badannya di hadapan Attha seperti anak yang batu saja dibelikan gaun oleh orang tuanya. Aulia menatap Juna ngeri.

"Iya," Attha menjawab sekenanya.

"Beneran ganteng kan, Ma?"

"Iya..." jawab Attha gemas. Seperti yang dibilang Attha tadi pagi, mereka akan memintakan Riska untuk Juna.

"Tapi ini terlalu resmi nggak sih, Ma?" tanya Juna lagi. Aulia jengah, Juna hanya pakai kemeja pendek warna coklat muda dengan celana pensil cream. Tolong, itu tidak ada resmi-resminya.

Attha menggeleng, "Enggak, Jun. Kamu ganteng, bajunya nggak resmi, rambutnya klimis, sepatunya bagus, dompetnya tebel, HPnya Iphone, kamu cakep!" Attha mengajukan kedua jempolnya.

Juna mengembangkan senyumnya, bangga. perfecto! Sekarang mereka berdua—Attha dan Juna, berjalan keluar rumah menuju mobil. Sedangkan Aulia tidak ikut karena ingin memacetkan jalanan bersama Aldi.

"Kunci pintu sama jendela kalo pergi, lampu-lampu juga dimatiin, air keran sama kompor dilihat lagi, jangan pulang malem," Attha menasihati Aulia sebelum keluar dari rumah.

"Iya... Mama juga hati-hati," Attha mengangguk lalu masuk ke mobil sambil menunggu Juna ikut masuk.

Aulia menatap Juna bingung karena tak kunjung bergerak ke mobilnya. Aulia menunggu Juna yang seperti ingin mengatakan sesuatu. Soalnya, ia terlihat resah.

"Gue beneran dah cakep, kan?" tanya Juna pelan pada Aulia. Aulia kadung emosi, ia bosan dan sangat-sangat bosan dengan pertanyaan satu itu. Aulia ancang-ancang melempar Juna dengan sendal saking jengkelnya.

"Woi, santai! Gue cakep!" Juna menjawab sendiri. Dengan kesal ia berjalan menuju mobilnya. Namun baru beberapa langkah, Juna membalikkan badannya.

"Tapi gue wangi kan, Ya?" tanyanya. Dan Aulia benar-benar melemparinya sendal sekarang.

OoO

Jam menunjukkan pukul 18.37, Aulia memilih menunggu Aldi di depan rumahnya.

Asik, malam mingguan.

Sekali-sekali ia juga ingin pamer pada para jomblo yang suka memenuhi jalan saat malam Minggu dan berteriak kencang, "YANG JOMBLO MASUK RUMAH! INI UDAH DISEWA SAMA YANG UDAH ADA PASANGAN!"

Yang ditunggu akhirnya datang menaiki motor maticnya warna hitamnya. Tanpa dikode, Aulia keluar dan mengunci pagar lalu langsung duduk di boncengan Aldi.

"Kita mau kemana?" tanya Aldi sesaat setelag motornya melaju.

"Terserah. Kamu maunya kemana?" Aulua balik bertanya.

"Bioskop?"

"Terserah,"

"Oke, kita ke bioskop," putus Aldi. Mereka menuju mall terdekat yang jaraknya hanya 5 km.

Setelah memarkirkan motor di parkiran, Aldi dan Aulia jalan bersebelahan masuk ke dalam mall menuju bioskop di lantai 2. Saat melewati salah toko buku, Aulia menghentikan langkahnya.

"Beli..." rengek Aulia. Tangan kanannya menggoyang-goyangnya jaket Aldi, tangan satunya menunjuk-nunjuk pintu masuk toko.

"Bioskopnya?" tanya Aldi. Ia takut kalau tidak bisa dapat tempat duduk tengah. Kalau bisa atas. Modus!

"Buku jembatan ilmu," Aldi menghela napas pasrah dan mengikuti Aulia yang sudah berada antara rak novel.

"Nanti keburu nggak dapet tempat enak pas nonton," ujar Aldi yang langsung ditatap Aulia dengan tak suka. Barang siapa yang megganggu waktunya di toko buku, maka sejatinya , orang itu adalah musuhnya.

"Yaudah, kamu nonton aja sendiri. Aku mau di sini," putus Aulia tanpa bantahan. Tentu saja Aldi tidak mau. Ia tidak mau merasa jomblo.

"Katanya mau nonton? sana," sindir Aulia.

"Nggak, nggak jadi. Aku sama kamu aja," pasrah Aldi. Ia mencoba ikhlas dengan sepenuh hati.

Sudah hampir satu jam Aldi mengikut kemanapun Aulia pergi. Dari rak satu ke rak lain. Tapi Aldi dibuat terheran-heran saat Aulia malah berjalan keluar toko.

"Kok keluar?" tanya Aldi.

"Nggak jadi beli," Aldi menganga. Lalu, satu jam yang tadi itu mereka ngapain?? Kembalikan satu jamnya yang berharga!

"Kok gitu?"

"Pengen beli novel Selena dari Tere Liye, tapi masih mahal. Nanti cari PDFnya aja," Rahang Aldi jatuh. Ini mereka sedang ada di lantai dua, lho. Jangan sampai Aldi emosi lalu mendorong Aulia ke bawah.

"Ke bioskop, yuk?" ajak Aulia tanpa dosa. Aldi menghela napas. Ia tidak boleh emosi. Elus dada dulu untuk meredakan emosi yang meluap ini.

FILMNYA UDAH MULAI DARI SETENGAH JAM LALU.

"Filmnya udah mulai, Ya." jelas Aldi dengan sabar. Kalem, kalem.

"Eh?" Aulia kaget.

"Baru sekarang, sadarnya? Kita makan aja. Aku laper, nih." ujar Aldi sedikit kesal. Hanya sedikit. Iya, sedikit. Yakin!

"Kamu marah?" tanya Aulia yang tampak menyesal. Aldi kira tadi Aulia akan marah saat ia cuekin. Melihat Aulia seperti ini, ia kan jadi lemah iman.

"E-eh, enggak! Mana bisa sih, aku marah sama kamu. Kita sekarang makan, ya?" Aldi tersenyum sambil menggandeng Aulia yang sekarang juga ikut tersenyum.

"Kamu minumnya mau apa?" tanya Aldi. Mereka memutuskan makan di luar mall, di Bebek Goreng Bu Yati.

"Aku mau es teh," jawab Aulia.

"Teh panas aja. Dingin, udah malem." Aldi menolak.

"Tapi aku pengen es teh,"

"Dingin, Ya. Teh panas, ya?"

"Es teh,"

"Teh panas,"

"Aku. Pengen. Es. Teh." Aulia tetap pada pendiriannya.

"Teh. Panas."Aldi jadi mengikuti gaya bicara Aulia.

"Es teh, sayang,"

"Oke, es teh!"

OoO

Double Up...
Hehe...

MADOS [TERBIT]Where stories live. Discover now