01

18.2K 1.7K 713
                                    

Pagi-pagi, Aileen terbangun di samping Jisung. Dengan kondisi kamarnya yang acak-acakan dan tubuhnya yang sakit semua, ia mencoba meraih punggung polos—namun kekar—Jisung yang sedang membelakanginya.

"Ji-sung.."

Entah sudah bangun sejak kapan, tiba-tiba Jisung beranjak dari ranjang. Ia mengenakan kembali pakaiannya.

"G-gue pergi dulu. M-maaf." Jisung bergegas keluar dari kamar Aileen.

"Jisung..sakit.." lirih Aileen.

Setetes demi setetes air mata Aileen perlahan mengalir. Entah apa yang ia tangisi. Namun, jelas terasa hatinya sangat sakit.

Ya, siapa yang tidak sakit ketika mahkotanya diambil dan kemudian dicampakkan begitu saja. Sayangnya, Aileen memang sepolos itu hingga tidak merasakan apa yang hatinya rasakan.

"K-kenapa aku nangis sih..."

• TOO YOUNG •

Aileen pergi ke sekolah dengan tatapan kosong. Sambil menggenggam makalah yang ia buat kemarin. Entah sudah selesai atau belum. Aileen hanya membawanya tanpa mengecek kembali pekerjaannya.

"Aku ini kenapa sih?" Gumamnya. Ia merasa dirinya tidak apa-apa. Namun, ia merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

"Udahlah, apa sih yang dipikirin? Kamu gak kenapa-napa kok Aileen." ucapnya sambil menenangkan dirinya sendiri.

Ia melangkah masuk ke dalam kelas dengan tubuh yang sangat lemas. Aneh. Ia tidak melihat Jisung sama sekali. Padahal, biasanya Jisung sudah duduk rapih sembari memainkan ponsel pintarnya.

Tak lama, pak guru masuk.

"Anak-anak! Ayo kumpulkan makalah kalian!"

Aileen segera mengumpulkan makalahnya. Ya, ia tidak menyuruh temannya untuk mengumpulkannya karena ia tidak mempunyai satupun. Ia sulit bergaul.

“Hm, punya Aileen dan Jisung bagus sekali.” puji sang guru.

Aileen bertanya-tanya, kapan Jisung sempat mengerjakan makalah mereka?

“T-terimakasih, p-pak.”

“Ngomong-ngomong, Jisung kemana ya?

“Oh iya kemana ya?”

“Aneh, padahal biasa jisung dateng paling pagi.”

Brakkk!

Jisung dengan kurang ajarnya masuk banting pintu. Ia langsung duduk di tempatnya.

“Kenapa tuh?”

“Y-ya anak-anak ayo kita lanjutkan.”

• TOO YOUNG •

Dengan inisiatifnya, Aileen menghampiri Jisung yang sedang makan di kantin bersama Chenle.

“J-jisung, i-ini jaket kamu ketinggalan kemarin.” ucap Aileen sembari memberikan jaket Jisung.

“Taro aja.” balas Jisung dingin.

Chenle langsung menyadari ada sesuatu yang aneh diantara mereka berdua.

“Aileen ya?” tanya Chenle berusaha mencairkan suasana.

“Iya, kak.”

“Sekelas Jisung kan??”

“Iya.”

Brak!!

Jisung membanting tempat makannya, “Ikut gue.” Jisung menarik tangan Aileen.

“Ada yang aneh..” gumam Chenle.

• TOO YOUNG •

BRAKK!

Jisung banting pintu rooftop. Ia mencengkram kedua bahu Aileen. “Tolong jangan bersikap seolah-olah kita deket, Hwang Aileen.”

PYAARRR!!!

Petir yang menyambar seolah ikut menyambar hati Aileen.

“J-jisung..”

“Kejadian malem itu, anggep aja gak pernah terjadi. Jangan sampe ada yang tau.”

Aileen saat ini merasa sangat takut hingga sekujur tubuhnya gemetar hebat. Ia tidak pernah melihat Jisung semurka ini.

“Gue tau gue salah karena udah tidurin lo, tapi—”

BRAKK!

Chenle buka pintu rooftop dengan muka terkejutnya. “Jisung?! L-lo sumpah?!”

“Haish!” gerutu Jisung.

Chenle secepatnya menutup pintu rooftop.

“Gue udah duga ada something wrong ya sama lo.”

“Bukan urusan lo.” ucap Jisung.

“Gue kasih tau kak Haeri mati lo.”

Shit” gumam Jisung.

“Pulang, lo ikut gue. Kita ke base. Dan lo gak bisa kabur, Park Jisung.”

Chenle memang serius dengan perkataannya. Kekayaannya membuat banyak orang tunduk padanya. Dan kekayaannya juga yang mempercepat penyebaran orang-orangnya di sekitar gedung sekolah agar Jisung tidak kabur.

TOO YOUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang