5. Bitter Decision

3K 348 26
                                    

Bukan Salah Tuhan
5. Bitter Decision

Kepala Chaeng masih agak pusing. Dirinya menolak saat Dara menyuruhnya bersiap ke sekolah.

"Kau yakin mau tidak masuk hari ini?" tanya Dara lembut. Walau sakit, Dara tetap mengutamakan pendidikan anak-anaknya kecuali memang kedaannya tidak memungkinkan.

Chaeng mengangguk lemah, "Pusing. Lemas," Chaeng mengangkat tangannya lemas seolah tidak punya tulang. Yang mengundang kekeh Dara,

"Ah, kau berlebihan. Ya, sudahlah," Dara mengusap rambut Chaeng lalu berjalan ke dapur menyiapkan menu makan hari itu.

"Istirahat, jangan bermain handphone dulu kalau memang pusing!" seruan Dara dari dapur terdengar jelas di telinga Chaeng.

"Nde, Eomma!" seru Chaeng dari kamarnya. Tak lama, Dara masuk kamar Chaeng membawa nampan berisi sepiring roti.

"Sarapan dulu, lalu nanti minum obatmu," suruhnya. Chaeng mengangguk.

Chaeng memakan habis rotinya. Selesai memakan dua lembar roti gandum yang dibawakan Ibunya, ia mengambil obat-obatnya.

"Sudah?" tanyanya lembut.

Chaeng mengangguk.

"Baiklah, istirahatlah, eoh?" katanya sebelum keluar dari kamar Chaeng.

+++

"Kau jangan bermain handphone terus. Aku kesepian di sekolah. Cepatlah sembuh, jangan lupa makan. Jangan tidur terlalu larut, nanti kepalamu pusing. Minum obatmu. Kalau kau tidak menurut, kau tidak akan cepat sembuh," Lisa mengoceh via telepon video.

"Iya, iya. Lisa, apa kau ibuku?" Chaeng berkata gemas.

"Aniyo," jawab Lisa

"Kenapa kau bawel sekali? Eomma-ku saja tidak sebawel dirimu," Chaeng terkekeh melihat wajah kesal Lisa.

"Muda seperti ini kau bilang seperti ibu-ibu. Dasar," Lisa mengerucutkan bibirnya. Membuat Chaeng semakin gemas.

"Chaeng, jadi kan Sabtu latihan?" Lisa mengalihkan pembicaraan.

Chaeng hanya mengangguk.

"Ya. Harus itu, karena Minggu adalah acaranya." beritahu Lisa.

Chaeng terduduk saking kagetnya. Dadanya menjadi sakit, nafasnya juga sesak. Seharusnya ia tahu, penderita jantung tidak boleh terkejut.

Dia mematikan kamera. Mengambil pilnya dan menelan dua butir dari sana. Daritadi terdengar suara penasaran di seberang telepon. Setelah sakit di dadanya mereda, Chaeng kembali berbaring di kasur.

"Maaf, maaf. Kenapa?" katanya kembali melanjutkan video call-nya dengan Lisa.

"Oh, iya. Kalau memang acaranya hari Minggu, maka hari Sabtu kita harus maksimalkan latihan kita. Kita harus jadi yang terbaik! Tak kusadari benar-benar sempit waktu latihan kita," sambung Lisa.

"Kalau besok aku berangkat sekolah, kita bisa latihan," tutur Chaeng. Lisa mengangguk setuju.

"Tapi kau harus sehat dulu. Tidak usah sok, tetap akan berangkat sekolah saat sedang sakit." tegas Lisa.

Chaeng tersenyum manis. "Iya, terimakasih, Lisa-ya. " kata Chaeng.

"Jja, sudah dulu, ya. Istirahatlah, sampai jumpa besok!" Lisa menutup telepon secara sepihak. Chaeng mengisi daya handphone-nya lalu kembali beranjak ke kasur.

[✔] bukan salah tuhan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang