11 - Rencana Tersembunyi

1.1K 135 6
                                    

Sudah dua puluh menit lamanya, yang hanya Eun Bi lakukan adalah menatap punggung milik Ayah yang sekarang tangganya sudah bersinggah di pinggang membelakangi Eun Bi. Ibunya sedang menenangkan Ayah yang mungkin emosinya telah meluap tidak bisa di tampung lagi, terlebih sang Ibu yang sekarang sedang terisak pelan. Sejujurnya sakit jika melihat mereka seperti ini, terlebih dari tatapan keduanya terlihat kekecewaan mendalam yang terlalu tersurat untuk di sampaikan rasa sakitnya. Namun yang kembali Eun Bi lakukan sekarang hanya diam, tidak bersuara setelah melontarkan kalimat gila yang mendapatkan tamparan dan juga tendangan dari Ibu dan Ayahnya.

"Ayah mau kau gugurkan kandungan itu."

Lantas Eun Bi menatap mata Ayahnya membulat tidak percaya, sebenarnya semua ini adalah kebohongan. Namun rasanya perkataan ini lebih dari menyesakkan, menatap sang Ibu yang sekarang sudah muak menatapnya. "Dia bahkan belum lahir, namun sudah di benci saat di kandungan. ini kesalahan kami berdua, dia tidak bersalah. Aku tidak mau menggugurkannya, terlebih ia anakku."

Eun Bi mendecih perih. Ia membayangkan jika hal ini benar-benar terjadi, bukan setinggan drama yang di lakukan dirinya dan Jungkook. "Apa jika seandainya aku dulu adalah anak di luar pernikahan, apa mungkin Ayah juga akan menyuruh Ibu untuk menggugurkannya, bahkan yang harus di salahkan di sini adalah orang tuanya bukan anaknya. Aku tidak tahu ayah bisa sekejam ini."

Ayah melihat ke arahku dengan keterdiaman, namun dengan Emosi yang tidak kenal surutnya. Menunjuk ke arahku dengan mata merah berserta layangan tangan yang tertahan di udara, hampir mengenai wajahku. Sebelum aku berkata lebih lirih. Ia menghentikan tamparannya, yang nyaris mengenai mukaku sakit.

"Ayah tidak perlu merasa gagal mendidikku, bagaimanapun. Aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kesialan. Jika aku membuat kalian malu, tidak apa. Kalian memukulku sekeras dan sesakit apapun, tapi hanya perlu kalian ingat. Aku tetaplah putri kalian, yang dulunya selalu kalian nantikan kelahirannya dan pertumbuhannya. Jika aku adalah kegagalan karena melakukan kesalahan, maka maafilah aku dan bantulah aku mencari jalan keluar bukan dengan amarah yang tidak pernah tahu kapan surutnya." Ayah menunjuk wajahku dengan jari yang bergetar, tatapan matanya masih saja tajam. Ibu hanya diam tidak bersua selain air mata yang berbicara sendari tadi. Adikku juga ikut menangis keras di sana. "Aku malu, malu sekali. Membesarkan putri tidak tahu malu seperti kau ini."

Sesak sekali rasanya, Jungkook yang sendari tadi diam menggenggam erat jemariku lantas mengambil alih percakapan. "Paman, aku akan bertanggung jawab. Apapun yang terjadi pada Eun Bi. Jika perlu, kami akan menghilang sementara waktu dan jika anak kami telah lahir kami akan kembali ke hadapan kalian."

"Bicara apa kau bajingan! Setelah menghancurkannya, kau ingin mengambil dan menjauhkannya dariku." Ayah masih saja dengan emosinya yang terlampau jauh untuk di kembalikan ke seperti semula, menatap ke arahku dengan raut wajah terseram yang pernah ada. "Sekarang kau pilih, gugurkan atau kau pergi dari rumah ini."

Aku menatap terkejut, bahkan Ibu juga terkejut. Sungguh, apa Ayah benar-benar mengusirku. Hatiku benar-benar terluka, aku tidak mengira kenapa semuanya terjadi seperti nyata. Mataku memanas seiring sesak di dada, mengganguk perlahan. "Baik, aku tidak perlu memilih opsi pertama. Aku akan meninggalkan rumah ini dengan senang hati, walaupun aku berada di sini semuanya tidak perduli denganku. Perdulikan saja si bungsu itu, sampai kalian lupa untuk memperdulikanku yang kalian pikir tidak perlu untuk di pikirkan lagi."

"Aku ini sial bukan, oleh sebab itu aku pergi menjauh agar tidak membuat keluarga ini malu. Tidak perlu cari aku, karena aku tidak penting untuk di cari. Terima kasih telah melahirkan ku, menyesal sebenarnya seperti tidak di inginkan dan terlahir sangat sial seperti ini." Aku mengusap air mataku, membungkuk hormat sebelum berjalan meninggalkan tempat yang sebelumnya ku sebut sebagai tempat pulang ternyaman, sekarang tidak sama seperti dulu lagi. Semuanya telah semu dan penuh luka untuk di paksakan tinggal.

Restricted ✓Where stories live. Discover now