Keinginan (2)

3.2K 380 61
                                    

Wei Ying masih duduk di sofa rumah sakit tempat Lan Xichen dirawat. Matanya memandang ke arah lantai berwarna putih itu. Ia masih shock dengan kabar yang dibawa oleh Wen Ning bahwa flat kumuhnya itu sudah digusur. Wei Ying tak habis pikir dengan orang bernama Wen Ruohan itu, kenapa sama sekali tidak memberi kabar kalau mau digusur. Meski sudah tahu kabar itu sejak lama, tapi Wei Ying berfikir bahwa penggusuran itu tidak akan berlangsung saat ini juga. Maksudnya, Wei Ying kan ingin berkemas juga. Dia punya beberapa barang di flat kumuh itu seperti kasur, pakaian, perabotan makan layaknya anak kos-kosan dan aish Wei Ying jadi semakin muram jika mengingat benda berharga terakhir yang ia punya, buku porno. Dia tidak bisa membayangkan rupa buku itu sekarang, mungkin sudah hancur bersama puing-puing bangunan.

Pemuda dengan rambut berantakan itu tidak punya peralatan elektronik seperti TV, DVD, atau kulkas dan teman-temannya. Hanya ponsel yang bukan keluaran terbaru saja yang dia punya.

"Wei Gege jangan khawatir, tetangga Gege sudah memaketkan barang dari flat Gege. Paketnya masih utuh di klinik. Aku menyimpannya."

Perkataan Wen Ning seolah memberikan secercah harapan hidup bagi Wei Ying. Jiwa yang tadi entah melayang kemana serasa ditarik kembali ke dalam raga yang kini menatap Wen Ning dengan penuh haru. "Kau memang malaikatku Wen Ning!"

Dengan tenaga bahagia yang terkumpul, Wei Ying mencengkeram bahu Wen Ning dan menariknya kencang. Dia memeluk juragannya itu antusias hingga Wen Ning kesusahan untuk bernafas. "Terimakasih Wen Ning. Terimakasih. Aku akan berkerja lebih giat lagi di klinikmu. Kau sudah menyelamatkan barang-barangku."

Wen Ning ingin menjawab tetapi untuk bernafas saja dia kesulitan. Dia menggerak-gerakkan tangannya meminta tolong kepada kakaknya yang hanya berdiri sejak tadi memandangi Wei Ying yang seperti mayat hidup setelah diberi kabar bahwa flatnya sudah digusur.

Tanpa mereka sadari bahwa ada sepasang mata yang menatap adegan berpelukan itu dengan tatapan tajam seolah-olah bisa membunuh apa saja dengan mata emas itu. Manik emas itu beralih menatap gelas yang berisi air putih di atas nakas samping ranjangnya. Dengan sedikit kekuatan sihir, manik itu mengeluarkan kilatan yang mampu membuat gelas itu berguling kesamping dan jatuh di atas lantai.

PRANG !!

Ketiga orang yang tadinya sedang beralay ria itu terlonjak mendengar suara gelas pecah tetapi suaranya menyerupai seperti ledakan. Kepala ketiganya sontak menoleh ke asal suara.

"Tuan Lan, kau menginginkan sesuatu?" Tanya Wen Qing yang segera berjalan mendekati Lan Zhan.

"Ya, aku ingin Wei Ying memelukku. Bukan adikmu"

"Haus."

"Astaga. Aku bisa membantumu kalau kau mau, akan aku ambilkan jadi gelasnya tidak akan pecah."

"Wei Ying."

Wen Qing menghentikan langkahnya untuk mengambil gelas baru dan mengisinya dengan air setelah mendengar Lan Zhan menyebutkan nama. "Kau mau dia yang mengambilkannya?" Tunjuknya pada Wei Ying.

"Baiklah baiklah aku ambilkan. Aku sedang dalam mood bagus."

Tanpa perotes sedikitpun, Wei Ying mengambilkan air untuk Lan Zhan. Dia memutari ranjang Lan Zhan untuk menghindari pecahan kaca yang tadi disebabkan oleh Lan Zhan. "Silahkan diminum Lan Zhan." Ucapnya dengan penuh senyum. Mau tak mau amarah yang tadi memenuhi kepala Lan Zhan kini sirna dengan senyuman Wei Ying itu.

"Wei Ying."

"Hm? Kenapa?"

"Tinggalah bersamaku."

Wei Ying mencoba mencerna perkataan Lan Zhan. Setelah paham, dia tertawa canggung. "Ahahah..." Lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "...Kuhargai niat baikmu Lan Zhan, tapi aku tidak mau merepotkanmu. Aku akan tinggal di klinik Wen Ning. Ada kamar kecil disana. Aku sering tidur disana. Sekali lagi terimakasih. Hehe."

The SWORD'S TEARSWhere stories live. Discover now