Bab 8 - Bu Jia

73K 5.2K 230
                                    

Garing kriuk kress...

OoO

Pak Aldi berjalan menuju ruang rektor. Tadi pagi, ia disuruh pak Candra—rektor kampus untuk datang ke ruangannya sebelum mengajar.

Padahal tadi malam pak aldi tidak sempat tidur. Tepatnya, tidak bisa tidur. Ia baru tidur jam 2 pagi.

Apa lagi penyebabnya kalau bukan karena melamar Aulia dengan romantis.

Pak Aldi sampai di ruang rektor. Ia mengetuk pintu sebelum masuk. Sangat sopan, kan?

Tidak pas bersama teman-temannya. Sebenarnya sifat aslinya itu ditunjukkan saat di kampus. Bukan saat dengan temannya. Aulia itu sungguh salah mengartikan sifatnya.

Aulia? Kenapa gue jadi kepikaran Aulia? Gue jadi gila beneran deh kayaknya.

Di hadapan pak Candra, duduk seorang perempuan dengan rambut sebahu. Ia menghadap pak Candra, hingga pak Aldi tidak bisa melihat wajahnya.

"Pak Aldi!" pak Candra mengangkat tangannya, menyuruh pak Aldi mendekat ke arahnya.

"Perkenalkan, ini Ibu Jia. Bu Jia ini yang akan menggantikan bu Atik selama beliau cuti melahirkan." kata pak Candra.

Untuk menghormati, pak Aldi menyalurkan tangannya, mengajak bu Jia bersalaman sambil kenalan.

Menurut pandangan pak Aldi, bu Jia ini pasti sangat berprestasi. Ia masih muda. Mungkin lebih muda daripada pak Aldi. Ia juga cantik.

"Tolong kamu temani bu Jia. Saya pikir, karena sama-sama muda, kalian bisa cocok." kata pak Candra. Pak Aldi mengagguk.

Pak Aldi sebenarnya tak sepenuhnya mau menemani bu Jia sebenernya. Sekarang ia hanya ingin sampai di kelas Aulia. Itung-itung ngapel.

MODUS!

"Pak Aldi," panggil bu Jia setelah keluar dari ruang rektor, menyusul pak Aldi. Ia masih berusaha menyamakan langkahnya dengan pak Aldi.

Pak Aldi berhenti. Ia menunggu bu Jia supaya sejajar dengannya dulu. "Ada apa?"

"Jalannya jangan cepet-cepet dong, Pak! Langkah saya nggak selebar Bapak." kesal bu Jia.

Ini dosen baru kok cerewet sih? Ngegas pula! Kaya siapaaa gitu...  Pak Aldi senyum-senyum sendiri, ia tiba-tiba teringat Aulia.

Aulia terosss....

"Tapi saya harus ngajar sekarang." ujar pak Aldi. Sebenarnya jam mengajarnya masih lima belas menit lagi, tapi ia kan dosen yang tertib. Harus ada di kelas sebelum mulai. Sekalian ngapel seperti rencananya.

"Jadi Bapak nggak bisa nemenin saya lihat-lihat kampus?" tanya bu Jia penuh harap.

"Maaf, Bu. Mungkin lain kali." tolak pak Aldi halus. Ia lalu meninggalkan bu Jia lagi.

"Pak!" Tak lama, bu Jia memanggilnya kembali. Ia berlari mengejar pak aldi yang sok jual mahal pada dirinya itu.

"Saya boleh nggak, ikut Pak Aldi ngajar? Ini pengalaman pertama saya jadi dosen."

Pak Aldi tampak berfikir. Toh tidak masalah membawa bu Jia ikut. Dia tidak akan mengganggu kan? Mengganggu pak Aldi untuk modus pada Aulia, contohnya.

"Mari," jawab pak Aldi singkat.

Mereka berjalan beriringan sampai di depan kelas Aulia. Pak Aldi membuka pintu.  Kelas yang tadinya terdengar ramai hingga ujung lorong, seketika menjadi sepi, senyap, seram.

Pak Aldi hendak masuk. Namun lagi-lagi bu Jia menghentikan langkahnya. "Besok kemejanya dibenerin dulu sebelum ngajar. Kan malu sama mereka kalau nggak rapih begini."

Bu Jia tiba-tiba membenarkan kancing teratas pak Aldi. Jarak mereka sangat dekat. Sangat-sangat-sangat dekat!

"Ehm, ma—makasih." ujar pak Aldi tak nyaman. Namun tidak dengan bu Jia yang tampak senang.

"Ini juga, rambutnya dirapihin dulu." Tangan bu Jia kembali terangkat.

Mata pak Aldi tak lepas dari wajah bu Jia yang terlihat serius saat membenarkan rambutnya.

"Selesai! Kalo rapi gini kan ganteng." ujar bu Jia setelah selesai dengan rambut pak Aldi. Ia sedikit merapikan kemeja pak Aldi lagi.

Sentuhan bu Jia di dada kirinya, membuyarkan lamunan pak Aldi.

Aldi, Aldi... Kapan diginiin sama Aulia?

Deg! Bukankah sebelum adegan tadi, pak Aldi sudah membuka pintu kelas dan hendak melangkah masuk?

Dalam hatinya dia berdoa semoga Aulia tidak melihat adegan dirinya dengan bu Jia barusan. Semoga Aulia tadi sedang tidur dengan nyenyak.

"Pak, pacarnya kok dibawa?" tanya Theo dengan keras, berhasil membuyarkan lamunannya.

Pak Aldi menoleh ke arah Theo yang malah cekikikan bersama Natal. Parahnya, ada Aulia di belakang Natal kini menatapnya tanpa ekspresi.

Aulia marah? batin pak Aldi.

Ia harus segera meluruskan salah paham ini. Bisa-bisa pak Aldi tidak jadi nikah sama Aulia. Bisa galau satu purnama, nanti.

"Perkenalkan, namanya bu Jia. Be—"

"Pak," Kalimat pak Aldi terpotong oleh panggilan Aulia.

"Ya?" jawabnya sedikit cemas karena itu adalah Aulia. Iya, Aulia yang itu. Yang kemarin dilamarnya dengan sangat romantis sekali.

"Ijin keluar," tanpa menunggu persetujuan pak Aldi, Aulia berdiri dari duduknya dan keluar melewati pak Aldi begitu saja.

"Ih, nggak sopan banget, coba." cibir bu Jia dengan keras. Semua mata jadi memandangnya. Pak Aldi hanya memutar matanya malas.

OoO

Aulia melarikan diri ke kantin. Makan soto sambil menuangkan banyak sendok sambal, berharap ada tangan yang mencekalnya seperti yang lalu.

Pak Aldi itu gimana, sih? Sangat tidak peka terhadap perasaan aulia.

Aulia itu bukannya cemburu, ia hanya kesal karena pak Aldi itu sangat plin-plan! yang dilamar siapa, yang diajak mesra-mesraan siapa.

Ingin rasanya menenggelamkan Jia-Jia itu ke dasar Samudera Pasifik, bersama pak Aldi sekalian!

Aulia menuangkan sendok sambal kelima ke dalam sotonya. Tidak papa, sekali-sekali makan sambal dengan soto.

"Cemburu?"

Aulia mendongak, langsung kaget mendapati pak Aldi yang tiba-tiba sudah duduk di depannya sambil melipat kedua tangannya di atas meja.

"Nggak! Nggak penting." judes Aulia. Ia masih kesal, bukannya cemburu.

"Kalo kamu cemburu gini kan, saya lebih yakin buat nikahin kamu," goda pak Aldi.

Nyatanya godaan setan memang lebih kuat dari iman Aulia. Buktinya, Aulia sudah menahan senyum setelah pak Aldi menggodanya.

"Nggak lucu!" sangkal Aulia dengan senyum yang tidak bisa ia tahan. Godaan pak Aldi memang semanjur itu.

"Iya, iya, percaya. Saya nggak lucu. Sampe senyum gitu." goda pak Aldi lagi. Itung-itung membalas Aulia yang waktu itu memanggilnya sayang.

"Bu Jia itu dosen penggantinya Bu Atik. Jadi kamu nggak usah cemburu gitu. Orang saya sukanya sama kamu." jelas pak Aldi santai.

"Dibilangin nggak cemburu, juga!" Pipi Aulia memanas. Ia tidak cemburu. Hanya kesal. Iya, kesal.

OoO
T

ap Tap Here :')
👇❤️

MADOS [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin