25

9.5K 987 28
                                    

Jisung menepati omongannya saat berkata akan menemani Aileen menemui Lami dan omnya. Seperti biasa, Jisung menggendong Brian dan Aileen menggendong Bian. Kenapa? Karena Brian sedikit lebih berat dan rewel. Sebagai suami yang ekhem penyayang, Jisung tidak mau Aileen kerepotan.

Jisung menunggu di depan selagi Aileen berada di dalam untuk menemui kedua orang itu.

• TOO YOUNG •

Aileen menatap orang yang baru saja duduk di depannya. Tatapannya datar. Namun tak menandakan kebencian.

"M-maaf.." lirih Lami sambil menunduk. Ia tak berani menatap mata Aileen.

Aileen menghela nafasnya, "Aku kesini bukan buat denger kata maaf dari kamu. Karena maaf aja belom tentu cukup."

Ucapan Aileen barusan mengingatkan Lami dengan segala perbuatannya kepada Aileen dan Jisung.

"Aku gak ngerti apa yang bikin kamu seobsesi itu sama Jisung. Padahal kamu tau Jisung udah berkeluarga. Waktu itu kamu juga bisa liat aku hamil anak Jisung. Sebagai sesama perempuan, harusnya kamu lebih bisa mikir dan mengerti perasaan aku. Saat itu aku berharap kamu tau. Laki-laki yang kamu rebut itu bukan cuman seorang suami. Tapi juga calon ayah. Kalo aja kamu berhenti sampe disitu, mungkin aku masih bisa maafin kamu. Tapi, kamu malah ngelakuin sesuatu yang lebih gila lagi. Kerjasama sama om aku buat mencelakai aku. Perbuatan kamu itu gak main-main loh, Lami. Kamu mengancam tiga nyawa sekaligus. Iya, anakku kembar. Untung mobilnya cuman nyerempet. Coba kalo bener-bener ngehantam? Empat nyawa termasuk Jisung. Di umur semuda ini, kamu hampir jadi pembunuh, Lami."

Aileen dapat melihat Lami mulai meneteskan air matanya. Namun, sayang. Itu tidak membuat Aileen menjadi tidak tega.

"Aku kesini cuman mau ngingetin kamu. Selagi aku masih hidup, aku gak bakal ngelupain semua perbuatan kamu. Aku juga gak bisa maafin kamu. Ini terakhir kalinya aku bicara baik-baik sama kamu. Jangan sampai muncul di hadapan keluargaku lagi. Karena aku gak akan tinggal diam." ucap Aileen dengan tegas dan dingin.

Kemudian Aileen beranjak pergi dan pindah ruangan.

Aileen menghela nafasnya lalu kemudian membuka pintunya.

Ceklek.

Disana, ada orang yang dulu ia benci namun terlalu takut untuk menghadapi. Namun, sekarang tidak lagi. Aileen berjalan dengan tegap sambil menatap datar omnya.

"A-aileen.."

Aileen duduk di depan omnya tanpa melepaskan pandangan tajamnya kepada omnya.

"Aileen, sumpah mati om beneran gak mau nerima tawaran Lami yang kemarin. Tapi, om diancam pakai anak dan istri om. Sebagai kepala keluarga, om gak bisa relain hal itu terjadi.."

"Dan sebagai anak, hingga detik ini saya masih gak rela orang tua saya dibunuh oleh anda." ucap Aileen yang berhasil menusuk perasaan omnya.

"Om? Tch.." Aileen memutar bola matanya.

"Saya gak sudi menganggap anda sebagai om saya. Anda perlu tau, saya memang sebenci itu pada anda."

"L-lin, om m-minta maaf.. O-om gila warisan iya.."

"Lagi-lagi maaf." gumam Aileen.

"Anda telah membunuh orang tua saya hanya karena warisan. Anda telah menjadi ancaman kepada saya selama bertahun-tahun. Anda telah menyingkirkan keluarga saya dari keluarga besar Hwang. Dan anda juga yang hampir membunuh saya beserta anak-anak saya. Penjara seumur hidup? Tch.. Bersyukurlah anda masih bisa bernafas. Penjara seumur hidup tidak setimpal dengan apa yang telah anda lakukan selama ini. Membusuklah di penjara, bajingan." Aileen kemudian pergi dari sana dengan perasaan lega.

Ia sungguh membenci omnya. Karena omnya, Aileen tidak lagi merasakan kasih sayang dari orangtuanya. Aileen bahkan pernah harus merasakan makanan bekas dari tumpukan sampah karena tidak punya uang untuk sekedar membeli makanan. Tidur di kolong jembatan, merasakan dinginnya angin malam. Sedangkan omnya menikmati seluruh harta warisan orangtuanya. Untungnya ada yang mau mempekerjakan Aileen saat itu sehingga Aileen tak perlu lagi sakit perut hanya karena makan makanan basi.

"Jisung? Yuk!" Aileen menggandeng lengan Jisung.

"Udahh? Lega??" tanya Jisung sambil berjalan.

Mereka pergi ke taman yang berada di pinggir danau.

"Lega banget. Aku akhirnya bisa ngeluarin unek-unek aku selama ini."

























- End -

TOO YOUNGWhere stories live. Discover now