19 - Mendamba Kebebasan Di Atas Keterikatan

1.2K 141 10
                                    

Dirinya sepi, oleh sebab itu ia menyendiri. Ratap riak air amat tenang, suara jangkrik malam bagaikan alaram ternyaman. Malam-malam gadis itu habiskan pada langit bertabur bintang, tapi. Malam ini sangat sepi terhembus angin menusuk ke nadi. Dingin sekali, biasanya Eun Bi butuh kopi saat menyendiri. Namun kali ini, ia butuh semua untuk melengkapi. Rasanya; waktu habis di makan pemikiran sendiri.

"Kenapa masih di luar?"

Eun Bi melirik pantulan air di antara bayangan bulan, dan dirinya yang sekarang terpantul abstrak di atas genangan air sosok lelaki yang sekarang mendekat ke arahnya, mengambil sisi kosong samping Eun Bi yang masih saja memfokuskan dirinya untuk terdiam, dan tidak menyahuti perkataan Moon Bin.

Moon Bin melirik ke arah Eun Bi yang menekuk lututnya untuk ia rengkuh, gadis itu masih saja diam. Membuat Moon Bin terkekeh pelan, kemudian menyenderkan tubuhnya pada belakang kursi, kemudian mendongak ke atas melihat langit yang sekarang bertabur bintang.

"Kau pernah merasa kosong? Semuanya lengkap, bahagia, patah, sakit kemudian terus terulang sampai bosan. Ada satu hal yang membuatmu kosong, apa kau pernah merasakannya?" Tanya Eun Bi tiba-tiba, membuat Moon Bin melirik gadis itu sebentar. Kemudian kembali pada posisi semula------menatap langit. Mencoba berpikir untuk menjawab pertanyaan Eun Bi.

"Apa kau jalani selama ini bukan kehendakmu, kau ingin bebas namun kau terikat. Kau ingin egois namun kau lebih memilih tersakiti, kau ingin menangis namun kau menahan." Kemudian Moon Bin menoleh, mendepati Eun Bi yang sekarang juga menatap ke arahnya. Kembali lagi lelaki itu temukan sudut mata gadis itu berair, hidungnya memerah. Tatapannya gelisah, lelaki itu tersenyum kemudian. "Kau menyakiti dirimu sendiri, karena kau tidak ingin melihat mereka sakit. Karena kau sayang, cinta. Tapi kau terus memberi tanpa mendapat balasan, itu yang kosong dari dirimu. Kau bosan tapi kau tidak tahu apa yang menjadi titik bosanmu, tidak ada yang membuat hatimu bergetar bahagia, kau terlalu memfokuskan rasa sakitmu, hingga kau lupa hal apa yang bisa membuatmu bahagia."

"Aku benar kan?" Moon Bin tersenyum tipis di sana, sementara Eun Bi menghela berat sesekali mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air matanya sendiri. Bagaimana Moon Bin bisa memahami dirinya lebih dari dirinya sendiri, rasanya Eun Bi malu. Kenapa ia bisa menanyakan hal ini yang membuatnya tersadar akan sisi kosongnya sendiri, gadis itu memilih diam tidak menjawab hanya mengganguk.

"Kau mencintainya bukan? Tetapi kau terus saja menyangkal, karena kau takut akan mendapatkan kesakitan lebih dan lebih." Moon Bin kembali berkata, membuat Eun Bi melirik ke arah lelaki itu dengan mata merah. Kemudian gadis itu menghela nafas dalam, kembali melirik ke arah depan. "Aku tidak tahu."

"Sampai kapan?" Tanya Moon Bin, membuat gadis itu berbalik dengan alis terangkat. Kemudian Moon Bin ikut menatap gadis itu balik. "Kau akan terus menghindari masalah, yang pada akhirnya tetap melukaimu juga."

Gadis itu terdiam, kata-kata Moon Bin terus-terus saja terputar di kepala. Sudut hatinya terluka, tersadar jika ia mencintai Jungkook namun ada satu hal membuat Eun Bi terus-terusan menyangkal, jika perasaan manusia bisa saja berubah. Dari benci jadi cinta, kemudian cinta menjadi benci. Kemudian jika di ibaratkan dengan tanaman, apakah ia pernah bersyukur dan tetap menyayangi lebih mencintai tanah dan air yang membuatnya ada. Perasaan manusia itu acak, oleh sebab itu Eun Bi selalu menyangkal pada hal yang mungkin belum terjadi.

Susunan lembaran, buku kesakitan hidupnya terlalu banyak untuk mendapati satu tempat kosong meletakkannya tanpa berantakan. Baginya hidup selalu menyangkut hal tersakit, jadi bahagia di dalam kamusnya sangat minim untuk di temukan sekalipun untuk membuat gadis itu tersenyum tulus tanpa kepura-puraan.

Eun Bi menangkup wajahnya yang sekarang basah parah, air matanya luruh begitu banyak beriringan dengan detak jantung yang berdenyut sakit, mengingat kembali kesakitanya yang dulu. Dadanya sesak bukan main, kerongkonganya kemarau, perih saat isakan itu tertahan. Tanganya di tarik, di letakan pada punggung lebar membuat tangisannya semakin pecah saat Moon Bin memeluk dan mengelus bahu gadis itu menenangkan. "Menangislah, kau selalu menahanya sendiri tanpa satupun memahami bukan? Tumpahkanlah semuanya, kemudian terimalah semua yang datang padamu. Entah itu kebahagiaan atau kesakitan, ingat Eun Bi beginilah kehidupan tidak akan selalu bahagia ataupun sakit. Mereka seimbang, jadi jangan mengikat dirimu sendiri untuk menjadi yang terbaik untuk semua orang, jangan pula egois untuk kebahagiaanmu sendiri. Jalani saja, biarkan waktu yang akan menjawab semuanya."

Restricted ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang