Perkenalan

5.2K 532 54
                                    

***
Wei Ying sedang berjalan-jalan di sekitar komplek apartemen temannya, Wen Qing. Dia mendapat pesan bahwa perempuan itu barusaja pindah dari Yiling ke Gusu untuk menjadi dokter di salah satu rumah sakit besar kota ini dan Wei Ying dimintai tolong untuk membantunya berbenah.

Dengan senang hati, Wei Ying mendatangi teman akrabnya sewaktu SMA itu pada pukul 11 malam. Hal itu membuat Wen Qing sebal karena ia menyuruh Wei Ying datang sejak tadi sore, tapi anak itu alasan terus dan baru memberi kabar di jam segini.

"Hey, aku tidak tahu nomor kamarmu. Jangan marah." Goda Wei Ying yang hanya alasan saja. Jelas-jelas Wen Qing sudah menuliskan alamat lengkap apartemen barunya di pesan yang ia kirim sore tadi.

"Cepat masuk sekarang atau aku akan membiusmu sampai mati." Ancam Wen Qing via telepon yang berhasil membuat Wei Ying menelan ludah dan mengiyakan bahwa dia akan segera sampai sebentar lagi.

Benar saja. Ketika Wei Ying masuk, ia disambut dengan lemparan remote AC yang mengenai dahi nya. Wei Ying mengumpat ditempatnya berdiri. Bukannya pelukan hangat atau sapaan selamat datang tapi malah remote sialan yang menyapanya dengan tidak manusiawi.

"AC nya rusak. Perbaiki."

Hanya itu yang diucapkan Wen Qing. Dan perempuan itu kembali melanjutkan kegiatannya menikmati film ditemani cemilan renyah ditangannya. Wei Ying mendengus, ia melepas sepatunya kasar. Ingin rasanya ia melempari perempuan itu dengan apapun yang ia pegang saat ini, contohnya sepatu mungkin. Tapi, ah dia perempuan. Mana tega dia menyakitinya.

Hanya helaan nafas saja yang Wei Ying lakukan untuk meredam kekesalannya. Ia berjalan masuk sambil memungut remote AC yang tergeletak di lantai, berniat untuk memperbaikinya dan setelah selesai ia akan langsung segera pergi tanpa pamit pada tuan rumah. Ia benar-benar kesal.

Namun, niatnya berubah saat menyadari AC itu rusak pada bagian blowernya. Wei Ying mengeluh, itu akan memakan waktu lama dan dia tiba-tiba jadi lapar. Dia minta makan sama Wen Qing, dan memakan makanannya dengan lahap dan semangat seperti orang ratusan tahun tidak makan.

Tanpa memperdulikan omongan Wen Qing, makanan itupun ludes tak tersisa. Wei Ying kekenyangan, ia menyingkap kemeja kotak-kotaknya dan mengelus perut putih yang sedikit buncit akibat kekenyangan itu dengan senang. Wei Ying minta izin pada Wen Qing untuk istirahat sejenak agar makanannya turun (?) dahulu. Baru, ia akan melanjutkan memperbaiki AC nya. Alasan itu ampuh untuk merayu Wen Qing karena ia adalah dokter, dia tahu soal itu. Jadi ia maklum.

Sudah hampir 2 jam lebih Wei Ying bermain game dengan ponselnya yang tadi ia berkata bahwa hanya istirahat selagi makanannya turun. Ini bahkan sudah setengah perjalanan makanan itu akan berubah menjadi feses. Wen Qing bahkan sudah sempat tertidur tadi karena menunggu Wei Ying sambil nonton film hingga ia tak sadar sudah tidur 2 jam. Ia terbangun karena Wei Ying berseru akibat main game. Setelah sadar, Wen Qing melempar bantal sofanya ke arah pemuda itu bertubi-tubi sampai bantalnya habis dan mengancam akan menyuntikkan obat bius sampai Wei Ying mati jika tidak segera mengerjakan tugasnya memperbaiki AC.

Akhirnya, Wei Ying beranjak dari tempat duduknya dan meloncat keluar jendela untuk memperbaiki blower AC yang diletakkan di pinggir bawah balkon sempit apartemen tersebut. Jadinya, Wei Ying harus membungkuk serendah-rendahnya untuk dapat memperbaiki blower itu hingga tubuhnya tidak terlihat karena balkon yang sempit itu dikelilingi oleh tanaman yang sedikit rimbun yang Wei Ying yakini itu adalah tanaman obat yang ditanam Wen Qing. Bahkan pagar yang tingginya hanya selutut orang dewasa itu sampai tidak kelihatan karena dimakan oleh daun-daun hijau. Batin Wei Ying, sempat-sempatnya Wen Qing mengangkut tanaman-tanaman ini.

Setelah berkutat sekitar 15 menit, Wei Ying berhasil membuka penutup blower tersebut. Letak benda itu menyulitkannya untuk mengotak-atik dengan bebas. Ditambah balkon yang sempit dan penuh tanaman ini. Wei Ying rasanya ingin mencabuti semuanya dan membuangnya kemana saja asal balkon ini bisa sedikit longgar.

The SWORD'S TEARSWhere stories live. Discover now