9. Revenge

2.8K 309 33
                                    

Bukan Salah Tuhan
9. Revenge

Malam ini suasana kamar inap Chaeng jadi ramai. Sebab sedari tadi, dirinya tak bisa berhenti bermanja,

"Eomma, eonnie, Lisa. Aku memohon dengan sangat, izinkan aku ke kampus besok pagi. Aku mohon, ya? Ya?" pinta Chaeng berlebihan, sampai menggelayut di kaki Jisoo yang paling kukuh melarang Chaeng sekolah.

"Tak apa, eonnie. Aku akan menjaganya," Lisa membuka suara, semua menatapnya.

"Tuh, kan!" seru Chaeng gembira, "Ayo, yakinlah kepada Lalisa Manabon! Aku percaya dia akan menjagaku!"

Lisa memandang galak Chaeng. "Ma-no-ban,"

Tapi wajahnya kembali berubah kesal saat Chaeng dengan wajah menyebalkan mengulang kata 'Manabon'.

Dara dan Jisoo menghela nafas. Bertatapan.

"Baiklah, Lisa. Tolong jaga dia, kurasa aku bisa percaya padamu? Kuliahlah besok, tapi berjanjilah. Jaga dirimu, jangan merepotkan Lisa. Ok?" ucap Jisoo akhirnya.

"Kau kira aku anak kecil?" seru Chaeng kesal.

Semuanya terkekeh gemas. Mereka menghabiskan malam dengan tawa hangat. Sebelum kembali menutup mata, tertidur dipeluk oleh dingin yang menusuk, dan diselimuti kekhawatiran akan hilangnya hangat itu

+++

Esoknya, mereka benar-benar pergi sekolah. Dengan banyak pesan merepotkan dari Dokter Seul sebelum berangkat.

Sampali di kampus, mata Lisa awas menatap Chaeng. Tidak lepas sedikitpun. Takut, tentu saja.

"Apa kau sudah minum obatmu?" bisik Lisa bertanya. Chaeng menjawabnya dengan anggukan.

"Jangan berlarian,"

"Iya, astaga. Kau kira aku anak kecil? Aku kan paham kondisi," tukas Chaeng kesal.

Lisa terkekeh, "kau selamanya bayi, Chaeng-ah,"

+++

Mungkin Tuhan sedang berbaik hati, Dia seolah mempercepat waktu saat siang ini sedang ada kelas Matematika. Waktu istirahat datang!

Chaeng dan Lisa duduk di kantin. Memesan camilan rumput laut kesukaan mereka. Membuka pembicaraan, Lisa berkata,

"Chaeng, aku kalau besar nanti ingin melanjutkan kuliahku di Canada,"

"Kenapa Canada?" tanya Chaeng.

"Aku ingin melihat daun Maple. Orang-orang bilang, daun lembayung itu sangat indah. Apalagi saat musim gugur. Mereka saling berjatuhan, menghujani beberapa pasangan yang berjalan-jalan dibawahnya. Dan kita duduk di salah satu bangku, menyusun sajak berdua. Aku tidak sabar!"

"Berdua?" ulang Chaeng tak yakin.

"Iya, berdua. Aku mana bisa tanpamu. Aku hanya akan mengajakmu. Kita harus melihat Maple itu bersama,"

Chaeng tersenyum sendu, "kalau tidak bisa?"

"Bisa. Tuhan pasti menghendaki. Berjanji dulu."

+++

Chaeng memutuskan untuk pulang naik bus, karena supirnya akan menjemputnya sore. Lisa ikut saja.

[✔] bukan salah tuhan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang