20

2.7K 319 84
                                    

Tengah malam....

Wei Ying baru menyelesaikan kegiatan 'solo' nya 30 menit yang lalu. Ia saat ini tengah membersihkan tisu yang tercecer di kasur. Tubuhnya terasa sangat ringan dan beban perasaan menyesal karena Lan Zhan pun sedikit berkurang, ia jadi mengantuk.

Tubuh ringannya ia banting ke kasur dan tanpa butuh waktu lama Wei Ying sudah terbang ke alam mimpi dan tidak menyadari bahwa ada panggilan telepon masuk dari Lan Zhan.

Sementara itu, 30 menit yang lalu di apartemen Lan Zhan...

Terlihat Lan Xichen tengah memasukkan buku-buku tua milik keluarga Lan yang ia bawa dari Hanshi ke dalam kantung qiankun untuk disimpan disana. Terlihat gurat penyesalan di raut wajah Lan Xichen karena ia tidak mampu menolong adiknya untuk membuat ingatan Wei Ying kembali. Buku-buku koleksi keluarga Lan tidak ada yang cukup membantu banyak.

"Wangji.."

Lan Zhan mengalihkan pandangannya dari ponsel untuk menoleh ke arah kakaknya yang saat ini tengah menatap dirinya dengan raut penyesalan.

"Kakak, aku tidak apa-apa." Ucap Lan Zhan, "Kita sudah berusaha, tapi siapa yang bisa melawan takdir?"

Lan Xichen terdiam, ia memejamkan matanya. Rasanya ingin sekali memeluk adiknya yang saat ini sedang pasrah seperti itu. Meski Lan Zhan berkata tidak apa-apa, tetapi Lan Xichen sangat menyadari jika Lan Zhan juga diluputi rasa kecewa karena tidak dapat memulihkan ingatan Wei Ying.

"Wangji, aku yakin Wei Ying akan kembali."

"Mn."

Lan Zhan mengangguk mantap. Ia jadi teringat ucapan Wei Ying sebelum ia beranjak dari kediaman pria Yiling itu. Wei Ying sudah mengakui perasaannya, tetapi itu sangat tiba-tiba dan membuat Lan Zhan berfikir bahwa Wei Ying sedang tidak serius, atau jika itu serius pastilah hanya rasa kasihan padanya. Lan Zhan tidak memerlukan itu. Ia hanya mau cinta tulus dari Wei Ying seperti dulu.

Lalu, bagaimana Wei Ying harus membuktikannya?

.

.

.

WangXian

.

.

.

Pagi datang...

Ini adalah hari libur, Wei Ying berencana ingin ke rumah Lan Zhan saja tapi sebelum itu ia ingin bermalas-malasan dulu. Tetapi Ponsel Wei Ying bertubi-tubi mendapat panggilan dari Huaisang, dan ini masih belum ada jam 8 saat mata Wei Ying melirik ke arah jam dinding. Dengan malas, Wei Ying mengangkat panggilan itu masih dengan suara serak khas orang bangun tidur meski ia tak benar-benar sadar sepenuhnya. Hanya saja panggilan itu tidak akan berhenti sampai Wei Ying mengangkatnya atau ia membanting ponselnya sendiri tapi dia masih sayang dengan ponselnya, dia miskin. Tidak seperti Lan Zhan yang kaya raya meski tidak bekerja. Keturunan sultan sih, rakyat jelata bisa apa?

EH !!

Seperti ketiban duren, Wei Ying langsung bangkit dari tidurnya setelah pikiran nyeleneh itu hinggap di antara kondisi sadar dan tidak sadar itu.

"Benar juga, Lan Zhan mendapatkan uang dari mana selama ini? Dia tidak bekerja sama sekali." Gumamnya.

["Wei Xiong, kau bicara apa? Aku baru saja memberimu intruksi untuk mencoba mengambil pedang Lan Zhan.] Tanya Huaisang di seberang telepon.

The SWORD'S TEARSWhere stories live. Discover now