22 - Ragu

1.3K 139 36
                                    

Suara berisik sendari tadi membuat tidur Jungkook terusik, dengan berat hati lelaki itu mencoba membuka kelopak matanya malas. Menemukan matahari yang telah berada di atas, sama sekali tidak menemukan keberadaan Eun Bi di sampingnya, liriknya pada sekitar ruangan yang tampak berantakan. Baju milik mereka tergeletak tidak tentu arah, bersama berbeberapa ingatan semalam-------tentang pergulatan panas yang mereka lakukan bersama. Penuh gairah, dan panas. membuat Jungkook menanam benihnya banyak pada rahim milik Eun Bi berharap akan tumbuh menjadi bayi-bayi yang manis.

Suara benda jatuh di luar membuat Jungkook lebih dulu bangkit, tidak lupa memakai celana pendek miliknya bersamaan gerakan tergesah-gesah berlari ke arah dapur, takut jika Eun Bi jatuh atau apa saja yang bisa membuat Eun Bi terluka. Senyumnya tersemat saat melihat Eun Bi memegang pangkal pahanya sesekali meringis, bagi Eun Bi rasanya sangat sakit saat berjalan membuat langkahnya terlatih akibat perih di pusat tubuhnya. Jungkook terlalu bersemangat semalam menghujaminya berulang kali sampai pada pagi ia berjalan tidak sejajar seperti ini.

Gadis itu memilih untuk berjalan ke arah dapur, membuka berberapa bahan-bahan. Suara gaduh tadi terdengar karena Eun Bui tadi tidak sengaja tersenggol panci saat gadis itu meringis merasakan perih bukan main di pusat tubuhnya, Jungkook yang tadi melihat bagaimana tersiksanya Eun Bi hanya tersenyum gemas, mendekat ke arah Eun Bi dan memeluk tubuh gadis itu dari belakang hampir saja telur yang sedang Eun Bi pegang mendarat menggenaskan ke wajah Jungkook jika saja gadis itu tidak sadar jika lelaki inilah yang membuatnya berjalan pincang akibat kegiatan panas semalam.

"Selamat pagi." Lelaki itu tersenyum, masih dalam keadaan memeluk Eun Bi yang sekarang sibuk memecahkan telur dan memasukkannya ke dalam mangkuk, sementara Jungkook memeluk gadis itu dari belakang. Melihat dari samping paras cantik Eun Bi, gadis itu mengucir surainya membiarkan berberapa anak rambut yang tidak ikut terikat menjuntai nakal bermain-main di permukaan kulit wajah putih Eun Bi, Jungkook menyingkirkan berberapa sembari meletakan dagunya pada bahu kecil milik Eun Bi, mengecup leher gadis itu cepat hampir saja membuat Eun Bi melemparkan mangkuk berisi telur kocok yang sekarang terlihat Jungkook hanya tersenyum tanpa dosa, menatap bangga hasil dari isapannya pada berberapa permukaan kulit leher Eun Bi yang sekarang terlihat jelas berwarna ungu, biru dan kemerahan.

"Jung, mandi sana. Berhenti mengganguku." Jungkook melepaskan pelukannya, membalik tubuh Eun Bi yang sekarang menatap malas dirinya. "Sakit sekali ya?"

Pipi milik Eun Bi mau tidak mau bersemu merah------tahu ke arah mana lelaki itu bertanya, tidak sengaja terlintas di ingatannya kegiatan kemarin malam yang mereka lakukan. membuat Jungkook gemas mencubit pipi milik Eun Bi, lelaki mengerucutkan bibirnya. "Ciuman pagi, mulai sekarang kau harus memberikannya kepadaku, setiap pagi, malam atau setiap waktu saja kita berciuman. Kenapa bisa manis sekali sih bibirmu ini."

"Berhenti berbicara melantur Jung, mandi sana." Eun Bi mendorong bahu lelaki itu agar menjaga jaraknya, tetapi Jungkook kembali menarik pinggang milik Eun Bi untuk menempel kembali pada tubuhnya yang hanya berbalutkan celana pendek kemarin malam, tanpa dalaman. Bisa Eun Bi rasakan milik lelaki itu kembali mengeras saat menempel dengan perutnya yang hanya berbalutkan kaos tipis. Jungkook kembali membawanya pada rangkulan, mata lelaki itu sayu sekali. "Mandi bersama?"

Eun Bi buru-buru memukul kepala lelaki itu dengan sepatula. "Kau gila! Mandi sendiri sana."

Jungkook meringis tersenyum kemudian menarik wajah Eun Bi untuk menyatukan bibir miliknya pada gadis itu, melumatnya pelan sampai pada saat lelaki itu mulai menelusupkan tanganya ke dalam baju milik Eun Bi, mengelus perut datar gadis itu seduktif. Menyadari Jungkook sudah terlalu melewati batas, gadis itu menyudahi lebih dulu mencubit lengan lelaki itu geram. "Kau memang berniat membuatku tidak bisa berjalan ya! Cepat mandi dan berkemas, siang ini kita akan terapi dan juga memilih baju pernikahan."

Restricted ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang