2. Weak

4.7K 434 30
                                    

Bukan Salah Tuhan
2. Weak

Chaeng terbangun. Seperti biasa, dia merapikan kamarnya. Jisoo sudah lama kembali ke Amerika. Bersama dengan Jennie.

Chaeng turun, bergegas sarapan. Tak lupa mengecup pipi kedua orangtuanya dengan lembut dan mesra.

"Pagi, my dear sweetie," Papanya menyapa manis. Chaeng membalas.

Mereka sarapan bersama. Makan penuh canda, seolah hangat itu tak akan pernah berakhir. Sedang tak lama mereka akan kehilangan si manis, Park Chaeyoung.

Chaeng sangat ingin berada disini lebih lama lagi, sebelum akhirnya takdir datang menjemputnya pergi dan tak akan bisa pulang. Agar Chaeng bisa bahagia, sebelum mengambil bahagia orang lain.

Pergi. Mungkin bukan hal yang berat bagi yang 'meninggalkan'. Lalu bagaimana dengan yang 'ditinggalkan'?

Lukanya? Apa akan tertutup? Ketika orang yang kausayangi akhirnya pergi jauh, apa luka yang terbuka bisa diperbaiki?

Chaeng harus pergi ke sekolah. Selesai sarapan, dikecupnya pipi orang tuanya lalu pergi ke halte bus.

"Chaeng-ah!" Lisa memanggil. Memeluk kencang Chaeng dari belakang.

"Pagi!" Lisa berteriak tepat di telinga Chaeng.

"Ah! Iya, aku juga tahu ini pagi. Pagi, Lisa-ya! Nah, tidak enak kan?" Chaeng balas berteriak.

"Sudahlah, telingaku sakit nanti. Ayo ke kelas," Lisa menggandeng tangan Chaeng dan berjalan bersama menuju kelas mereka.

Teriaki aku setiap hari, Lisa-ya. Karena nanti aku tak akan bisa mendengar apapun.

+++

"Chaeyoung-ssi," panggil Miss. Tiffany, guru mereka, "Apa impian besarmu?" Tiffany melanjutkan pertanyaannya.

"Impian besarku adalah ingin punya waktu lebih lama.." Seketika seluruh kelas terkejut. Apa-apaan yang dia katakan itu?

"E-eh maksudku, a-aku ingin terus bersama kalian. T-tidak berpisah, begitu." Chaeng menjelaskan dengan gugup.

Chaeng kini menoleh menatap Lisa. "Gwaenchana, aku tak akan pergi, Lisa-ya. Jangan takut, eoh?"

"Kau tahu kan apa yang barusan kau katakan. Janji jangan katakan lagi, jangan seperti itu!" Lisa berteriak marah, "Kau membuatku takut, tahu!" Mata Lisa berkaca-kaca.

"Aku hanya bercanda. Jangan menangis." Chaeng tertawa diujung katanya. Walau hatinya meringis sakit membayangkan Lisa harus mengetahui kenyataan yang tak berpihak.

"Janji, jangan pernah pergi dariku," Lisa menghapus sisa airmatanya.

"Aku janji. Jangan menangis lagi," Chaeng menghapus airmata Lisa sambil tertawa.

"Kembalilah ketempat dudukmu, Chaeyoung. Jangan menangis lagi Lisa, kau tahu Chaeyoung tidak serius." Miss. Tiffany menengahi. Dan mereka melanjutkan pelajaran mereka.

+++

Lisa menonton televisi rumahnya. Tertawa kecil melihat adegan-adegan lucu dari acara yang ditontonnya.

Lisa berusaha melupakan perkataan Chaeng tadi pagi. Sungguh rasanya sangat mencurigakan. Apa-apaan itu? Ada apa dengan 'waktu lebih lama'? Apa yang tidak Lisa ketahui? Ada apa?

Lisa menghela nafas. Kata-kata Chaeng terasa mengganjal dihatinya. Lisa ingin melupakannya. Supaya gundah hatinya tidak berlanjut.

"Chaeng hanya bercanda, Lisa-ya. Kau tahu bercandanya tidak pernah lucu. Dasar ppabo," Lisa bergumam pada dirinya sendiri.

[✔] bukan salah tuhan.Onde histórias criam vida. Descubra agora